Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Jangan Pernah Merasa Sendiri

Curhat | Tuesday, 30 May 2023, 11:29 WIB
Ilustrasi oleh Markus Sipske dari Pexels.com

Saya membuat artikel opini ini mengenai pandangan orang kepada kami yang memiliki keterbatasan penglihatan, semua orang menyebutnya dengan "tunanetra". Kami tidak seperti orang pada umumnya yang mudah saja melakukan aktivitas dengan bebas. Sebagian besar terkadang menganggap penyandang tunanetra menggantungkan hidupnya kepada orang di sekitarnya. Contoh kecilnya seperti mengambil makan/minum, mengambil pakaian, rawan mendapat tindak kejahatan, dan lain-lain. Memang saya pun tidak menepis anggapan tersebut karena hakikatnya pun manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan berlaku untuk semua.

Saya sendiri seorang tunanetra sejak lahir, saat ini umur saya 18 dan kegiatan saya saat ini berkuliah di Universitas Airlangga Surabaya dengan program studi S1 Ilmu Hukum. Walaupun saya memiliki keterbatasan bukan menjadi halangan saya apalagi menyerah dengan keadaan. Bagi saya, setiap kehidupan merupakan sebuah tantangan yang harus saya taklukkan dengan usaha terbaik saya. Tugas artikel opini ini sebagai tugas kuliah saya sekaligus sebuah cerita mengenai anggapan beberapa orang pada umumnya mengenai tunanetra dan pengalaman- pengalaman yang saya alami sendiri.

Menurut orang pada umumnya, penyandang tunanetra mengalami kesulitan dalam Pendidikan. Jika mereka tidak dapat mengenal huruf braile, maka mereka akan sangat kesulitan dalam pendidikan karena membaca merupakan kesulitan terbesar. Menurut saya, zaman saat ini, di mana teknologi sudah berkembang sangat pesat, termasuk juga teknologi untuk penyandang tunanetra. Perangkat komputer dan telepon pintar kami, telah dilengkapi perangkat lunak pembaca layar, sehingga dapat dioperasikan kami penyandang tunanetra. Oleh karena itu, dalam hal Pendidikan, kami dapat membaca dan mengerjakan tugas dengan menggunakan aplikasi jaws, NVDA, dan pembaca layar lainnya.

Anggapan lainnya beranggapan penyandang tunanetra itu kesulitan mendapat pekerjaan. Tetapi masalah tersebut dapat diatasi, jika memiliki keterampilan, seperti musik, pijat, dan lain sebagainya. Menurut saya, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan serta keinginan masing-masing. Dimana kami sebagai penyandang tunanetra, tentu juga memiliki keinginan untuk bekerja sesuai minat. Selain itu, dengan canggihnya teknologi, kami dapat mempelajari ilmu baru, seperti ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu bahasa, dan lain sebagainya.

Selain itu, orang menganggap bahwa penyandang tunanetra kesulitan menyesuaikan diri. Di mana penyandang tunanetra kesulitan berhubungan dengan orang di sekitarnya, apalagi jika tidak mendapat dukungan, sehingga merasa minder, tersingkirkan, dan lain-lain. Bukan kami tidak percaya diri, hanya kami penyandang tunanetra perlu membiasakan diri di lingkungan manapun dan harus memiliki kepercayaan diri bahwa kami bisa berhubungan dengan orang lain dan juga bersosialisasi. Mengetahui kekurangan bukan berarti kita harus minder, hal itu akan membuat kita lebih menutup diri, di setiap kekurangan pasti ada kelebihan yang diberikan. Gunanya untuk saling melengkapi dan membuat kita untuk berpikir bagaimana cara kita untuk meningkatkan diri kita menjadi lebih baik.

Selama saya di kampus, saya bersyukur tidak merasa terasingi yang dimana sebagian mungkin mengira bahwa penyandang tunanetra itu sulit mendapat teman, karena kami tidak bisa saling mengenal satu sama lain karena kami tidak bisa saling menatap satu sama lain. Kami memang tidak bisa melihat tapi kami menggunakan indera pendengaran kami untuk saling mengenal teman-teman semuanya, kami pun menghafal nama teman-teman melalui suara mereka. Seperti teman-teman saya mudah akrab dengan saya, kami sering membicarakan mengenai pembelajaran, kasus-kasus mengenai hukum, juga bercerita pengalaman satu sama lain, dan juga mendengarkan musik yang kami suka. Selain itu, kebersamaan dan keakraban kita membuat kita saling mendukung satu sama lain, saling peduli, dan saling memotivasi. Di samping teman-teman saya yang baik, dosen-dosen saya juga memberikan dukungan, juga memotivasi saya bahwa saya bisa mengikuti pembelajaran seperti mahasiswa pada umumnya.

Sebagai makhluk sosial, kita perlu menjalin relasi untuk saling berbaur, membagikan pengetahuan, pengalaman, dan lain sebagainya. Tentunya, kita tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosial kita, tetapi juga untuk membenarkan, mendukung, dan mempertahankan tatanan sosial tersebut, yaitu dengan saling peduli, menghormati orang lain, serta menjalin interaksi yang baik, tanpa memandang rendah perbedaan orang lain. Tentunya, di balik kekurangan kami sebagai tunanetra, kami memiliki semangat, motivasi, harapan untuk mencapai target dan memberikan hasil yang bermanfaat, baik untuk diri kami masing-masing, maupun untuk orang lain.

Selain itu perlunya untuk mengasah keterampilan seperti dalam berseni ini, saya sendiri suka memainkan beberapa alat musik, seperti piano, biola, dan drum. Selain itu saya ingin mengeksplor diri saya dalam bidang vokal. Maka dari itu, saya mengikuti UKM Paduan Suara untuk mengasah kemampuan vokal saya. Dalam UKM tersebut, saya mempelajari lagu dengan cara mendengar setiap not dan lirik yang didinyanyikan pelatih dan teman-teman saya, kemudian saya mengikuti not dan lirik tersebut, juga menghafalkannya. Pada masa pengenalan UKM, diadakan lomba antar kelompok, kelompok saya membawakan lagu daerah, Kembang Galengan asal Banyuwangi. Puji syukur, usaha kelompok kami untuk berlatih dan berkompetisi membawa hasil yang manis. Kelompok kami menang dengan juara satu dan itu menjadi kepuasaan dalam diri saya bahwa saya mampu melakukan setiap alur yang saya jalani, sebagai pacuan dalam meningkatkan kualitas diri.

Jika kita bercerita tentang kualitas diri, harus ada yang namanya kepercayaan pada diri, seseorang yang mampu mengelola dirinya, dan bisa bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah diamanahkan dengan otomatis kita akan bisa menjadi orang yang mempunyai karakter dan kepribadian yang baik untuk mampu mencapai cita-cita. Tetapi bukan itu saja dengan tetap mendekatkan diri kepada Tuhan dan menghormati kedua orang tua, kita bisa dan pasti akan bisa menjadi seseorang yang akan berhasil dikemudian hari.

Membuat rencana-rencana yang tertulis atau target-target hidup, merupakan salah satu yang harus dilakukan, yang diharapkan kita dapat mencapai tingkat kualitas diri kearah yang baik. Segala sesuatu yang terjadi kepada kita, mempunyai tujuan tertentu dan sesuatu yang terjadi tersebut akan mendorong kita kearah yang lain. Maka lakukan sekarang sesuatu tersebut dengan baik, jika tidak perubahan tidak akan terjadi kepada hidup kita.

Menjadi diri sendiri itu perlu dengan menjadikan diri kita itu layaknya teman, yang menguatkan ketika jatuh. Tumbuhkan rasa cinta di dalam diri kita dengan tulus dan ikhlas. Setiap orang pernah gagal, jatuh dan terpuruk. Dan tidak semua orang putus asa akan hal itu. Karena kita percaya bahwa kita mampu dan bisa. Dengan menghargai kelebihan dan kekurangan di dalam diri sendiri. Kami sebagai tunanetra, dapat menjadi orang yang bermanfaat, salah satu aspek yang penting adalah karakter. Menurut Ditjen Mandikdasmen-Kementerian Pendidikan Nasional, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari penjelasan saya, dapat disimpulkan bahwa kami sebagai penyandang tunanetra, sama seperti orang pada umumnya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada, kami akan terus berjuang, melakukan yang terbaik, meningkatkan sosialisasi kami, serta menumbuhkan karakter positif di dalam diri kami, agar segala sesuatu yang kami targetkan, dapat kami capai dan menghasilkan manfaat, baik untuk diri kami, juga orang lain.

“Mencintai diri sendiri bukan hanya tentang penerimaan. Ini juga tentang bagaimana kita menjaga dan membuat diri kita menjadi orang yang lebih baik. Diri kita adalah kita, dan kita juga yang memahaminya. Percayalah bahwa setiap karakter pada diri kita itu unik dan tidak sama dengan orang lain. Maka tunjukkanlah karakter pada dirimu sendiri, dengan begitu kamu bisa dikenal oleh banyak orang dengan karakter yang ada pada dirimu".

Sumber referensi:

Thahir, Andi (2018). Psikologi Perkembangan. www.aura-publishing.com.

Fadilah, dkk. (2021). Buku Pendidikan Karakter. CV Agrapanamedia.

Ditulis oleh Kenzo

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image