Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azkiya Latifah

Mengenal CRD, Penyakit Respirasi pada Ayam

Edukasi | 2023-05-30 11:29:02

Chronic Respiratory Disease (CRD) adalah penyakit menular menahun pada ayam yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum yang ditandai dengan sekresi hidung katar, kebengkakan muka, batuk dan terdengarnya suara sewaktu bernafas.

Gejala klinis yang umum pada penyakit CRD adalah bunyi respirasi abnormal, keluar cairan dari lubang hidung, batuk dan bersin, dan panting. Manifestasi penyakit ini bervariasi. Jika tidak ada komplikasi penyakit lain, kematian biasanya terjadi pada umur muda. Faktor stress seperti tingginya kadar ammonia, debu, defisiensi nutrisi, dan stress yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan dapat meningkatkan keparahan. Chronic Respiratory Disease disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Umumnya menyerang ayam pada umur 4-9 minggu. Penularan terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat pakan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.

M. gallisepticum merupakan bakteri Gram (-) berbentuk polimorfik kokoid dan tidak memiliki dinding sel sehingga bakteri ini mudah pecah/mati oleh desinfektan, panas, sinar matahari dan faktor lainnya. Pola serangan yang ditimbulkan oleh CRD tergolong lambat. Ketika ayam mulai terjangkit M. gallisepticum, infeksi tersebut akan berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama. Selama beberapa minggu bakteri akan tetap menetap dalam saluran pernapasan dan baru bekerja menginfeksi secara akut ketika ayam mengalami stres.

M. gallisepticum menimbulkan masalah serius pada ayam pedaging dimana bakteri tersebut sering bekerja sinergis dengan agen infeksi lain seperti E.coli. E. coli adalah bakteri yang hampir ditemukan pada semua tempat, terlebih pada tempat-tempat yang kotor. Colibacillosis memang penyakit yang identik dengan kebersihan. Semakin kotor lingkungan peternakan maka colibacillosis akan semakin tinggi tingkat kejadiannya. Oleh karena itu colibasillosis sangat bergantung pada pelaksanaan manajemen peternakan. Tingkat kematian akibat colibacillosis bisa mencapai 10%. Timbulnya CRD yang menyerang saluran pernapasan, akan semakin membuka kesempatan bagi bakteri lain seperti E.coli untuk ikut menginfeksi ayam sehingga terjadilah CRD kompleks. CRD kompleks merupakan gabungan/komplikasi penyakit antara CRD dan colibacillosis.

Perubahan patologi anatomi yang terlihat antara lain rongga dan sinus hidung berlendir. Jika perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama, lendir akan berwarna kuning dengan konsistensi seperti keju. Kantung udara menjadi keruh atau mengandung lendir. Pada stadium selanjutnya, lendir menjadi berwarna kuning dan berkonsistensi seperti keju. Eksudat seperti ini juga dapat ditemukan di jantung dan pericardium.

Penyebaran Kasus CRD di Indonesia dan Dampak Serangannya

Dari data tim Technical Education and Consultation (TEC) Medion dilaporkan bahwa di tahun 2019 penyakit ngorok menempati posisi pertama dan kedua dari 10 penyakit yang sering menyerang ayam pedaging (broiler) maupun ayam petelur (layer) . Telah kita ketahui bahwa CRD bersifat imunosupresif atau mampu menekan sistem kekebalan ayam. Di lapangan, kejadian CRD murni banyak ditemui dan bahkan juga banyak disertai ko mplikasi dengan penyakit lain terutama E. Coli, sehingga disebut CRD kompleks. Berdasarkan data lapangan, CRD murni menempati peringkat ke-1 pada ayam pedaging maupun petelur. CRD kompleks menduduki peringkat ke-2 pada ayam pedaging dan ke-6 pada ayam petelur.

Kemarau panjang, cekaman panas, lingkungan berdebu, polusi asap, ditambah menurunnya kualitas air akibat kekeringan, semua itu memicu kejadian penyakit CRD pada ayam, baik ayam pedaging (broiler) maupun ayam petelur (layer). Gambaran iklim tersebut sangat relevan dengan situasi terkini di hampir seluruh wilayah tanah air.

Salah satu ancaman terbesar CRD selama ini adalah menjadi pemicu meningkatnya angka kematian melalui kasus komplikasi. Bukan itu saja, CRD komplikasi juga bisa menyebabkan kematian embrio, kematian anak ayam, menurunkan mutu karkas/daging ayam dan menurunkan produksi telur, tergantung penyakit sekunder yang menyerang.

Kasus CRD yang telah berkolaborasi dengan E. coli bisa memicu mortalitas hingga angka 10 – 15%, atau bahkan bisa mencapai 20%. Sementara untuk CRD murni, kematian yang ditimbulkan terbilang sangat rendah, sekitar 5% atau tidak ada. Disamping menjalin hubungan dekat dengan E. coli, CRD dalam beberapa kasus juga bisa meningkatkan kepekaan terhadap infeksi korisa, kolera, koksidiosis, Gumboro dan ND, sehingga kerusakan jaringan dan organ tubuh ayam yang muncul akan lebih parah. Dan secara otomatis, angka produksi baik broiler maupun layer pun akan turun.

Pengobatan dan Penanganan

Salah satu prinsip pengobatan yaitu obat ha­rus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang. Terlebih lagi, M. gallisepticum tidak memiliki dinding sel. Oleh karena itu, jenis antibiotik yang dipilih harus mempunyai cara kerja menghambat pembentukan asam folat dan protein yang akan langsung merusak intisel bakteri M. gallisepticum. Contoh produk yang dapat digunakan untuk membasmi CRD maupun CRD kompleks salah satunya adalah Neo Meditril.

Neo Meditril merupakan antibiotik yang bekerja langsung pada inti sel bakteri sehingga ampuh membunuh bakteri Mycoplasma. Beri­kan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera pada etiket atau leaflet produk. Lakukan rolling atau penggantian antibiotik setiap 3-4 periode pemeliharaan untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Selain pemberian antibiotik, beberapa tin­dakan yang harus dilakukan dalam menangani kasus CRD antara lain:

  1. Pemberian multivitamin dosis tinggi Fortevit untuk mengatasi stres dan meningkatkan stamina tubuh ayam. Serta Egg Stimulant atau Neobro untuk memperbaiki produksi
  2. Saat awal masa brooding, setiap sisi kandang harus ditutup dengan tirai, namun tetap harus disisakan celah ± 20 cm di bagian atas kandang untuk memperlancar sirkulasi udara dalam kandang
  3. Atur kepadatan kandang, dimana kepadatan ayam yang ideal adalah 15 kg per m2 atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m2. Atur buka tutup tirai dengan baik dan jika perlu pasang kipas atau blower untuk membantu perputaran sirkulasi udara.
  4. Lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali. Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah se¬dikit, segera ambil dan ganti dengan yang baru. Kurangi kadar amonia dalam kandang dengan menyemprotkan Ammotrol pada feses. Bisa juga dilarutkan dalam air minum sebanyak 0,5 - 1 gram per 2 liter air minum
  5. Lakukan penyemprotan kandang dengan disinfektan Medisep atau neo Antisep

Dengan menerapkan beberapa langkah diatas, diharapkan para peternak dapat mengetahui cara penanganan ternak unggas ayam yang terkena kasus CRD.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image