Inner Child Meronta-ronta? Kenal Lebih Dekat Tentang Inner Child
Eduaksi | 2023-05-30 00:35:54Istilah inner child pastinya sudah tidak asing lagi. Istilah ini populer seiring dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan mental meningkat. Telah banyak pembahasan di sosial media terkait apa sih definisi dari inner child itu. Namun, ternyata ada kesalahpahaman atau interpretasi yang berbeda mengenai istilah ini. Kesalahpahaman ini dapat menyebabkan kebingungan yang akibatnya banyak orang menggunakan istilah inner child dengan kurang tepat.
Mungkin diantara kalian pernah mengalaminya atau pernah mendengar orang-orang di sekitar kalian menggunakan istilah inner child. Misalnya bertemu seseorang yang membeli barang atau mainan lucu dan berkata bahwa mereka membelinya demi memenuhi keinginan inner child mereka. Tidak hanya pada orang dewasa, tren inner child ini juga ramai di kalangan anak-anak. Katanya, jika kamu merasa seperti ini atau berperilaku seperti itu, itu tandanya inner child kamu terluka.
Jadi, apa sih sebenarnya inner child itu? Apakah salah jika mengatakan bahwa keinginan untuk membeli mainan lucu itu disebut memenuhi inner child yang meronta-ronta?
Menurut Stephen A. Diamond, psikolog klinis Amerika, inner child merupakan kumpulan dari pengalaman baik positif maupun negatif yang telah dialami seseorang di masa lalu. Inner child dapat mempengaruhi emosi dan juga bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku di masa yang akan datang. Hal ini dapat menjadi pendorong atau justru penghambat bagi tumbuh kembang seseorang. Karenanya, inner child ini penting untuk diperhatikan.
Setiap orang tentunya berbeda-beda dalam hal menangani inner child mereka. Bagaimanapun, hal ini dibentuk berdasarkan pengalaman individu. Namun karena sifat subjektifnya, kesalahpahaman dapat muncul. Beberapa kesalahpahaman umum terhadap inner child ini diantaranya disebabkan oleh:
- Penafsiran literal
- Menyamakan inner child dengan keadaan kembali seperti anak kecil atau tidak dewasa
- Menyederhanakan secara berlebihan dan menganggap inner child merupakan tidak terpenuhinya masa kecil yang diidealkan
Seperti yang disebutkan di atas, inner child mencakup pengalaman positif dan negatif. Setiap orang memiliki inner child mereka masing-masing. Inner child juga tidak selalu bersifat negative. Jika iya, maka berarti inner child nya terluka. Dan setiap orang memiliki kondisinya masing-masing yang berbeda. Sehingga tidak bisa begitu saja disamakan dengan orang lain dengan self-diagnosis kemudian jika merasa seperti ini atau berperilaku seperti itu berarti inner child terluka. Dan juga tidak bisa dikatakan bahwa karena ingin membeli mainan dan barang yang lucu itu juga karena demi membahagiakan inner child. Bisa jadi itu hanyalah karena keinginan untuk membeli barang tersebut.
Jadi, daripada melakukan self-diagnosis kemudian melakukan kesalahan dalam menanganinya. Kita dapat melakukan konseling dengan seorang profesional untuk mengetahui kondisi kita. Jika inner child terluka, mereka juga bisa membantu mengidentifikasi dan memulihkan luka-luka tersebut. Tentunya hal ini membutuhkan proses dan juga usaha.
Dengan ini, semoga tidak ada kesalahpahaman lagi terhadap definisi dari inner child. Selain itu juga dapat menerima, memahami, serta menyembuhkan jika inner child terluka. Sehingga dapat meningkatkan potensi tumbuh kembang yang optimal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.