Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image karmelithaa mala

Kasus TBC di Indonesia

Eduaksi | Monday, 29 May 2023, 00:35 WIB

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberculosis berasal dari tuberkulum yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk saat sistem kekebalan membangun dinding di sekitar bakteri di paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan penyakit kronis dan ditandai dengan terbentuknya granuloma dan nekrosis jaringan. Tuberculosis dapat menyebar melalui udara, ketika seseorang dengan penyakit Tuberculosis aktif paru paru batuk, bersin, atau berbicara. Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Tuberculosis, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberculosis menyerang paru-paru, namun bakteri Tuberculosis juga dapat menyerang organ lain di tubuh.

Tuberculosis atau biasa disingkat TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui sputum (droplet) dari penderita TBC ke individu lain yang rentan. Mycobacterium tuberculosis adalah basil tuberkel yang tahan asam, tipis, berbentuk batang, umumnya dikenal sebagai ATB (bakteri tahan asam). Bakteri tersebut strukturnya bisa lurus atau melengkung, panjangnya sekitar 2–4 µm dan lebar 0,2– 0,5 µm, dihubungkan bersama untuk membentuk rantai. Besar kecilnya bakteri ini bergantung pada kondisi lingkungan.

  • Tuberkulosis Laten

Tuberkulosis laten dapat terjadi apabila penderitanya memiliki atau terinfeksi kuman di dalam tubuh akan tetapi sistem imun atau kekebalan tubuhnya berhasil mencegahnya agar bakteri tidak menyebar. Penderita Tuberkulosis laten ini tidak akan merasakan gejala apapun dan penderita juga tidak akan menularkan bakteri ini kepada orang lain. . Akan tetapi perlu diingat bahwa infeksinya masih hidup dan suatu saat nanti dapat menjadi aktif. Namun apabila terdapat kecenderungan menjadi Tuberculosis aktif maka dokter akan memberikan obat aktif. Faktor risiko yang dapat memicu Tuberkulosis laten menjadi Tuberkulosis aktif yakni apabila penderita mengidap HIV, lalu mengalami infeksi dalam dua tahun terakhir, rontgen dada menunjukan kondisi yang tidak biasa, atau sistem kekebalan tubuh atau imunitas tubuh tiba-tiba melemah sehingga bakteri dapat bermutasi yang awalnya virus laten menjadi virus aktif yang menyerang penderita dan dapat menimbulkan gejala serta dapat menular pada orang di sekitar.

  • Tuberkulosis Aktif

Pada kasus Tuberkulosis aktif seseorang yang sudah mengalami dan terinfeksi Tuberkulosis aktif adalah saat bakteri sudah berkembang biak dan membuatnya menimbulkan gejala dan sakit. Sehingga dapat menularkan penyakit tersebut pada orang lain. Pada 90% kasus TBC aktif adalah orang dewasa yang berasal dari infeksi TB laten. Infeksi TB laten atau aktif juga dapat resisten terhadap obat. Artinya obat tertentu tidak bekerja melawan bakteri.

Tanda dan gejala umum Tuberkulosis adalah batuk yang progresif. Tuberculosis paru biasanya tidak memiliki tanda atau gejala yang spesifik. Namun umumnya yang muncul adalah:

  • Demam berlangsung lebih dari sebulan yang biasanya terjadi di pagi hari
  • Batuk yang terjadi karena iritasi pada bronkus; batuk yang membuang/pelepasan produk inflamasi, dari batuk kering hingga batuk bernanah (produksi air liur)
  • Nyeri dada. Namun gejala nyeri dada jarang ditemukan, nyeri terjadi dengan infiltrasi inflamasi ke pleura menyebabkan radang selaput dada.
  • Ketidaknyamanan yang muncul berupa hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat di malam hari

Berdasarkan data dari WHO secara global angka insidensi tuberkulosis dunia masih sangat cukup tinggi,diperkirakan 10 juta orang terinfeksi tuberkulosis bahkan 40% kasus berada di asia tenggara.pada tahun 2013 indonesia menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah cina dan india,dengan jumlah sekitar 10% dai total jumlah pasien tuberkulosis di dunia.Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian mencapai 101.000 jiwa setiap tahunnya.

Tuberkulosis ini masih menjadi salah satu kasus yang masih sering dijumpai di Indonesia, banyaknya kasus Tuberkulosis ini mengakibatkan jumlah pemeriksaan rontgen x-ray di instalasi radiologi banyak dan sering ditemukan. Kasus penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia sendiri menempati peringkat ketiga setelah negara India dan Cina, dengan jumlah sebanyak 824 ribu dan kasus kematian akibat penyakit TBC sebanyak 93 ribu per tahun atau 11 kematian per jam. Kasus ini banyak ditemui pada daerah pedesaan atau di daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi sebab budaya yang kurang menjaga kebersihan. Sehingga bakteri akan mudah tersebar dan berkembang biak. Atau di daerah yang padat penduduknya. Berdasarkan Global Tb Report pada tahun 2022, banyaknya kasus TBC terjadi pada kelompok usia produktif, yaitu pada usia 25 hingga 34 tahun, dan di Indonesia kasus TBC sendiri terbanyak terjadi pada kelompok usia 45 hingga 54 tahun.Penyakit TBC ini tidak mengenal kalangan usia, sebab TBC dapat ditemukan di semua usia di masyarakat, mulai bayi, remaja, dewasa hingga lansia. Hal ini menjadi bukti bahwa Tuberkulosis masih menjadi indikasi pemeriksaan radiografi thorax dengan angka tertinggi.

Pada dasarnya kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) terjadi karena adanya bakteri, oleh karena itu kita senantiasa menjaga kesehatan agar terhindar dari berbagai bakteri yang menyerang tubuh. Caranya dengan makan makanan yang bergizi, kemudian dianjurkan untuk tidak merokok serta mengonsumsi minuman beralkohol, dan berolahraga secara teratur. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan orang yang sedang masker dan menggunakan masker apabila berada di tempat ramai. Selanjutnya, dengan pemberian vaksin BCG yang disarankan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.

Berdasarkan data, diketahui bahwa penyakit TBC ini banyak dijumpai di daerah terpencil. Sehingga, hendaknya pemerintah Indonesia mulai memperluas jaringan mengenai pemeriksaan di daerah sulit terjangkau agar kasus Tuberkulosis di daerah tersebut tertangani. Pemberian edukasi terkait penyakit TBC juga hendaknya dilakukan agar edukasi tersebut merata dan penduduk Indonesia memiliki bekal pengetahuan tentang penyakit TBC. Bentuk pemberian edukasi tersebut dapat dilakukan dengan adanya program-program baru pada daerah yang sulit dijangkau. Namun, program tersebut hendaknya tetap dipantau atau diawasi agar berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image