Dampak Media Sosial Bagi Kesehatan Mental
Eduaksi | 2023-05-28 23:19:20Pada zaman sekarang, tidak dapat dibantah lagi bahwa kehidupan manusia di era globalisasi ini sangat bergantung kepada media sosial. Seperti yang dituliskan oleh B.K. Lewis (2010) bahwa Media Sosial adalah Teknologi digital yang memungkinkan bagi orang lain untuk melakukan interaksi, produksi, dan bertukar pesan.
Media sosial atau sosial media memegang peranan penting di segala lini masyarakat, apalagi pada saat ini menjelang era 5.0. Media sosial ini sangat bermanfaat dikarenakan tidak hanya seribu satu informasi yang bisa kita dapatkan, namun kita juga bisa bertukar pesan dengan seseorang yang ruang dan waktunya berbeda dengan kita, tak peduli sejauh apapun jarak kita pasti bisa menjangkau orang lain menggunakan media sosial ini. Jadi tidak heran setiap lapisan masyarakat yang memiliki gawai pasti menggunakan sosial media. Meskipun memberikan banyak manfaat bagi umat manusia, tidak menutup kemungkinan bahwa sosial media sendiri bisa memberikan dampak negatif salah satunya bagi kesehatan mental.
Dari beberapa artikel yang saya baca bisa saya simpulkan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara penggunaan gawai dengan kategori media sosial yang berlebihan dengan kondisi psikologis dan fisik remaja. (Yasin, Anjani, Salsabil, Rahmayanti, Amalia, 2022) Terdapat penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 menuliskan bahwa lebih dari 2000 adolescence menghabiskan waktu dalam pemakaian gawai adalah untuk mengakses medsos selama 92% dalam sehari. Tingginya angka penggunaan sosial media memberikan perasaan bahagia pada remaja yang menyebabkan susahnya berhenti bermain media sosial. Akibatnya selain remaja mengalami Social Media Addiction, remaja juga rentan mengalami gangguan psikologis dan fisik seperti meningkatnya stress yang mengarah ke depresi, pola hidup buruk, jam tidur yang berantakan, bahkan sampai obesitas. Selain itu para remaja yang memiliki Social Media Addiction rentan mengalami gangguan psikologis seperti anxiety disorder (gangguan kecemasan) dan juga depresi.
Tertulis pada data Riskesdas tahun 2018 bahwa remaja yang berusia kisaran 15-19 tahun mengalami gangguan psikologis dengan gejala depresi dan anxiety mencapai angka 6,2% dari jumlah total penduduk Indonesia gangguan psikologis dengan gejala depresi dan anxiety. Banyak peneliti menyetujui gagasan bahwa pengguna aktif sosial media yang aktif selama lebih dari 3 jam dalam sehari memiliki kerentanan yang lebih dibandingkan mereka yang pasif sosial media. Dikatakan dalam survey kelompok mahasiswa yang mayoritas berusia 18-25 tahun adalah pengguna media sosial yang angkanya lebih dari 80% dengan rata-rata durasi penggunaan selama lebih dari 3 jam perhari. Durasi aktifitas online ini dikhawatirkan bisa membawa dampak negatif bagi para mahasiswa yang salah satu dampaknya bisa dikaitkan dengan gejala depresi dan gangguan kecemasan.
Memang benar bahwa tidak semua gangguan mental berasal dari penggunaan sosial media yang berlebihan, faktor lainnya adalah biologis, psikologis, dan sosial-ekonomi. Faktor biologis contohnya adalah adanya permasalahan pada hormon (Durand & Barlow, 2006:298). Faktor psikologis contohnya adalah adanya kecenderungan kita untuk memarafrasakan setiap kejadian sehari-hari kita dengan pandangan yang invalid atau biasa disebut dengan distorsi kognitif (Beck, 1967:234). Faktor sosial contohnya adalah ketika kita memiliki hubungan yang buruk dengan orang disekitar kita juga bisa menjadi sumber umum (Priest, 1987:25). Faktor sosial- ekonomi contohnya adalah seseorang yang memiliki status sosial rendah sangat mudah untuk merasa depresi (King, 2014:319).
Gerald C. Davidson (2004:372) mengatakan secara rinci bahwa ketika mengalami depresi seseorang menunjukkan emosional yang sangat sedih, selalu merasa dirinya tidak berharga yang ditandai dengan tindakan bersisurut dari kehidupan sosial, insomnia, putus asa terhadap masa depan, dan kehilangan minat atas hidup. PPDGJ III (Maslim, 2013:64) mengatakan bahwa ada 3 episode depresif yang masing-masing memiliki kriteria diagnosis yang berbeda, mereka terbagi menjadi depresif ringan, sedang dan berat. Kondisi Kesehatan mental seseorang sangat berhubungan dengan intensitasnya dalam menggunakan medsos. Memang benar sosial media adalah sarana bagi siapapun untuk berinteraksi dan bersosialisasi secara daring. Melalui media sosial, seseorang dapat menciptakan relasi antar indvidu. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan tanpa menyaringnya juga dapat menjadi boomerang bagi para penggunanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.