Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dyasfitri Fatiha Rahma

Kebiasaanmu di Media Sosial Ini akan Membahayakan Pola Pikirmu!

Gaya Hidup | Sunday, 28 May 2023, 23:15 WIB
Sumber: Dokumen pribadi

Sekarang ini, setiap jengkal kehidupan kita tidak bisa dipisahkan dari teknologi. Teknologi, khususnya teknologi informasi, sudah menjadi bagian penting dari kehidupan kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Perkembangan teknologi informasi sekarang ini melahirkan berbagai media informasi seperti media sosial yang semakin memudahkan proses interaksi dan pertukaran informasi, sehingga tidak hanya dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dan edukasi saja, namun juga seringkali digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.

Keberadaan media sosial yang sudah menjadi konsumsi sehari-hari ini memiliki banyak peran dalam masyarakat kita. Selain fungsi dasarnya sebagai tempat berkomunikasi antar individu yang mencakup seluruh wilayah di dunia, media sosial juga bisa menjadi suatu hiburan tersendiri bagi masyarakat. Hiburan tersebut dapat mudah diperoleh dari kegiatan interaksi dengan mereka yang kita kenal hingga dengan orang asing sekalipun, dengan bertukar ide, pikiran, cerita, hingga hobi.

Namun, tanpa disadari, interaksi yang kita lakukan dapat memunculkan rasa ingin memperoleh validasi dari orang lain. Hal itu dapat terjadi karena manusia memiliki kecenderungan untuk ingin mendapatkan perhatian, pengakuan, dan prasangka baik dari orang lain. Validasi tersebut akan didapatkan seseorang di media sosial ketika mereka mendapatkan dukungan dari orang lain atas pendapat maupun apa yang telah mereka lakukan. Untuk mendapatkan validasi tersebut, banyak orang berlomba-lomba mengutarakan komentar atau pendapat yang telah mereka rancang sebaik-baiknya agar mendapat dukungan dari orang lain. Tak jarang, orang-orang hanya berkomentar berdasarkan apa yang sejalan dengan pikiran banyak orang demi dapat dijunjung dan diakui. Hal itulah yang akan membawa kita pada sebuah kecanduan yang berbahaya.

Setelah mendapatkan banyak dukungan dari orang lain, kita akan terus dan terus ingin merasakan hal tersebut. Ketika seseorang telah dibutakan oleh validasi dan tidak mampu mengendalikan diri, mereka tidak peduli lagi ingin meraih tujuan dengan cara apapun, meski dengan cara negatif sekalipun. Karena itu, tidak sedikit orang di media sosial yang mengutarakan komentar kebencian dan kritik tidak membangun terhadap suatu pihak, dengan harapan mendapatkan validasi dari kelompok tertentu. Bagaimanapun juga, komentar kebencian ini adalah salah satu komentar yang paling sering dan cepat mendapat perhatian dari banyak orang.

Terlebih lagi, di media sosial terdapat suatu fenomena yang sering terjadi di mana ketika suatu komentar menjadi populer, akan semakin banyak orang yang setuju dengan hal tersebut karena mereka berpikir bahwa itu adalah sebuah trend. Bagi orang-orang yang tidak memiliki pendirian terhadap sesuatu, pikiran mereka akan dapat dengan mudahnya disetir oleh sesuatu yang disebut trend tersebut. Hal itulah yang bisa memunculkan tindakan yang sekarang ini banyak dijuluki sebagai bandwagon hate, yakni tindakan ikut-ikutan dalam membenci sesuatu hanya karena banyak orang yang membencinya. Karena dari situlah, seseorang akan merasa diterima menjadi bagian dari banyak orang atau mendapatkan validasi.

Kecanduan dalam memperoleh validasi dengan cara negatif tersebut akan menjadi suatu kebiasaan yang sangat berbahaya bila terus dilakukan. Pikiran kita seringkali bereaksi terhadap sesuatu tergantung pada kebiasaan. Sehingga ketika hal itu telah menjadi kebiasaan, tanpa disadari, lambat laun pikiran kita akan terbiasa memandang sesuatu dari sisi negatifnya terlebih dahulu. Siapa sangka, kebiasaan mengorek sisi negatif suatu hal di media sosial untuk melontarkan ujaran kebencian mampu membawa dampak pada perilaku kita di dunia nyata.

Kehidupan sehari-hari akan menjadi jauh lebih suram karena ketidakmampuan kita dalam memandang sesuatu dari sisi positifnya terlebih dahulu. Kita dapat menjadi mudah tersinggung dan sulit mengendalikan amarah. Pikiran optimis yang menjadi kunci keberhasilan dalam melakukan sesuatu juga perlahan akan hilang, tergantikan oleh rasa pesimis yang meruntuhkan kepercayaan diri. Tidak ada hal baik yang akan datang dengan kebiasaan memandang sesuatu hanya dari hal-hal negatifnya.

Jadi, sebelum terperangkap dalam kebiasaan buruk yang membahayakan tersebut, ingatlah untuk selalu bijak dalam menggunakan media sosial dan sering melakukan refleksi diri, karena kita seringkali tidak sadar akan apa yang ada di depan hidung sendiri. Saatnya untuk kita perlu menyadari bahwa bersenang-senang dalam hal yang negatif akan menjerumuskan diri pada nasib yang buruk juga. Maka, setiap kali tergoda untuk berkomentar jahat di media sosial, ingat juga kutipan John C. Maxwell berikut:

"Dengan menabur pola pikir, anda akan menuai tindakan. Dengan menabur tindakan, anda akan menuai kebiasaan. Dengan menuai kebiasaan, anda akan menuai karakter. Dengan menuai karakter, anda akan menuai masa depan." - John C. Maxwell (2009)

Kebiasaan kita sehari-hari membentuk pola pikir kita. Pola pikir yang baik akan membawa kepada masa depan yang baik. Sebaliknya, pola pikir yang buruk akan membawa kita pada masa depan yang buruk juga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image