Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Guru: Sakitnya Tu di Sini

Guru Menulis | Sunday, 28 May 2023, 07:37 WIB

GURU : ‘SAKITNYA TU DISINI’

Max Webber (1992) dalam penelitiannya yang sangat populer, The Prostestan Ethic and the Spirit of Capitalism, menemukan bahwa mengapa orang eropa selatan giat bekerja?, mengapa orang Kristen protestan dapat kita jumpai di dunia ini sebagai konglomerat?, jawabannya adalah karena ada ‘doktrin’ yang kuat. Doktrin tersebut adalah ‘barangsiapa yang giat bekerja akan masuk surga, siapa yang malas bekerja maka akan masuk neraka’. Berbeda dengan orang eropa utara yang tidak memiliki doktrin yang kuat. Dalam kesimpulan penelitian Webber bahwa barangsiapa yang memahami doktrin agamanya dengan benar maka dia pasti sukses.

Bangsa Korea juga bisa maju menjadi bangsa yang disegani didunia berkat doktrin yang kuat di Negara mereka. ‘barang siapa mengaku bangsa korea, maka harus bangun pagi’. Bangun pagi bermakna luas, mendapatkan informasi lebih dulu, bekerja lebih dulu, berkarya lebih dulu dari Negara lain, dll.

Bila kita tarik benang merah antara ‘doktrin’ dengan ‘guru’, maka diperlukan doktrin yang kuat kepada seorang guru agar menjadi guru yang hebat dan bukan asal menjadi guru. Karena kebutuhan Negara Indonesia saat ini adalah guru-guru yang hebat yang diharapkan mampu membimbing para anak bangsa menjadi lebih hebat. Kita ketahui bersama, jargon yang ingin disematkan sebagai ‘doktrin’ pada masa pemerintah presiden SBY yakni ‘Indonesia Bisa’ ternyata belum sekuat doktrin orang eropa selatan dan bangsa korea. Dalam skala makro, jargon atau doktrin yang dibangun oleh SBY belum mengakar hingga lapisan sekolah-sekolah khususnya pada denyut nadi para guru. Diperlukan doktrin-doktrin skala mikro yang menghujam kuat guna membangun negeri ini, sehingga doktrin yang dicanangkan Indonesia masa pemerintahan Jokowi saat ini yakni Indonesia Hebat, dapat mudah dicapai.

Di sekolah swasta besar di kota Malang, para guru di doktrin supaya terhindar dari penyakit-penyakit yang umum terjadi pada guru. Karena ketika seorang guru mengidap penyakit tersebut maka bisa dipastikan kualitas guru, proses pembelajaran, hingga peserta didiknya sangat kurang. Doktrin yang kuat tersebut adalah ‘Barang siapa mengaku sebagai guru, maka wajib bebas penyakit’.

Barangkali benar juga kata orang bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati. Mencegah guru supaya tidak mengidap penyakit kronis guru adalah hal yang utama. Karena ketika guru terlanjut mengidap penyakit guru maka pengobatannya justru memerlukan waktu yang tidak sedikit.

Sekolah swasta tersebut berupaya memberikan benteng atau vaksin kepada para guru sehingga bebas penyakit. Penyakit-penyakit kronis yang mudah hinggap dan menular pada guru adalah:

1. TIPUS : TIdak PUnya Selera

Penyakit ini memiliki indikasi ketika bel masuk sekolah atau pelajaran telah berbunyi, guru berpenyakit ini masih berpura-pura mempersiapkan buku dengan maksud mengulur-ulur waktu, ia juga berusaha mencari teman guru yang berpenyakit sama dengan mengajak ngobrol hingga waktu terus berjalan dan jatah mengajarnya berkurang.

2. MUAL : MUatan Amat Lemah

Tanda-tanda penyakit ini dapat dari kepemilikan sumber bacaan dan sumber informasi yang sangat kurang. Penyakit ini diakibatkan oleh guru yang jarang sekali melakukan pengembangan diri dengan membaca buku, berita, mengikuti pelatihan, workshsop, dll. penyakit ini biasa hinggap pada guru yang menjalankan rutinitas mengajar tanpa memiliki visi ke depan sehingga muatannya amat lemah dan monoton dalam mengajar serta konservativ atau berpikir dan bertindak terlalu kuno/ jadul.

3. KUDIS : Kurang DISiplin

Datang ke sekolah sering terlambat, pembelajaran diakhiri lebih awal dan diawali dengan terlambat, dalam berpakaian, beribadah dan menjalankan tugas sebagai guru juga kurang disiplin. penyakit ini memang ketika digaruk menjadi nikmat, ketika dilakukan berulang-ulang dan tidak ada yang menegur maka guru yang KUDIS menganggap itu adalah sebuah kenikmatan. Imbasnya adalah para peserta didik akan tertular penyakit ini.

4. ASMA : ASal MAsuk

Gaji yang cukup ditambah lagi sertifikasi yang cair, kadangkala juga menjadi pemicu guru menjadi ASMA, tidak ada gairah untuk mengajar karena tujuan utama mengajar yakni mendapatkan financial yang cukup. Akhirnya Asal Masuk sekolah. Tanggungjawab sebagai seorang guru menjadi tidak penting, karena penyakit ini terlalu membahayakan hingga berujung kematian karakter guru.

5. TBC: Tidak Bisa Computer

Penyakit TBC atau gaptek ini biasa dialami oleh penduduk imigran. Penduduk imigran adalah para guru yang terlahir bukan di era digital saat ini dan tidak mau mempelajari hal baru di era globalisasi dengan alasan sudah tua. Sangat berbeda dengan penduduk asli atau native. Para native lebih kebal terhadap penyakit TBC karena dunia komputer sudah menjadi keahliannya sejak kecil.

6. KUSTA: KUrang STrAtegi

Penderita KUSTA adalah guru yang kurang strategi dalam mengajar maupun mengelola kelas. Peserta didik menjadi korban dari guru yang menderita KUSTA.

7. KRAM :KuRang terAMpil

Guru yang terkena KRAM biasanya menumpuk-numpuk tugas hingga tidak ada satupun yang terselesaikan, keterampilan mengajar, membuat perangkat mengajar yang seharusnya dimiliki oleh guru tidak dimiliki guru KRAM, sehingga semuanya menumpuk dan kualitas guru berbanding lurus dengan peserta didik yakni mudah KRAM Kurang Terampil.

8. ASAM URAT: Asal SAmpai Materi, kUrang akuRAT

Guru Asam Urat ini tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengajar, karena persendian hidupnya tidak terisi kekuatan sejati sebagai seorang guru. Tenaganya hanya digunakan untuk mengejar materi hingga selesai, asal materi telah disampaikan di kelas maka tugas menjadi guru telah selesai.

9. DIARE: Di kelAs anak-anak diREmehkan

Merasa lebih tahu, lebih pinter, dan menganggap peserta didik anak yang bodoh, sehingga senantiasa meremehkan ketika mengajar di kelas. Penyakit ini diakibatkan oleh virus sombong dari seorang guru. Virus ini sangat berbahaya bila terlalu lama berada dalam tubuh guru.

10. GINJAL: GajInya Nihil, JArang aktif, dan Lambat

Penyakit ini berbanding lurus dengan kualitas gurunya, karena kualitas yang kurang maka gaji tidak terlalu besar sehingga komplikasinya adalah guru jarang aktif dan bekerja terlalu lambat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image