Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Guru Perlu Menjadi Murid

Guru Menulis | Sunday, 28 May 2023, 07:12 WIB

GURU PERLU MENJADI MURID

“jika ingin melihat kualitas sekolah, lihat bagaimana sekolah itu mempesiapkan dan memperlakukan guru-gurunya’” (Wismiarti Tamin)

Beberapa reformasi terhadap pengembangan profesi pendidikan telah dilakukan semenjak era orde lama, orde baru, hingga era reformasi saat ini, baik dari ekspansi sistem pendidikan guru jenjang SD, menengah, maupun dalam istila h orde baru lainnya adalah tindakan darurat, peningkatan mutu pendidikan, hingga pada pembaharuan kurikulum atau bergantinya kurikulum mengikuti era.

Ditemukannya beberapa permasalahan dimulai dari kurangnya nilai tambah yang dimiliki para lulusan pendidikan di Negara ini, maupun pada gurunya sendiri yang stagnan, kemudian tidak adanya iklim persaingan sehat di antara sekolah, guru, peserta didik hingga ketika dihadapkan pada persaingan masa depan, kemudian juga bersinggungan pada masalah kurangnya mutu, seluruh komponen pendidikan di Negara ini terbilang belum mampu bersaing secara merata.

Guru di Indonesia perlu di dorong untuk senantiasa menjadi murid kembali. Karena menjadi guru saja tanpa menjadi murid akan mengakibatkan stagnansi ilmu. Mengajar saja tanpa belajar akan menutup peluang bagi pengembangan ilmu, pengetahuan, keterampilan. Keluar terus tanpa ada yang masuk. Menjadi murid saja tanpa menjadi guru juga berakibat lambatnya proses belajar (Supriono: 2008).

Tantangan lain bagi guru dapat disebutkan juga adalah tantangan untuk melakukan riset, tantangan persaingan global yang semakin ketat, dll. Dari beberapa strategi yang ditawarkan, yang lebih utama sebenarnya adalah pada perbaikan kualitas ‘Guru’, karena sebaik apapun kurikulumnya, akan tidak maksimal ketika pelaku dilapangan yakni guru belum mampu mengejewantahkan makna kurikulum yang bagus tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Memang disadari bahwa pengembangan profesi pendidik sangatlah urgen saat ini, sebagian besar guru saat ini yang berperan sebagai imigran digital atau pendatang baru dalam era digital saat ini lebih kesulitan beradaptasi dengan peserta didiknya yang lebih mumpuni dalam zaman mereka. Mereka yang sebagai native digital atau penduduk asli era digital saat ini atau yang terlahir pada era digital, memerlukan kurikulum maupun guru yang sesuai dengan zaman saat ini. tidak menutup mata bahwa guru saat ini adalah imigran digital yang tidak mudah beradaptasi dengan pesatnya perkembangan zaman khususnya dalam bidang teknologi.

Apa jadinya para native digital tersebut bila justru dididik oleh para imigran digital yang malah harus belajar kepada anak-anak masa kini dan juga akan menjadi apa bila para peserta didik dididik dengan cara yang sama dan linear cara berpikirnya serta membatasi kreatifitas peserta didik?.

Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan lebih ditekankan memiliki kreatifitas dan inovasi dalam mendidik di kelas. Pendekatan pembelajaran dari teori buku manapun, pada dasarnya ketika diimplementasikan akan menghasilkan dua model yakni guru yang aktif di kelas atau peserta didik yang aktif di kelas. Maka, seperangkat teori tersebut dapat diimplementasikan maksimal sesuai dengan kondisi di lapangan dan atas berkat sentuhan seorang guru yang pandai maka peserta didik yang optimal akan di dapat, meskipun input maupun kondisi lingkungan sekolah tersebut serba terbatas. Strategi, metode, teknik, maupun taktik, adalah hal berbeda yang sangat diperlukan untuk dikuasai seorang guru dalam mengajar, karena pada dasarnya guru itu bebas, guru berhak untuk menggunakan beberapa opsi tersebut guna menggiring peserta didik menuju arah tujuan pendidikan yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam kurikulum.

Kurikulum apapun itu yang dipakai, yang terbaik adalah yang bisa digunakan seoptimal mungkin dalam pembelajaran di kelas dan yang mampu menyajikan dengan baik adalah guru yang mampu beradaptasi dengan era para native digital saat ini atau para peserta didik masa kini. Kerisauan akan gonjang-ganjing kurikulum bisa dijawab oleh guru itu sendiri. Sebagai pendatang baru era digital, kecerdasannya diukur oleh seberapa cepat mereka mampu beradaptasi dengan perubahan zaman digital yang pesat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image