Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Guru Looser Menjadi Guru Winner

Guru Menulis | Sunday, 28 May 2023, 07:11 WIB

GURU LOSER (-)MENJADI GURU WINNER (+)

Pada kesempatan perbincangan dengan para pelaku pendidikan, mereka yang telah lama menyelam dan mengetahui asam garam dunia pendidikan pasti akan memberikan motivasi, baik itu secara langsung lisan maupun tidak langsung. Jadi guru itu pilihannya ada dua : guru loser atau guru winner.

Menjadi guru yang hebat, murid hebat, orang tua hebat, kepala dinas pendidikan yang hebat, menteri hebat, dan apapun profesi orang hebat, dapat dipastikan kunci utamanya adalah ada pada pola pikir mereka. Apa yang sering dikatakan oleh para motivator yaitu yang perlu di set terlebih dahulu adalah pola pikir atau yang sering dikenal ‘Mindset’. Letak mindset tersebut tidak terlihat kasat mata, akan tetapi sangat berperan terhadap laju kehidupan serta tingkah laku setiap orang ke depannya. Mindset yang paling dianjurkan oleh para pakar pendidikan adalah mindset juara.

Prof. Renald Kasali menggolongkan dua tipe orang (dalam konteks ini guru), yaitu guru loser dan winner. Guru winner settingan mindsetnya pasti mindset juara, tidak mudah menyerah dan dinamis terus berkembang maju. Selain itu juga, guru winner settingannya tidak default atau standar serta dapat dipastikan bahwa kinerja mereka sesuai standar guru professional serta memiliki nilai tambah. Guru winner memang bukan sosok yang sempurna, mereka sama seperti orang pada umumnya, akan tetapi mereka lebih paham apa yang harus mereka lakukan sebagai guru hebat. Guru winner ketika dibedah maka mereka akan menjadi guru hebat, guru pemberani, guru super dan ketika dihadapkan pada sebuah tantangan yang menurut guru lain sulit, berat, dan bahkan mustahil, mereka memiliki rasa takut yang sama dengan guru-guru lain akan tetapi lebih memilih untuk mencobanya.

Karena itu, guru winner selalu memiliki komitmen pada diri sendiri, memiliki impian yang visioner, memiliki integritas, senantiasa berlatih, mau mencoba, tidak stagnan, memiliki mental nglurug tanpa bolo menang tanpa ngasorake. mereka berani maju tanpa harus membawa kawan terlalu banyak, ketika menang tidak merasakan telah mengalahkan orang lain, karena lawan sejatinya adalah dirinya sendiri.

Guru loser tentu antonim dari guru winner .Mereka mudah menyerah, selalu mengatakan susah, banyak mengeluh, banyak complain, menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan yang ia perbuat sendiri, bahkan senang mencari-cari alasan (making excuse). Guru loser sering terlambat, bila ditegur bukannya memperbaiki diri, akan tetapi mencari alasan untuk membenarkan ketidakdisiplinannya. Akibatnya, guru loser menjadi sulit sendiri untuk berubah dan memperbaiki kehidupannya.

Guru loser sekalipun berparas cantik ataupun ganteng, jangan heran bila semakin hari semakin tak enak dilihat. Mereka senang lempar batu sembunyi tangan. Prinsip guru loser adalah : orang lain dulu yang memperbaiki diri baru saya.

Pikiran picik akan membicarakan orang lain, pikiran biasa akan membicarakan kejadian atau peristiwa, pikiran hebat akan membicarakan gagasan. Dari ketiga pikiran tersebut, domain atau wilayah pembicaraan guru loser akan berkutat pada pikiran picik dan sesekali biasa, jarang akan menembus wilayah pikiran hebat. Setiap hari terjebak rutinitas tanpa mau menyadarkan dirinnya sendiri untuk memiliki pikiran hebat, mereka bersembunyi di balik zona nyamannya. Terjadi perubahan sedikit mereka akan heboh dan bingung sendiri, menyalahkan orang lain bahkan pemerintah.

So, jadilah guru yang winner jangan menjadi guru loser. Guru winner akan menghasilkan murid winner pula. Guru loser setali tiga uang, akan menghasilkan murid-murid pecundang yang sama dengan gurunya. Pesan dari ustad Yusuf Mansyur yakni ‘Kun The Winner wala takun the loser’, jadilah pemenang dan jangan jadi pecundang.

TIPS sederhana Guru Winner

Silahkan baca dua contoh kalimat berikut, kemudian teliti perasaan Anda. Bagaimana rasanya?. Apa yang Anda rasakan setelah membaca dua kalimat di bawah ini?

1. Menjadi guru itu sulit

2. Menjadi guru itu tidak mudah

Dari segi makna tentu kedua kalimat tersebut tidak ada perbedaannya. Tetapi, ketika membaca kalimat di atas silahkan mencoba untuk menggunakan perasaan. Tidak sekedar membaca kalimat pertama dan kedua, akan tetapi libatkan perasaan Anda sembari mencerna satu persatu. Kalimat mana yang membuat hati kita nyaman ?. Pasti sebagian besar dari kita akan sepakat memilih kalimat nomor dua adalah kalimat yang lebih nyaman. Jonru (2013), memaparkan sebuah rahasia bahwa dari seluruh kalimat yang diucapkan oleh siapapun di dunia ini, pikiran kita akan lebih cepat mencerna unsur predikat.

Pada kalimat pertama, Sulit adalah predikat dari kalimat tersebut, sehingga ketika Anda menggunakan kalimat tersebut maka pikiran anda akan menangkap predikat ‘sulit’. Karena ‘sulit’ adalah kata yang negatif, maka otomatis perasaan Anda tidak nyaman. Nah, dampak dari perasaan seperti itu akan beraneka macam. Mendapati profesi guru yang dianggap sulit oleh otak, maka tubuh Anda meresponnya dengan stress, frustasi, merasa gagal, merasa berat, dll.

Menjadi guru itu tidak mudah. Kalimat kedua tersebut predikat terletak pada kata ‘mudah’. Pikiran akan lebih mencerna kata ‘ mudah’, kata yang bermakna positif. Karena bersifat positif, maka bagi yang mengucapkannya akan diselimuti perasaan nyaman, karena nyaman maka dampaknya positif. Anda akan mengatakan ‘ya, memang menjadi guru itu tidak mudah. Tetapi saya mau belajar terus dan berusaha seoptimal mungkin menjadi guru hebat, suatu saat pasti saya pasti menjadi guru yang hebat’.

Olah pikir atau kekuatan mindset ini tidak hanya wajib bagi guru, namun bagi siapa saja yang ingin menjadi pribadi hebat di bidangnnya, tak terkecuali bagi murid-murid kita. Ketika guru senantiasa berpikir positif, maka akan berpengaruh

Segitiga mindset juga akan terjadi didalam segitiga paradoksal. Dalam diri manusia (guru) pasti terjadi peperangan antara mindset negatif dan positif. Dalam peperangan didalam segitiga tersebut bila mindset positif sering menang maka semakin naik ke ujung segitiga mindset positif akan menang berada di ujung dan itulah takdir yang akan terjadi dalam sebuah pola tingkah laku. Bila mindset negatif yang sering menang maka kebalikannya yaitu takdir akan menjadi mindset negatif serta pola lakunya orang tersebut akan negatif.

Bagaimana supaya dalam peperangan segitiga paradoksal dalam diri seorang guru yang menang adalah mindset positif?. Sujiwo Tejo memberikan tips jitunya yaitu senantiasa kontraskan setiapkali mindset negatif hendak muncul, sehingga poin yang masuk adalah mindset positif.

Bilamana mendapati murid di kelas yang setiap hari di ajarkan kebiasaan yang baik, akan tetapi murid tersebut masih saja mengulang kesalahannya, guru yang hebat akan mengontraskan keadaan tersebut menjadi positif dan tidak marah. Dalam dirinya akan mengatakan bahwa murid tersebut sedang berproses menjadi Bisa berubah. Bukan sebaliknya dengan mengatakan ‘murid ini susah amat diberitahu’. Pemenang atau the winner adalah mindset positif. Setiap kali kejadian-kejadian di sekolah yang hendak menjatuhkan kita ke arah mindset maupun tindakan negatif maka segera kontraskan dan selamat .! Anda pemenangnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image