Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Mentalitas Saya, Anda, dan Kita

Pendidikan dan Literasi | 2023-05-28 07:00:36

MENTALITAS SAYA, ANDA, dan KITA

Dua model mentalitas masyarakat Indonesia adalah mental priyayi dan mental penerobos. Prof.Kuncoroningrat mendefinisikan mental priyayi sebagai orang yang dalam hidupnya sangat ingin dihormati. Sebagai contoh, anggapan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) saat ini di sebagian kalangan dianggap sebagai sosok yang sukses, sehingga menjadi pegawai negeri sipil sangat diharapkan oleh kebanyakan orang. Ketika dalam suatu perbincangan, maka mereka akan sangat merasa bangga dan terhormat bila status pegawai negeri sipil ada pada pundak mereka. Itulah mentalitas priyayi, ingin dipuja dengan sudut pandang keterbatasan ilmu pengetahuan orang yang memujanya. Karena sejatinya ukuran sukses tidak terbatas pada menjadi pegawai negeri sipil.

Mentalitas penerobos didefinisikan sebagai pribadi yang suka menyogok, mengambil jalan pintas, tidak sabar antri. Bukan rahasia umum bila media massa sering memberitakan masyarakat kita baik itu pejabat, guru, pedagang, bermental penerobos. Pada tataran masyarakat kecil mentalitas jenis ini juga tumbuh subur, baik itu dalam memuluskan proyek kecil-kecilan tingkat desa hingga nasional.

Mentalitas priyayi telah mendarah daging pada masyarakat kita, sehingga untuk menghilangkannya memerlukan proses yang cukup panjang. Sedangkan mentalitas penerobos juga diperlukan waktu lama serta ada alat utama untuk memperbaikinya yaitu melalui pendidikan di sekolah. Para guru tidak akan terlalu gelisah bila mendapati murid-muridnya belum pandai ilmu pasti (matematika, fisika, kimia). Akan tetapi mereka akan gelisah ketika para muridnya bermental penerobos tidak mau antri semenjak kecil. Untuk mempelajari ilmu pasti, cukup dengan kurun waktu 3 bulan para murid akan lihai mengerjakan dan memecahkan soal-soal. Akan tetapi, untuk memahamkan budaya antri tanpa menerobos perlu waktu 2 tahun di PAUD, 2 tahun di TK, 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA, bahkan di perguruan tinggi kadangkala masih belum tuntas.

Bila mempelajari ilmu pasti, materi-materi yang hendak dikuasai dapat dengan mudah ditebak dan diberikan trik-trik khusus untuk menguasai dalam waktu singkat. Namun untuk menjadi pribadi bermental tertib atau tidak menerobos alias sabar mengantri banyak hal yang dipelajari anak tidak dalam bentuk tulisan melainkan kebiasaan sehari-hari.

Pentingnya penguasaan ilmu pasti akan digunakan kelak ketika anak-anak tersebut bekerja. Pentingnya mentalitas sabar tidak menyerobot akan dipakai sepanjang hidup mereka juga include ketika kelak mereka bekerja. Anak yang memiliki mental tertib dan bukan penyerobot maka anak tersebut dapat dipastikan pandai dalam belajar manajemen waktu, sabar, menghormati hak orang lain, kreatif, mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.

Selain itu juga anak akan belajar keteraturan hidup. Ketika tidak teratur hidupnya maka ia mempunyai peluang untuk menyerobot dan tidak sabaran. Anak juga akan memiliki rasa malu ketika mendapati dirinya melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum. Menyogok dan menyerobot akan dipikir dua kali oleh si anak ketika hendak melakukannya, sehingga anak akan berlaku jujur kepada diri sendiri maupun orang lain.

Mentalitas penyerobot diakui memang berhubungan dengan etika dan moral. Proyek besar perubahan kurikulum dari masa ke masa benang merahnya ada pada perbaikan etika dan moral anak sekolahan. Sehingga, ketika berbicara mengenai etika dan moral maka akan berhubungan dengan (hati) nurani seseorang. Bila hati nurani telah mati maka sisi kemanusiaan orang tersebut juga mati. Proses memanusiakan manusia akan bisa dilakukan oleh orang yang hati nuraninya hidup kepada orang yang hati nuraninya hidup pula.

Dimana hati nurani tersebut?. Dimanakah hati nurani orang Indonesia?. Hasil dari sebuah pendidikan diharapkan menjadi perpaduan sejoli antara dua unsur dasar manusia. Antara akal dan kalbu berjalan seiring. Kubik Leadership karya Jamil Azzaini menyebutkan bahwa segala sesuatu ketika dianggap benar oleh akal dan disetujui oleh qolbu maka garis lurus yang dihasilkan adalah hati nurani. Hati nurani dihasilkan bukan gabungan antara akal 50% dan qolbu 50% hingga total menjadi 100%, akan tetapi hati nurani muncul karena mendapat nilai 100% dari akal dan 100% dari qolbu.

Hati nurani dapat dihidupkan melalui pendidikan. Mentalitas penerobos dan priyayi adalah ketidak paduan antara akal dan qolbu masing-masing terlalu mendominasi dan tidak memiliki satu titik temu dalam sebuah nurani.

Hasan Albana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image