Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Murid Wajib Cerdas

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 28 May 2023, 06:51 WIB

MURID WAJIB CERDAS

Dikisahkan, seorang anak kecil ingin membeli nasi goreng pada penjual nasi goreng spesialis kampung yang mangkal di pojok tepat di bawah pos kamling. Perjuangan yang luar biasa tanpa putus asa ditunjukkan oleh anak ini demi membeli satu bungkus nasi goreng.

Mengapa perlu perjuangan yang luar biasa?. Karena anak kecil ini memiliki kekurangan, yaitu tidak bisa membunyikan kata yang mengandung huruf ‘R’, karena masih anak-anak. Syahdan, terjadilah percakapan seru antara penjual nasi goreng dengan si cadel. ‘Bang.. saya mau beli nasi goleng satu bungkus’. Sontak saja para pelanggan setia penjual nasi goreng yang sedang duduk disebelah ‘rombong’ nasi goreng tertawa terbahak-bahak mendengar kata ‘nasi goleng’. Dengan bermuka merah dan menahan rasa malu, anak tersebut balik kanan dan kembali pulang menuju rumahnya. Ia kecewa dengan perilaku orang-orang yang menertawakan ketidaksempurnaannya. Oleh karena itu, ia semalaman berusaha keras melafalkan kata ‘goleng’ dalam nasi goreng berulang-ulang hingga ia bisa. Nasi goleng, nasi goleng, nasi goleng, nasi gorreng. Yup akhirnya bisa juga.

Keesokan harinya, dengan penuh percaya diri bermodalkan kefasihan lafal ‘nasi goreng’, si anak mencoba kedua kalinya membeli nasi goreng idamannya. ‘bang saya – mau – beli – hmm nasi – goorreng’. Akhirnya bisa juga, si anak nampak raut muka bangga dan bahagia bisa menyampaikan maksud hatinya.

Suasana seperti sedia kala, karena tidak ada yang janggal maka para pembeli di sebelah anak tersebut biasa-biasa saja, tidak ada yang tertawa. Kehebohan terjadi kembali di kala sang penjual menanyakan pertanyaan kedua. ‘Nasi gorengnya pakai telur atau pakai ayam?’, si anak menjawab ‘ pakai telul’. Maka semua terbahak-bahak kembali mendengar kata ‘telul’ dari mulut si anak.

Untuk kedua kalinya, si anak malu dan pulang menuju rumahnya. Ia sangat kecewa dan sedih. Tapi, dasar si anak yang pantang putus asa, ia terus berusaha mengejar impiannya membeli nasi goreng, ia berlatih kembali melafalkan kata ‘telur’ dengan sempurna. Semalaman lagi ia berlatih, dan hasilnya ia bisa. Keesokan harinya ia kembali ke penjual nasi goreng dan meminta penjual serta para pembeli menyimak baik-baik apa yang ia inginkan. ‘bang, saya beli nasi gorreeng, pakai telurr’, yes..! ia sukses dan bahagia mampu mengucapkan keduanya dengan sempurna. Spontan saja, penjual nasi goreng sembari ‘nyambi’ menggoreng, menanyakan, ‘telurnya ceplok apa dadar?’.

Dengan spontan ia menjawab, ‘telurr dadal’. Mendengar jawaban spontan tersebut, untuk ketiga kalinya ia ditertawakan oleh banyak orang dan memutuskan pulang lagi. keesokan harinya ia pantang menyerah, setelah berlatih dengan baik mengucapkan ‘telur dadarrr’ maka diluar dugaan para pembeli nasi goreng yang sering menertawakan, ternyata si anak mencoba lagi untuk membeli nasi goreng. ‘bang, saya mau beli nasi gorreng satu bungkus pakai telurrr dadarr’.

Kesuksesan pengucapan tersebut mendapatkan ‘standing ovation’ atau tepuk tangan sambil berdiri oleh para pembeli nasi goreng, karena mereka kagum melihat kegigihan usahanya membeli sebungkus nasi goreng. Sembari menunggu nasi goreng pesanannya dibuatkan ia duduk disebelah para pembeli yang biasa menertawakannya. Ketika nasi goreng telah selesai, si anak memberikan uang lima ribuan. Penjual nasi goreng menerima uang tersebut dan kali ini ia ingin menggoda si anak dengan bertanya, ‘harga nasi gorengnya 4.500 rupiah, berapa kembaliannya?

Karena dalam kondisi sudah tak tahan menikmati nasi pesanannya yang sudah di tangannya maka si anak berfikir keras supaya tidak kecolongan ke empat kalinya, dalam hatinya ia bergumam bahwa pasti kalau saya mengatakan ‘lima latus’ semua orang akan tertawa dan saya tidak jadi mendapatkan nasi goreng ini. maka dengan cerdas ia menjawab ‘gopek bang..!”.

Sering kita jumpai anak-anak yang tak kenal putus asa dalam menimba ilmu di sekolah. Bersusah payah ia terus bekerja keras dalam mengejar impiannya. Akan tetapi, dalam mengejar cita-cita belum cukup hanya bekerja keras saja. Kecerdasan sangat diperlukan untuk mengiringi kerja keras. Contoh anak cadel di atas, dapat diambil hikmah bahwa menjadi seorang murid penting sekali untuk bekerja keras dalam belajar dan mengejar cita-cita, namun lebih penting lagi juga harus cerdas. Semangat menjadi anak cerdas !

Hasan Albana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image