Dampak Minimnya Literasi di E-commerce Masa Kini
Edukasi | 2023-05-27 11:05:17Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, peralihan perdagangan dari toko konvensional ke e-commerce online pun tak terhindarkan. Dengan ini kesiapan masyarakat akan digitalisasi pun diharapkan meningkat, sebab Indonesia telah sampai pada era masyarakat digital, yang akan terus berkembang nantinya. Akan tetapi, sangat disayangkan beberapa dari masyarakat Indonesia masih belum cukup siap untuk sampai pada era digital.
Maraknya fenomena penjual menjadi target amarah pelanggannya seperti sudah tidak asing lagi di dunia perbisnisan online, terutama di beberapa e-commerce yang sering kita manfaatkan sehari-hari. Alasan dari fenomena ini pun tentu bermacam-macam, namun yang paling sering ditemukan ialah akibat minimnya kualitas komunikasi antara penjual dengan pelanggannya.
Media sosial seringkali menjadi saksi akan betapa frustasi seller menghadapi beberapa customer yang cukup ajaib. Mulai dari yang mempertanyakan hal-hal yang sama berulang kali, atau mempertanyakan ketersediaan pun spesifikasi barang yang telah tertera di deskripsi produk, hingga yang merugikan di reputasi produk juga seller dengan memberi ulasan buruk.
Pemberian ulasan buruk mungkin bisa saja terjadi di e-commerce. Yang mungkin saja karena kesalahan seller yang kurang informatif, atau deskripsi yang kurang lengkap terkait produk. Namun nyatanya banyak kejadian yang terungkap di media massa, dimana para seller yang sudah memberi service yang cukup baik, tapi tetap saja terlihat salah di mata para pelanggannya.
Tak dapat dipungkiri, minimnya tingkat literasi masyarakat Indonesia menjadi salah satu penyebab fenomena ini terjadi. Banyak customer dari para seller ini mengajukan keluhan atau komplain akan produk yang tidak sesuai ekspektasi mereka, yang ternyata semua deskripsi tentang produk yang mereka beli tersebut telah terpampang nyata di kolom deskripsi.
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) pada 2019 yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia sendiri menempati ranking ke 62 dari 70 negara yang berkaitan dengan tingkat literasi. Yang berarti, Indonesia berada di list 10 negara terbawah berdasarkan tingkat literasinya. Dari survei tersebut, dapat kita lihat, bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia saat ini sangat perlu untuk ditingkatkan. Dengan berkembangnya teknologi, akan sangat susah jika tingkat literasi ini tidak turut serta dikembangkan. Akibat yang akan ditimbulkan dari minimnya literasi ini pun akan sangat berbahaya dampak negatifnya. Mulai dari kurang bijaknya penggunaan media sosial, mudahnya termakan hoax yang bertebaran, terjebak dalam banyak kasus penipuan, dan semacamnya.
Untuk itu, peningkatan literasi masyarakat Indonesia sangat diperlukan untuk semua kalangan, dan bisa dimulai dari diri kita sendiri.
Upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan tingkat literasi akan sangat bermacam-macam. Bisa dimulai dari membaca satu buku baru apapun setiap seminggu sekali, yang nantinya bisa ditingkatkan kembali menjadi dua buku dalam satu minggu, dan seterusnya. Lalu dengan mengikuti seminar baik daring maupun luring terkait peningkatan literasi, guna memotivasi diri agar semakin gemar berliterasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.