Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yum Roni Askosendra

Sedih dan Cara Mengatasinya Menurut Islam

Agama | Friday, 26 May 2023, 11:20 WIB
Ilustrasi (freepik)

Merasa sedih adalah sebuah respons emosional yang normal terhadap peristiwa sulit dalam hidup manusia. Meskipun itu adalah perasaan alami, menghilangkannya mungkin tidak mudah bagi banyak orang.

Kesedihan akibat kehilangan sesuatu atau perpisahan dengan orang yang dicintai, tentu pernah dialami semua orang. Dalam beberapa kasus, kesedihan yang mendalam membuat orang terpukul, sehingga hidup dengan kondisi itu dalam waktu yang lama. Bahkan, ada yang berubah menjadi orang sedih sepanjang hidupnya dan menjadi pribadi yang berbeda.

Oleh karena itu, bagi seorang muslim, menghilangkan kesedihan dengan cara-cara Islami sangat dianjurkan. Berikut adalah cara mengatasi kesedihan menurut Islam:

1. Berdoa

Berdoa merupakan solusi pertama dan utama bagi seorang muslim menghadapi segala hal yang terjadi pada dirinya. Ia berkeyakinan, kegembiraan dan kesedihan berasal dari kehendak Allah Ta’ala. Oleh sebab itu, ia mengembalikannya kepada Allah. Hal ini pula yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radiyallahu anhu, ia mengatakan, “Dahulu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari ketidak berdayaan, kemalasan, rasa takut (sifat pengecut), kepikunan dan kebakhilan. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain dinyatakan, “Dan lilitan utang serta tekanan orang lain.” (HR. Muslim).

2. Ikhlas

Ikhlas kepada Allah Ta’ala adalah salah satu rahasia kebahagiaan. Sebab, jika seorang hamba menyerahkan segala hal yang terjadi terhadap dirinya kepada Allah Ta’ala, dia akan mendapatkan pahala. Ia tidak mau membiarkan rasa sedih menghalanginya dari ibadah, kerja dan aktivitas sehari-hari.

3. Tawakal

Setelah berusaha melepaskan diri dari kesedihan, selayaknya muslim bertawakal kepada Allah Ta’ala. Sungguh, Allah Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. Ath-Talaq: 2-3).

4. Menguatkan iman kepada Allah

Di antara caranya adalah dengan memperbanyak ibadah sunnah, sehingga kesedihan yang melanda akan hilang sedikit demi sedikit. Dengan melakukan amal kebaikan yang disertai dengan ikhlas, seorang muslim akan mendapatkan kehidupan yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(QS. Al-An’am: 97).

5. Meningkatkan takwa

Allah Ta’ala telah menjanjikan, siapa saja yang bertakwa dan taat kepada-Nya akan diberi jalan keluar dari semua masalah yang dihadapinya. Allah Ta’ala berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS. Al-Ahzab: 70-71).

Dengan demikian, kita memahami bahwa kesedihan adalah sifat manusiawi. Semua orang pasti dilanda kesedihan, namun hal yang dilarang dalam Islam adalah berlarut-larut dalam kesedihan sehingga mengabaikan semua kewajiban terhadap perintah Allah Ta’ala.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image