Pendidikan Zaman Now
Pendidikan dan Literasi | 2023-05-25 17:14:29Pendidikan Zaman Now
“Segala sesuatu berubah dan tidak ada satu hal pun yang tetap” begitulah pendapat Heraklitus, seorang filsuf dari Efesus, di zaman Yunani Kuno, ketika mengamati alam semesta. Perubahan yang sedang berlangsung melampaui bayangan sebelumnya. Pola transmisi pengetahuan telah berubah, semakin meluas dan tak berpusat. Adanya internet membuat informasi dengan mudahnya diakses oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
Berhadapan dengan perubahan yang terlihat nyata dalam seluruh aspek kehidupan, muncul pertanyaan dalam benak kita, bagaimanakah tanggapan dunia pendidikan? Bukankah selayaknya, pendidikan dibuat agar bersifat relevan dengan pengalaman hidup yang sedang kita jalani? Apakah kurikulum kita telah sanggup menanggapi tuntutan kehidupan? Lebih dari itu, apakah sistem pendidikan kita sudah memanfaatkan peluang-peluang yang diciptakan teknologi yang berkembang pesat secara maksimal?
Big Bombs
Banjir informasi terus berhamburan secara berlipat ganda memenuhi jagad maya dan jagad nyata sampai kita seolah tak sanggup lagi menampung. Big bombs informasi ini menuntut kerendahan hati dari semua pihak untuk mengetahui bahwa perlahan namun pasti tidak akan ada seseorang atau satu institusi yang dapat mengklaim dirinya menguasai tentang semua informasi yang ada, termasuk seorang guru yang paling jenius sekalipun.
Pengetahuan semakin tak terkendali. Ilmu tidak lagi diperangkap di bangku sekolah melainkan ada dimana-mana. Menanggapi kenyataan ini, cara didik tentu patut diubah. Sekarang bukan hanya apa yang akan diajarkan melainkan bagaimana proses belajar sangat menentukan. Fokus perhatian hendaknya bergeser dari apa yang dipelajari pada hal-hal bagaimana belajar. Pendidik perlu mengajarkan tentang bagaimana mengakses informasi, ilmu, pengetahuan, maupun keterampilan, selain memastikan bahwa apa yang dipelajari atau apa yang diakses itu adalah yang terbaik di bidangnya.
Pendidik Harus Menjadi Pelatih
Tenaga pendidik hendaknya mencontoh pelatih yang berada di bidang seni maupun olahraga. Disana bukanlah para pelatih yang mengambil waktu lebih banyak untuk terjun menekuni sesi latihan dan pertandingan melainkan sang seniman maupun olahragawan yang bersangkutan. Semakin sering sang olahragawan ini melakukan sendiri keterampilan yang diajarkan pelatihnya, maka semakin hebatlah dia dibidangnya. “Bisa karena terbiasa” kata itulah yang cocok menggambarkan kemampuan setiap orang. Pendidik disini berperan sebagai pendamping sedangkan muridlah yang menjadi actornya. Pendidik melatih, menunjukkan jalan, mengevaluasi serta mendorong pengembangan keterampilan yang berkesinambungan, tetapi anak didiklah yang berlatih serta menekuni apa yang telah diajarkan. Pendidik mungkin hanya mencontohkan namun murid akan berlatih terus menerus sampai ia menguasainya. Semakin sering murid tersebut berlatih maka semakin terampillah mereka.
Kemajuan Dimulai dari Rasa Ingin Tahu dan Kreatifitas
Suatu pembelajaran diarahkan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu murid yang lebih besar. Hal ini sangat diperlukan melihat perkembangan ilmu pengetahuan beserta informasi yang semakin pesat. Di tengah banyaknya informasi hanya orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggilah nantinya akan mendapat informasi yang bermutu. Pendidikan perlu dibuat terkesan dan menakjubkan bagi muridnya karena mereka yang takjublah yang nantinya memiliki keinginan untuk menekuni sesuatu. Rasa terkesan juga bisa membuat para murid tidak mudah melupakan pelajaran apa yang ia pelajari.
Selain rasa ingin tahu, kreatifitas juga perlu dilatih. Kreatifitas adalah salah satu skill yang paling dibutuhkan untuk kemajuan peradaban. Kreatifitas disebut sebagai motor penggerak inovasi yang produktif, tanpa adanya kreatifitas peradaban akan menjadi pasif dan hanya akan menjadi penadah yang hanya bisa mengkonsumsi. Kreatifitaslah pijakan utama untuk meloncat keluar dari stagnansi ketertinggalan suatu bangsa maupun institusi. Karena itu, murid harus bisa memanfaatkan ruang kelas untuk berdiskusi serta mengkonstruksi hal baru sebab kreatifitas perlu dilatih sedini mungkin. Tidak harus kita langsung melatih anak didik dengan memaksa kreatifitasnya untuk membuat sesuatu yang belum pernah dibuat. Mungkin dimulai dengan 3M (melihat, meniru, dan memodifikasi). Barulah jika sudah sering melakukan sebuah inovasi seperti cara diatas kemuadian beranjak untuk menghasilkan sesuatu yang leih orisinal ataupun mendatangkan nilai tambah yang lebih besar. Proses pembelajaran dan ujian, idealnya menghasilkan sebuah kreasi maupun karya baru bukan hafalan dari materi pembelajaran. Dengan kata lain, belajar untuk menciptakan yang nantinya akan lahir generasi penemu dan pencipta. Genarasi yang kreatif dan inovatif inilah yang akan menjadikan bangsa maju.
Pembelajaran Sesuai Minat
Indonesia memiliki sistem wajib belajar 12 tahun dengan rincian SD 6 tahun, SMP 3 tahun, serta SMA 3 tahun. 9 tahun kita belajar semua mata pelajaran, serta 3 tahun terdapat peminatan IPA, IPS, IBB yang menggunakan tes. Dari sini saja tentu pembelajaran akan kurang efektif melihat adanya peminatan dengan diadakannya tes. Semua orang memiliki keahliannya masing-masing, sebenarnya 6 tahun belajar disekolah mengenai ilmu dasar sudah cukup untuk bekal di kehidupan nantinya. 6 tahun lainnya dari SMP-SMA kita beranjak belajar apa yang sesuai dengan minat kita. Apabila kita dari awal sudah mengerucutkan pendidikan sesuai peminatan pasti di Indonesia akan banyak seorang ahli bukan hanya pintar di semua bidang, namun akan muncul 1 bidang 1 ahli yang tentunya membuat semakin maju dan beragam. Tidak hanya itu, orang yang belajar sesuai dengan minatnya tentu akan membuat dia terpacu untuk terus belajar. Orang yang belajar sesuai minat tentu memiliki ambisi untuk menjadi yang terbaik, dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mereka bakal terus menggali informasi untuk menambah pengetahuannya. Apalagi ditambah dengan ilmu yang telah didapat di sekolah, hal ini tentu akan menciptakan generasi penerus bangsa yang hebat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.