Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Untung atau Buntung?
Teknologi | 2023-05-24 21:23:55Di era yang serba modern ini perkembangan teknologi dalam bidang transportasi mulai berkembang secara cepat. Transportasi terbarukan untuk memudahkan kegiatan sehari- hari masyarakat mulai muncul dan dimanfaatkan setiap harinya mulai dari kendaraan listrik, dan beberapa transportasi yang ramah lingkungan lainnya. Salah satu yang akan dibahas disini adalah kereta cepat yang akan dibangun di Indonesia. Kereta cepat ini sudah diwacanakan sejak era Susilo Bambang Yudhoyono dan pada Maret 2021, pemerintah mulai membuka untuk merealisasikan wacana tersebut dan mengembangkan kereta cepat yang menghubungkan Jakarta-Bandung.
Kereta cepat Jakarta-Bandung ini dana pembangunannya menggunakan sistem utang dari China yang diperkirakan selesai pada bulan Agustus 2023. Banyak masyarakat yang ingin menggunakan fasilitas kereta cepat ini dan berharap harga yang ditetapkan terjangkau. Pengoperasian kereta cepat ini dilakukan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China yang berawal dari konsorsium dari 4 BUMN yang terlibat yaitu PT KAI, Wijaya Karya, PTPN VII dan Jasa Marga.
Tantangan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Beberapa tantangan yang ditimbulkan dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini mulai bermunculan belakangan ini. Tantangan-tantangan yang mulai bermunculan itu adalah:
1. Penolakan dari warga sekitar jalur kereta cepat Jakarta-Bandung
Hal ini terjadi dikarenakan belum ada kompensasi dibebaskan dari pihak terkait, sedangkan peraturan dari Kementerian ESDM hanya konsinyasi yang didapatkan tetapi pada akhirnya warga setuju kompensasi sesuai aturan Kementerian ESDM
2. Rebutan China dan Jepang untuk pembangunan proyek kereta cepat
Seperti yang kita ketahui pembangunan KCJB ini dipegang oleh China sebagai operator pembangunan kereta cepat tersebut. Tetapi sebelum itu Jepang juga mengajukan untuk menjadi operator pembangunan kereta cepat ini dan anggaran yang diberikan oleh Jepang lebih besar dari China. Proposal yang diberikan oleh China lebih menarik dibandingkan dengan Jepang karena China menetapkan tidak ada jaminan dari pemerintah, pembiayaan dari APBN dan tarif serta pembengkakan biaya menjadi tanggung jawab Joint Venture Company (JVC) sedangkan Jepang meminta untuk ada jaminan dari pemerintah yang hal ini langsung ditolak dan lebih memilih operator dari China
3. China yang tidak sesuai dengan perjanjian awal pembangunan proyek KCJB
China sebagai operator proyek KCJB akhirnya meminta APBN sebagai jaminan utang proyek KCJB ini tetapi Luhut sebagai Menko Marves tidak mengamini hal tersebut dikarenakan akan mengalami prosedur yang panjang dan Luhut masih melakukan negosiasi untuk menurunkan persen bunga pinjaman tersebut.
Menurut saya pembangunan KCJB ini bisa menguntungkan masyarakat dan juga bisa merugikan masyarakat, akan menguntungkan apabila tarif tiket yang ditetapkan sesuai dengan perkembangan ekonomi masyarakat sekitar dan akan merugikan masyarakat apabila proyek ini tidak memberikan kompensasi pembebasan lahan yang digunakan untuk proyek ini tetapi disinilah peran pemerintah diuji karena jika berhasil maka akan menaikkan kepercayaan masyarakat terhadap proyek KCJB ini dan tentunya masyarakat memiliki harapan besar terhadap proyek kereta cepat ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.