Mengerikan! Kecelakaan di Jalan Raya Merenggut Banyak Korban
Transportasi | 2024-12-20 07:52:43"Pergi Lebih Cepat, Berkendara Lebih Lambat, Hidup Lebih Lama", salah satu tagline yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan mempromosikan praktik keselamatan terbaik di jalan raya. Namun mengerikan, kecelakaan lalu lintas masih banyak terjadi dan merenggut banyak korban.
Inspektur Jenderal Aan Suhanan selaku Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Kakorlantas Polri) merilis data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2024. Ia mengatakan bahwa terjadi 1.150.000 kecelakan dalam kurun waktu Januari-Desember 2024. Peristiwa tersebut telah menewaskan sekitar 27.000 jiwa. Hal ini berarti dalam satu jam, sudah ada 3-4 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas (tempo, 15-12-2024).
Harus ada Evaluasi
Tentu tidak ada satu pihak pun yang menginginkan kecelakaan lalu lintas terjadi. Terlepas dari kecelakaan, terluka dan meninggalnya para korban adalah ketetapan Allah Swt., ada banyak faktor yang penyebab yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi. Benarkah hanya karena human eror? Atau justru ada system eror yang terjadi?
Faktanya, negara hari ini lebih banyak menyalahkan rakyat sebagai pengguna jalan, tanpa adanya evaluasi pelayanan infrastruktur yang diberikan. Kementrian Perhubungan Republik Indonesia menyebut bahwa faktor manusia mendominasi sebagai penyebab kecelakaan disebabkan oleh kelalaiannya sendiri.
Terkadang kecelakaan di kawasan tertentu, dipicu oleh kelalaian pengemudi dan masalah rem blong. Hal ini berarti, masalah kelayakan fasilitas publik terkait kondisi jalan, kualitas kendaraan, uji kelayakan kendaraan dan kebijakan administrasi membutuhkan peran negara sebagai pemangku kebijakan dan pihak yang bertanggung jawab menjamin keamanan dan kenyamanan rakyat dalam menggunakan jalan.
Mengutip data Korlantas Polri, total populasi kendaraan yang ada di Indonesia mencapai 164.136.793 unit. Jumlah ini telah bertambah sebanyak 5 juta hanya dalam kurun waktu delapan bulan.
Semakin banyaknya kendaraan yang ada di Indonesia ini rupanya berkaitan dengan kebijakan otomasi yang diterapkan negara. Alhasil, banyak kendaraan yang berseliweran di jalan raya. Namun, di sisi lain, infrastruktur jalan tidak dijamin dalam kondisi layak, mudah dan aman untuk dilalui.Terlebih, prosedur perbaikan jalan berbelit dan tidak mudah dilaksanakan.
Klasifikasi jalan juga telah menghambat terwujudnya perbaikan jalan yang rusak, bahkan meski sudah urgen dan memakan banyak korban , jalan tak kunjung diperbaiki, karena dana yang tak kunjung cair. Mirisnya, tak jarang masyarakat harus melakukan iuran swadaya guna melakukan perbaikan jalan secara mandiri dan sekadarnya.
Sejatinya, kegiatan perekonomian sangat didukung dengan tersedianya prasarana jalan. Jalan yang baik dapat memperlancar hubungan antara berbagai wilayah. Sebaliknya, jalan yang rusak akan menghambat kegiatan masyarakat (termasuk kegiatan ekonomi) dan bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.
Buah Penerapan Sistem Kapitalisme
Fungsi negara dalam melayani rakyatnya belum berjalan dengan baik. Negara hanya sekedar memberikan imbauan, tagline dan saran agar tidak terjadi kecelakaan. Seperti "Jatuh di Jalan Tidak Seindah Jatuh Cinta".
Pengguna jalan diminta berhati-hati, menyesuaikan kecepatan dengan kondisi jalan. Bukan dengan segera memperbaiki jalan dengan kualitas terbaik.
Pengadaan dan pemeliharaan transportasi beserta infrastrukturnya, khususnya transportasi umum seharusnya menjadi tanggung jawab negara, bukan swasta atau perorangan. Sebab negara wajib menjamin pemerataan kebutuhan transportasi dan keamanan bagi rakyat.
Namun, saat ini jaminan keamanan masyarakat, salah satunya dalam bidang transportasi hanya dijadikan sebagai lahan bisnis yang menggiurkan bagi para pemilik modal. Asuransi yang digadang-gadang sebagai jaminan kesehatan dan keselamatan pengguna jalan, nyatanya tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat bahkan terkadang justru mencekik masyarakat, sebab rakyat dipaksa untuk membayar tagihan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan seharusnya bukan kewajibannya.
Inilah buah penerapan sistem kapitalisme. Posisi negara yang menerapkan sistem ini hanyalah sebagai fasilitator dan regulator saja, termasuk dalam pembangunan infrastruktur. Negara hanya akan membangun infrastruktur dengan kualitas bagus, aman dan nyaman jika ada keuntungan materi yang diperoleh sebagaimana berdagang. Jalan tidak dibangun untuk kemaslahatan rakyat, buktinya dibuat asal-asalan, alhasil cepat rusak dan tidak nyaman untuk digunakan.
Jadi kecelakaan yang mengerikan dan merenggut banyak korban sejatinya bukan hanya karena human eror, tetapi juga karena system eror, yakni sistem Kapitalisme yang rusak dan merusak.
Solusi Islam
Islam menjadikan penguasa memperhatikan betul kondisi jalan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai raa'in yang mengurus semua kebutuhan rakyat. Negara wajib memberikan rasa aman dan nyaman bagi setiap warga yang hendak melakukan perjalanan.
Islam sangat memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan jalan. Binatang pun tak luput jadi perhatian, apalagi jiwa manusia.
Teladan kepemimpinan pernah ditunjukan oleh Khalifah Umar bin Khathab dalam menjaga jiwa manusia. Ketika menjabat sebagai khalifah, ia berkata, “demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat". Padahal waktu itu Umar bin Khatab tinggal di Madinah, sedang lubangnya tetletak di Irak.
Betapa bertanggung jawabnya seorang khalifah dalam kepemimpinan Islam, ia bahkan berani mengakui kesalahannya. Jangankan jiwa manusia, bahkan hanya seekor keledai pun dia perhatikan jangan sampai terpeleset gara-gara jalannya yang tidak bagus. Jika seekor keledai terpeleset karena jalannya licin akibat tidak diurus, Khalifah Umar begitu takut akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Di sisi lain, Islam juga memiliki sistem ekonomi Islam yang akan menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat akan berbagai fasilitas penting apalagi jika dibutuhkan segera dan mendesak. Negara harus membangun dan memperbaiki sarana publik seperti halnya jalan raya sebagai menyeluruh dan totalitas. Artinya proses pemilihan bahan dan pengerjaannya tidak boleh asal-asalan.
Biaya yang digunakan untuk membangun pelayanan transportasi, termasuk jalan, tentu sangat besar. Namun, negara bisa memenuhinya karena memiliki sumber pendapatan yang banyak, misalnya fai, ganimah, jizyah, kharaj, dll. Pengelolaan SDAE juga dilakukan oleh negara, bukan diserahkan pada individu maupun swasta. Dengan demikian, negara akan mampu memenuhi kebutuhan rakyat, tak terkecuali dalam penyediaan layanan transportasi yang mudah, murah, nyaman dan aman.
Islam memiliki mekanisme anggaran mutlak dan tanpa batas waktu untuk kebutuhan seperti ini sehingga memudahkan solusi tuntas. Biaya yang digunakan untuk membangun pelayanan transportasi tentu sangat besar. Namun, negara bisa memenuhinya karena memiliki sumber pendapatan yang banyak, misalnya fai, ganimah, jizyah, kharaj, dll. Pengelolaan SDAE juga dilakukan oleh negara, bukan diserahkan pada individu maupun swasta. Dengan demikian, negara akan mampu memenuhi kebutuhan rakyat, tak terkecuali dalam penyediaan layanan transportasi dan infrastruktur yang memadai, mudah, murah, nyaman dan aman.
Tidakkah kita merindukan sosok pemimpin yang bertanggung jawab atas urusan rakyatnya? Pemimpin layaknya Umar bin Khattab hanya akan kita temukan dalam sistem yang menerapkan Islam secara kafah. Sudah semestinya kita memperjuangkannya.
Wallahu a'lam bisshowab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.