Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Devnia Pradia Putri

Childfree Yes or No?

Eduaksi | Wednesday, 24 May 2023, 21:22 WIB

Akhir-akhir ini stigma childfree sedang hangat untuk diperbicangkan di Indonesia. Mengapa keputusan childfree menjadi topic hangat di Indonesia? Childfree sendiri ialah kesepakatan yang dibuat oleh pasangan suami istri untuk tidak memiliki keturunan. Sebenarnya, konsep childfree ini sudah diterapkan oleh beberapa negara maju, seperti Jerman dan Jepang. Namun, di Indonesia hal ini menjadi konsep baru yang membuat pro dan kontra di masyarakat. Memiliki anak dianggap sebagai hal yang wajar dan diharapkan dalam kebanyakan budaya di seluruh dunia. Namun, semakin banyak orang yang memilih untuk tidak memiliki anak, yang dikenal sebagai childfree. Ini bukan hanya sebuah trend atau gaya hidup yang baru, melainkan merupakan pilihan yang dipertimbangkan secara matang dan seringkali dibahas secara terbuka.

Ada beberapa alasan umum yang mendasari keputusan pasangan suami istri untuk memilih childfree, diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor kesehatan, peristiwa traumatis di masa lalu, dan keputusan bersama antar pasangan suami istri. Salah satu alasan pasangan suami istri memilih untuk childfree adalah faktor ekonomi pada keluarga mereka. Mereka berasumsi bahwa memiliki anak akan membutuhkan biaya yang cukup banyak. Hal tersebut bisa memunculkan pikiran untuk lebih baik tidak memiliki anak. Kemudian yang kedua adalah faktor kesehatan. Mungkin karena menderita suatu penyakit, maka tidak mampu untuk merawat anaknya sendiri atau mungkin pada salah satu dari pasangan mereka memiliki gangguan pada organ reproduksi. Sehingga, tidak memungkinkan untuk hamil. Kemudian yang ketiga adalah traumatis pada masa lalu. Mungkin dalam pola pengasuhan orang tua, atau kekerasan orang tua kepada anak, atau bisa juga ketidakpedulian orang tua kepada anaknya. Hal tersebut bisa menjadi trauma tersendiri bagi seorang anak. Ketika anak tersebut tumbuh dewasa dan berkeluarga, trauma tersebut masih tersimpan didalam dirinya. Sehingga dia memilih untuk tidak memiliki anak akibat trauma masa kecilnya. Kemudian yang terakhir adalah keputusan bersama. Dalam hal keputusan bersama ini kembali lagi dalam setiap prinsip rumah tangga masing-masing. Jika dalam satu keluarga sudah yakin untuk memilih childfree dan sudah memikirkan dampak baik dan buruknya, maka itu adalah hak dari masing-masing pasangan suami istri.

Mengapa konsep childfree ini sangat bertentangan bagi masyarakat di Indonesia? Karena pada dasarnya Indonesia termasuk dalam negara pronatalis, yang artinya sangat percaya bahwa kehadiran anak merupakan sebuah keharusan dalam pernikahan sebagai hadiah, ahli waris, dan penerus keturunan. Dalam pandangan islam, pasangan suami istri yang memilih untuk childfree termasuk dalam perbuatan yang bertentangan dengan kodrat. Rasulullah SAW. memerintahkan para pengikutnya untuk menikahi perempuan subur agar memiliki anak. Anak merupakan anugerah dan sebagai fitrah manusia. Konsep childfree ini juga bertentangan dengan hadis memperbanyak keturunan. Tentu saja, keputusan untuk tidak memiliki anak bukanlah pilihan yang mudah. Banyak faktor yang memengaruhi keputusan ini, seperti kesehatan, keuangan, lingkungan, karier, dan bahkan pandangan hidup. Ada juga orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan-alasan pribadi, seperti takut tidak dapat menjadi orang tua yang baik, tidak ingin menghadapi tanggung jawab, atau merasa tidak tertarik dengan kehidupan keluarga.

Ada beberapa pendapat yang muncul terkait konsep childfree. Salah satu argument yang sering muncul yaitu memiih untuk tidak memiliki anak berarti tidak memiliki keturunan yang dapat mewarisi nilai, tradisi, dan warisan keluarga. Lalu, beberapa orang khawatir bahwa pasangan yang memilih childfree bisa mengurangi populasi manusia dan berdampak negative pada pertumbuhan ekonomi dan sosial. Beberapa orang juga merasa bahwa keputusan untuk childfree dapat memiskinkan masa depan seseorang, karena mereka nantinya tidak memiliki siapa pun yang akan merawat mereka jika tua dan rentan. Ada juga yang beranggapan bahwa hidup childfree bisa merusak norma sosial, karena keluarga dan anak-anak dianggap penting dalam kehidupan manusia. Memilih untuk childfree berarti kehilangan pengalaman hidup yang berharga dan penting, seperti mengandung, melahirkan, menyusui, menjadi orang tua, mendidik anak-anak, dan berbagai kebahagaian serta kesulitan dalam mengasuh anak.

Sejatinya memiliki anak adalah sebuah investasi masa depan jangka panjang yang akan memberikan manfaat di masa depan. Anak-anak merupakan aset yang sangat berharga bagi keluarga dan masyarakat, karena mereka adalah penerus generasi dan dapat membantu membangun masa depan yang lebih baik. Selain itu, memiliki anak bisa membantu meningkatkan mental dan fisik orang tua. Menurut studi, orang tua memiliki tingkat stress yang lebih rendah dan kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki anak. Anak-anak bisa membantu orang tua untuk tetap aktif dan sehat, karena orang tua seringkali memerlukan perhatian dan dukungan fisik.

Meskipun demikian, keputusan untuk tidak memiliki anak masih menimbulkan perdebatan dan penilaian negatif di masyarakat. Banyak orang yang merasa bahwa keputusan ini merupakan bentuk egoisme atau ketidakpedulian terhadap kelangsungan hidup manusia, sementara yang lain merasa bahwa ini adalah pilihan yang sah dan memungkinkan seseorang untuk hidup sesuai keinginan mereka. Jadi, keputusan untuk memilih childfree ini kembali lagi pada komitmen dan keputusan masing-masing pasangan suami istri.

Jadi, bagaimana pilihan kalian?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image