Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fahmadin Sarah Diva

Mengatasi Masalah Stunting pada Anak

Edukasi | Wednesday, 24 May 2023, 13:54 WIB
Sumber : https://kalsel.prokal.co/read/news/44281-kasus-stunting-di-kalsel-masih-tinggi.html

Stunting, atau kegagalan pertumbuhan pada anak akibat masalah gizi buruk, merupakan isu serius yang dihadapi oleh Indonesia. Meskipun negara ini telah mencapai kemajuan signifikan dalam berbagai bidang pembangunan, angka stunting yang tinggi masih menjadi tantangan yang perlu diatasi. Dalam artikel ini, kita akan membahas fenomena stunting di Indonesia, penyebabnya, dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi masalah ini.

Menurut definisi WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi, atau stimulasi yang tidak memadai. Biasanya, kondisi ini terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun, periode kritis di mana pertumbuhan fisik dan perkembangan otak terjadi dengan cepat. Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak, tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif, kecerdasan, dan produktivitas di kemudian hari.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4% pada tahun 2021, menurun sebesar 6,4% dari 30,8% pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia masih melebihi batas yang ditetapkan WHO (20%). Pemerintah telah menetapkan target penurunan pravalensi sebesar 14% pada tahun 2024. Artinya, Indonesia harus menurunkan prevalensi sebesar 10,4% selama 2,5 tahun ke depan, yang tentunya menjadi tantangan bagi semua pihak yang terlibat dalam mencapai tujuan tersebut. Beberapa wilayah di Indonesia, terutama daerah pedesaan dan daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi, memiliki angka stunting yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional.

Berbagai faktor penyebab stunting telah diidentifikasi. Salah satunya adalah kurangnya asupan gizi yang memadai, terutama pada masa kehamilan dan 1.000 hari pertama kehidupan anak, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Faktor-faktor lain meliputi kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik, praktik pemberian makan yang tidak tepat, dan penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak-anak.

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengatasi masalah stunting. Salah satu inisiatif utama adalah Program Percepatan Penurunan Stunting yang diluncurkan pada tahun 2017. Program ini bertujuan untuk mengurangi angka stunting hingga 14% pada tahun 2024 melalui pendekatan multi-sektor, termasuk pemberian suplemen gizi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan gizi kepada masyarakat, dan peningkatan sanitasi dan kebersihan.

Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan berbagai mitra, termasuk organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik dan pemberian makan yang tepat. Program-program ini melibatkan pendidikan gizi di sekolah, kampanye gizi di masyarakat, dan pelatihan bagi petugas kesehatan dan ibu hamil.

Namun, mengatasi stunting di Indonesia tidaklah mudah. Masalah ini melibatkan berbagai faktor yang saling terkait dan membutuhkan pendekatan holistik. Beberapa langkah tambahan yang dapat diambil untuk mengatasi stunting adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan akses terhadap gizi yang baik: Pemerintah perlu memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap makanan bergizi yang memadai. Program-program bantuan pangan seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako Murah harus ditingkatkan dan diperluas cakupannya. Selain itu, pemerintah juga dapat memperluas program pemberian makanan tambahan di sekolah untuk memastikan anak-anak menerima nutrisi yang cukup.

2. Pendidikan gizi bagi masyarakat: Kesadaran tentang pentingnya gizi yang baik dan praktik pemberian makan yang tepat harus ditingkatkan melalui kampanye edukatif. Pemerintah, bersama dengan mitra terkait, dapat menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan gizi kepada orang tua, ibu hamil, dan masyarakat umum. Meningkatkan pengetahuan tentang gizi yang seimbang dan pentingnya pemberian makanan bergizi sejak dini dapat membantu mengubah pola makan yang tidak sehat.

3. Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan: Akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama selama masa kehamilan dan awal kehidupan anak, sangat penting. Pemerintah harus memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai, serta mengadopsi pendekatan integratif yang melibatkan bidan, petugas kesehatan, dan penyedia layanan kesehatan masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengobatan stunting.

4. Peningkatan sanitasi dan kebersihan: Kondisi sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit pada anak-anak, yang dapat menyebabkan stunting. Pemerintah perlu fokus pada peningkatan akses terhadap air bersih, sanitasi yang layak, dan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Program-program seperti pembangunan jamban sehat dan kampanye cuci tangan dengan sabun harus didorong untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi pertumbuhan anak-anak.

5. Pengawasan dan evaluasi yang ketat: Penting untuk memiliki mekanisme pengawasan dan evaluasi yang efektif guna memantau dan mengevaluasi dampak dari program-program yang dilaksanakan. Data yang akurat dan terkini tentang stunting harus dikumpulkan dan dianalisis secara rutin untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat dalam upaya mengatasi masalah ini.

Mengatasi stunting di Indonesia memerlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan lembaga internasional. Diperlukan komitmen yang kuat untuk mengubah situasi ini, serta alokasi sumber daya yang memadai. Dengan langkah-langkah yang tepat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image