Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kumpulan Opini Mahasiswa Unair

Ada Tidaknya Etika

Lainnnya | Wednesday, 24 May 2023, 13:37 WIB
ilustrasi Etika gambar : Maxmanroe.com

pertama-tama, bedakan antara etika dan etiket, etiket meliputi sopan santun saat masuk ke rumah orang, table manner, intinya tentang bagaimana kita membawa (conduct) diri kita sendiri. etiket bersifat tidak tetap, bisa berbeda-beda, bahkan pada tiap orang

Sedangkan etika, membahas hal-hal pantas-tidak pantas. disinilah muncul pertanyaan, apakah etika itu ada? apakah ada tindakan baik-tindakan buruk?

Apakah ciri dari tindakan baik? ada tiga aliran filsafat etika, yang pertama adalah aliran etika kewajiban (etika deontologis) etika keutamaan (Virtue Ethic) dan etika konsekuensialis.

Secara garis besar, etika deontologis, itu menggarisbawahi suatu tindakan sejauh mana memiliki kaitan dengan kewajiban, jadi apabila tindakan murni dilakukan karena kewajiban, maka itu disebut baik, tokoh penting aliran ini adalah Emmanuel Kant. Jika saya menyukai seseorang, lalu saya menolong orang tersebut atas dasar rasa suka (bukan atas dasar kemanusiaan) itu disebut tindakan tidak etis. walaupun begitu, secara teknis, konsep etik bisa saja berbeda-beda tiap daerah, maka dari itu, Kant mengusulkan bahwa hukum moral (etika) harus bersifat universal. Selain itu, hukum moral juga punya syarat kedua yakni menempatkan orang lain sebagai tujuan pada dirinya, bukan sarana semata.

Aliran kedua yakni etika keutamaan (Virtue Ethic), etika ini justru lebih tua dari aliran etika yang pertama. Pencetusnya adalah Aristoteles, dia berkata bahwasanya etika adalah ekspresi dari kepribadian, dari karakter, dari nilai-nilai tertentu yang dianggap buah dari generasi ke generasi dan bisa dijadikan pedoman untuk hidup secara baik. Contohnya adalah moderasi (moderate) yakni mengendalikan hasrat, masalahnya dalam etika ini, para pemikir ya tidak memiliki konsesus konkret mengenai berapa nilai pokok masing-masing orang agar bisa menjalani hidup yang baik.

Yang ketiga adalah etika yakni etika konsensialis, apabila hal tersebut menghasilkan konsekuen yang baik maka hal itu disebut sebagai hal yang baik. Dilihat dari aspek hasil, aliran etika ini mempunyai keterikatan dengan pemikiran utilitarianisme yang diciptakan Jeremy Bentham yang berargumen bahwa suatu tindakan bisa disebut sebagai baik jika menciptakan kebaikan pada banyak orang (greatest happiness for greatest number).

Akar masalahnya, bagaimana memisahkan tindakan etis dengan tindakan politis/estetis. Hal ilmiah yang dijawab pada konsep etika. apakah ada tindakan etis-tidak etis?

Pada akhirnya, mau diakui atau tidak, etika deontologis adalah etika politis yang menginvasi etika estetis, dan etika keutamaan adalah etika estetis yang menginvasi etika politis, buktinya tidak ada patokan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Filsafat konsekuensialis itu terdiri dari filsafat estetis dan politis yang dicampur jadi satu.

Dari hal diatas, bisa disimpulkan, bahwa etika konsekuensi memainkan peran besar dalam membentuk persepsi umum mengenai etika, mengenai keberadaan etika, ketiga konsep etika diatas merupakan konsep yang mengalir dalam kehidupan masyarakat, melewati perbedaan waktu, tempat, yang menjadi dasar fundamental rasa-karsa umat manusia.

Penulis : Fayi Zayyan Mashyudi

111221309

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image