Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Erla Banowati

Media Sosial: Salah Satu Penyebab Kenakalan Remaja

Edukasi | Tuesday, 23 May 2023, 10:31 WIB
Sumber: foto pribadi

Era globalisasi merupakan sebuah era kemajuan di berbagai bidang, baik ekonomi, pendidikan, politik, budaya, dan sosial. Salah satu kemajuan yang dibawa globalisasi adala perkembangan digitalisasi, informasi maupun komunikasi. Contohnya semakin banyak jenis media sosial dan semakin banyak fitur-fitur menarik didalamnya. Sehingga tidak heran media sosial sudah menjadi kebutuhan semua orang di era globalisasi ini. Terutama bagi para remaja. Remaja di seluruh dunia sudah sangat lekat dengan media sosial kapanpun dan dimanapun. Selain untuk berkomunikasi, media sosial juga bisa digunakan untuk mengembangkan kreativitas para remaja. Tetapi, media sosial juga membawa hal-hal negatif. Tidak heran media sosial bisa menjadi salah satu penyebab kenakalan remaja.

Media sosial pada dasarnya adalah tempat untuk mengunggah dan berbagi konten, baik konten berupa video, foto, maupun kata-kata. Siapapun dapat mengunggah kontennya kapanpun dan dimanapun. Setelah konten tersebut diunggah, pengguna lain atau biasa disebut netizen bisa memberi reaksi terhadap konten tersebut dengan cara menekan simbol like atau menulis opini di kolom komentar. Beragamnya jenis media sosial, beragam konten, beragam juga reaksi yang diberikan. Ada beberapa media sosial yang saat ini banyak digunakan oleh remaja. Pertama adalah Instagram. Di Instagram remaja bisa melihat berbagai postingan, seperti foto dan video. Bahkan postingan yang mengarah pada pornografi. Penggunaan Instagram yang mengunggah postingan negatif, bebas, dan tidak memikirkan etika di media sosial kemungkinan besar bisa membuat remaja terdorong untuk melakukan kenakalan remaja. Kedua, Facebook. Konten di Instagram dan Facebook juga hampir sama. Menurut Lim et al (2012), fitur profil di Facebook bahkan digunakan oleh beberapa anggota geng untuk menegaskan identitas geng mereka dengan menampilkan lokasi hangout mereka dan berbagai foto tentang geng mereka. Remaja yang tergabung dalam suatu geng lebih mementingkan citra mereka dan tingkat kesetiaan mereka terhadap geng yang diikuti daripada memikirkan dampaknya.

Ketiga, Tiktok. Menurut Bulele & Wibowo (2020), aplikasi Tik Tok semakin populer sejak diluncurkan tahun 2017 sampai saat ini. Pandemi menjadi salah satu alasan Tiktok semakin ramai digunakan di Indonesia. Sama dengan Facebook dan Instagram, saat ini Tiktok juga digunakan untuk membuat konten video sesuka hati pengunanya. Tidak heran tersebar konten negatif di Tiktok. Menurut Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Pangerapan, Tiktok tidak pantas untuk anak-anak dibawah umur. Dikarenakan kebanyakan konten Tiktok mengandung pornografi, pelanggaran asusila, dan pelecehan agama. Keempat Twitter. Sebagai media sosial jenis microblogs konten Twitter tidak hanya berupa pesan, tetapi juga berupa foto dan video. Twitter disalahgunakan untuk mengkritik pengguna lain. Ini bisa mengarah pada cyberbullying. Cyberbullying di Twitter dapat terjadi ketika salah satu cuitan pengguna tidak sejalan dengan opini yang dimiliki pengguna lainnya. Adu argumen akan terus berlanjut sampai pengguna yang di bully menutup akunnya.

Remaja itu memiliki sifat attention seeker atau pencari perhatian. Mereka ingin eksistensinya diakui oleh orang lain. Dari jenis-jenis platform media sosial tersebut, remaja dapat mengunggah foto atau video untuk menunjukkan eksistensi mereka dan mendapatkan perhatian yang diinginkan. Contohnya ketika remaja laki-laki mengunggah foto sedang berada di tongkrongan bersama orang-orang dewasa sambil memegang rokok ditangannya. Begitu netizen memberikan tanggapan baik mereka merasa terpancing untuk melakukan hal itu lagi. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua selalu mengawasi, menasehati, dan membimbing anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang ada di media sosial. Para remaja juga harus bisa mengontrol diri dan bijak dalam menggunakan sosial media.

Daftar Pustaka

Lim, S. S., Vadrevu, S., Chan, Y. H., & Basnyat, I. (2012). Facework on Facebook: The Online Publicness of Juvenile Delinquents and Youths-at-Risk. Journal of Broadcasting and Electronic Media, 56(3), 346–361. https://doi.org/10.1080/08838151.2012.705198

Bulele, Y. N., & Wibowo, T. (2020). Analisis Fenomena Sosial Media Dan Kaum Milenial: Studi Kasus Tiktok. Conference on Business, Social Science and Innovation Technology, 1, 565–572. http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image