Mencabut Stigma Tabu Kanker Serviks
Pendidikan dan Literasi | 2023-05-23 08:36:53Kanker serviks, yang juga dikenal sebagai kanker leher rahim, adalah jenis penyakit kanker yang mempengaruhi leher rahim pada wanita. Bagian leher rahim ini terhubung dengan vagina. Kanker serviks umumnya tumbuh secara perlahan selama bertahun-tahun, dan tanda-tanda awalnya mungkin tidak terlihat. Karena itu, perlu dilakukannya tes pap smear secara teratur agar kanker serviks dapat terdeteksi pada tahap awal dan meningkatkan kemungkinan kesembuhan.
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus Human Papillomavirus (HPV). World Health Organisation (WHO) memperkirakan ada sekitar 70% kanker serviks disebabkan oleh jenis HPV16 dan HPV18. Sebagian besar penularan virus HPV ini terjadi karena kontak langsung antara kulit dengan seseorang yang mengidap virus tersebut. Hal yang sama berlaku untuk benda-benda yang terkontaminasi oleh virus HPV. Hubungan seksual juga merupakan salah satu cara penularan virus ini pada organ reproduksi. Contohnya melalui kontak langsung antara kulit kelamin, membran mukosa, pertukaran cairan tubuh, serta hubungan seks oral dan anal. Infeksi virus HPV ini sering terjadi pada perempuan di usia reproduksi. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap risiko kanker serviks meliputi merokok, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, riwayat paparan DES (Diethylstilbestrol) sejak dalam kandungan, dan riwayat hubungan seksual yang tidak aman.
Kanker serviks menjadi salah satu isu kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, terutama pada populasi wanita. Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tahun 2018, diperkirakan ada sekitar 72.000 kasus baru kanker serviks dan sekitar 49.000 kematian akibat penyakit ini di Indonesia. Dengan prevalensi yang relatif tinggi, hal ini menjadikan kanker serviks sebagai penyebab kematian kedua terbanyak pada wanita di Indonesia.
Stigma masyarakat terhadap kanker serviks yang salah dapat mempengaruhi upaya pencegahan, deteksi, dan pengobatan yang efektif. Beberapa masyarakat masih memiliki stigma negatif yang mengaitkan kanker serviks dengan perilaku seksual. Kesalahpahaman semacam ini dapat menyebabkan rasa malu atau merasa bersalah pada individu yang terkena kanker serviks, padahal faktanya kanker serviks bisa dialami oleh siapa saja, terlepas dari perilaku seksualnya. Stigma negatif ini akan beberapa wanita enggan mencari perawatan atau melakukan tes pap smear karena takut dijauhi atau dianggap memiliki perilaku seksual yang tidak pantas. Penting untuk menyadari bahwa stigma-stigma ini tidak berdasar dan dapat menghalangi upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.
Untuk mengatasi kanker serviks di Indonesia, diperlukan langkah-langkah komprehensif yang melibatkan pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencabut stigma negatif kanker serviks serta menurunkan prevalensi penyakit ini di Indonesia:
1. Edukasi Kesehatan
Upaya pencegahan yang efektif untuk kanker serviks yaitu dengan vaksinasi HPV, seperti jenis vaksin Cervarix, Gardasil, serta Gardasil, yang dapat membantu mencegah infeksi HPV. Tak hanya itu, Tes pap smear secara teratur juga dapat mendeteksi perubahan sel pada leher rahim yang bisa berkembang menjadi kanker. Informasi pencegahan kanker serviks perlu diedukasikan kepada masyarakat agar menurunkan angka prevalensi penyakit ini dan membantu mengatasi stigma masyarakat yang salah ini. Informasi yang akurat, mudah dipahami, dan mudah diakses harus tersedia secara luas melalui media massa, kampanye pemerintah, dan pendidikan di sekolah-sekolah.
Selain itu, penting untuk meningkatkan kerjasama antara berbagai sektor terkait. Kolaborasi antara lembaga kesehatan, organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta dapat memperkuat upaya pencegahan dan penanggulangan kanker serviks. Misalnya, lembaga pendidikan dapat memasukkan informasi tentang kanker serviks dalam kurikulum kesehatan, dan perusahaan swasta dapat memberikan dukungan finansial atau sumber daya untuk kampanye kesadaran dan aksesibilitas.
2. Dukungan Sosial
Komunitas dan organisasi pemerintah maupun nonpemerintah perlu terlibat dalam kampanye kesadaran dan penyuluhan mengenai kanker serviks. Program sukarelawan dan dukungan psikososial untuk wanita yang telah terdiagnosis dengan kanker serviks juga penting untuk mengurangi stigma dan rasa malu yang terkait dengan penyakit ini. Sebagian orang yang sudah sembuh dari penyakit ini juga dapat berbagi pengalaman mereka dan memberikan motivasi kepada penderita kanker serviks. Dukungan emosional dan informasi yang akurat dapat membantu wanita yang menghadapi kanker serviks merasa didukung dan memiliki harapan dalam proses penyembuhan.
3. Kemudahan Akses Kesehatan
Aksesibilitas layanan kesehatan di seluruh negeri perlu ditingkatkan, terutama di daerah terpencil. Fasilitas kesehatan yang memadai, termasuk pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit, harus tersedia untuk melakukan tes pap smear secara rutin dan memberikan vaksinasi HPV. Selain itu, biaya pemeriksaan dan perawatan dapat diringankan melalui program subsidi atau asuransi kesehatan yang mencakup pemeriksaan kanker serviks agar dapat membantu mengurangi beban finansial bagi wanita.
4. Monitorisasi Kanker Serviks
Tidak hanya itu, penting juga untuk mengembangkan program pemantauan dan evaluasi yang kuat untuk mengukur dampak dari upaya pencegahan kanker serviks. Data yang akurat dan terkini akan membantu dalam mengidentifikasi keberhasilan dan area mana yang perlu ditingkatkan. Informasi ini dapat digunakan untuk mengarahkan sumber daya dan strategi yang tepat dalam upaya mengatasi kanker serviks di Indonesia.
Kanker serviks masih merupakan masalah serius di Indonesia, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan yang ada. Peningkatan kesadaran tentang kanker serviks dan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan merupakan kunci dalam memerangi penyakit ini. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat, dan sektor terkait lainnya akan membantu menciptakan perubahan yang signifikan.
Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan kanker serviks. Tidak hanya itu, kita juga dapat menghilangkan stigma dan kesalahpahaman yang terkait dengan penyakit ini. Dalam mengatasi kanker serviks, kita tidak hanya melindungi nyawa wanita, tetapi juga membangun generasi yang lebih sehat dan kuat di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.