Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasna Shabrina

Jadi Fashionista dengan Keranjang Kuning TikTokShop

Gaya Hidup | Monday, 22 May 2023, 21:52 WIB

Media sosial telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan manusia saat ini. Selain berfungsi sebagai tempat interaksi sosial dan memperluas jejaring sosial, banyak orang memanfaatkan platform seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan platform lainnya untuk memasarkan bisnis mereka. Namun, dalam dua tahun terakhir, ada satu aplikasi yang sangat populer di kalangan Generasi Z untuk mengekspresikan ide-ide mereka, yaitu TikTok.

TikTok adalah aplikasi layanan media sosial dan jejaring sosial yang berfokus pada hosting video berdurasi pendek. Aplikasi ini dimiliki oleh bytevideo, sebuah perusahaan asal Tiongkok, dan menyediakan layanan hosting video dengan durasi mulai dari 3 hingga 10 menit. TikTok pertama kali diluncurkan pada bulan September 2016 dan kemudian diperkenalkan ke pasar internasional pada bulan September 2017. Pada bulan Juni 2021, jumlah unduhan TikTok di seluruh dunia mencapai angka 3 miliar. Aplikasi ini cenderung menarik bagi pengguna yang lebih muda, dengan 41% dari pengguna berusia antara 16 hingga 24 tahun, yang merupakan Generasi Z. Dalam kalangan pengguna TikTok, 90% dari mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan aplikasi ini setiap hari.

Pada bulan Januari 2019, TikTok mulai mengizinkan para kreator untuk menyematkan tautan penjualan langsung ke dalam video mereka. Hal ini memungkinkan bisnis kecil untuk beriklan dan menjangkau audiens yang lebih luas daripada wilayah geografis biasa mereka. Respons viral terhadap video-video TikTok dari bisnis kecil ini dikaitkan dengan algoritme TikTok yang menampilkan konten yang menarik bagi pemirsa secara umum, tetapi mungkin tidak akan mereka cari secara aktif (seperti video tentang jenis bisnis yang tidak konvensional, misalnya beternak lebah dan penebangan kayu).

TikTok telah menciptakan banyak tren viral, selebriti internet, dan tren musik di seluruh dunia. Pengguna berlomba-lomba untuk memposting video pendek yang mereka buat dengan menggunakan berbagai tagar yang sedang tren. Ada berbagai macam konten yang digemari oleh pengguna TikTok, mulai dari tren bedah kosmetik, tren tarian K-pop, hingga tren fashion yang menarik bagi kalangan mahasiswa. Hingga saat ini, tagar #TikTokFashion telah mencapai 46.7 miliar tayangan. Dalam tagar tersebut, para kreator konten mengunggah video-video pendek dengan tema outfit of the day (OOTD) dan menyematkan tautan untuk membeli item yang mereka kenakan. Tautan tersebut dikenal dengan sebutan "keranjang kuning" karena memiliki logo berbentuk keranjang kuning.

TikTokShop, mirip dengan marketplace pada umumnya seperti Shopee atau Tokopedia, menyediakan berbagai macam barang, mulai dari makanan, kosmetik dan skincare, pakaian, hingga alat-alat elektronik. Salah satu yang paling digemari oleh remaja, khususnya mahasiswa, adalah item-item pakaian seperti sepatu, baju, celana rok, dan tas. TikTokShop menawarkan berbagai pilihan model fashion dengan rentang harga yang beragam. Harga-harga di TikTokShop cenderung lebih terjangkau daripada membeli langsung di toko. Selain itu, TikTokShop sering mengadakan diskon besar-besaran pada acara-acara tertentu dan tanggal kembar. Toko-toko online di TikTokShop juga sering mempromosikan barang-barang yang mereka jual melalui siaran langsung untuk memberikan penjelasan yang lebih detail tentang barang tersebut, sambil menawarkan diskon dan voucher gratis ongkos kirim.

Remaja sering mengikuti gaya berpakaian idola mereka dan influencer yang mereka ikuti dengan membeli item-item yang ditampilkan dalam video yang mereka tonton. Para kreator konten sering mereview barang-barang "kekinian" yang mereka pakai dengan cara dan kata-kata yang menarik, sehingga penonton video mereka sering terpengaruh dan tertarik untuk membeli barang yang sama. Kadang-kadang tanpa disadari, mereka melakukan pembelian secara impulsif tanpa memperhatikan fungsi dan kebutuhan, hanya karena tertarik dengan potongan harga dan ingin terlihat trendi agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Hal ini meningkatkan perilaku konsumtif di kalangan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa mahasiswa di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, 72% dari mereka setuju bahwa mereka sering melakukan pembelian secara impulsif melalui keranjang kuning.

Remaja biasanya belum memiliki pendapatan tetap dan hanya mengandalkan uang saku dari orang tua mereka. Terbatasnya pemasukan yang mereka terima membuat mereka tidak mampu membeli beberapa jenis barang dengan harga di atas kemampuan mereka. Ketika mereka menemukan barang dengan harga yang lebih terjangkau, keinginan untuk membeli semakin kuat.

Apabila perilaku konsumtif ini terus berlanjut, para remaja tersebut dapat terjebak dalam siklus hedonisme. Mereka akan kecanduan berbelanja online dan merasa takut ketinggalan (fear of missing out/ FOMO) jika tidak membeli barang-barang yang sedang tren. Fase ini akan berlanjut hingga mereka tidak lagi memiliki uang untuk memenuhi gaya hidup hedonis tersebut. Beberapa orang bahkan rela meminjam uang melalui aplikasi pinjaman online hanya untuk membeli barang-barang yang ada di keranjang kuning demi menuruti gengsi semata.

Tentu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perilaku konsumtif ini. Pertama, sebaiknya remaja mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan finansial mereka sebelum membeli barang. Jika tertarik untuk membeli suatu barang, lebih baik menyimpannya di keranjang belanja dan kembali beberapa hari kemudian untuk membelinya jika memang benar-benar dibutuhkan. Dengan begitu, remaja memiliki waktu untuk berpikir secara rasional mengenai barang yang ingin dibeli dan menghindari belanja secara impulsif. Diharapkan bahwa remaja, khususnya mahasiswa, mempertimbangkan dampak negatif dan positif dalam menggunakan fitur TikTokShop untuk menghindari perilaku konsumtif. Dengan cara ini, remaja di Indonesia dapat menjadi pembeli yang cerdas yang memanfaatkan perkembangan zaman dengan baik

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image