Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Disiplin Aja

Eduaksi | Monday, 22 May 2023, 20:33 WIB

DISIPLIN AJA

Hasan Albana, M.Pd

Kekaguman semua orang, khususnya civitas akademik di sekolah kami, tertuju kepada salah seorang peserta didik yang baru-baru ini berhasil meraih juara 1 lomba bridge tingkat propinsi. Ada hal menarik yang dilakukannya selama mengejar target juara, ‘tak ada yang mampu mengalahkan manusia-manusia yang disiplin’. Begitulah sepenggal prinsip sang juara bridge tersebut. Nampak dalam kesehariannya memegang teguh prinsip disiplin tersebut, baik disiplin sekolah maupun disiplin berlatih bridge.

Kata disiplin disini bukan bermakna sempit seperti halnya ideologi militerisme, yang menganggap hanya militer saja yang memiliki kedisiplinan, integritas, tanggung jawab, berseragam lengkap, datang tepat waktu, dll. Disiplin disini lebih bermakna pada sebuah komitmen. Ketika peserta didik kami memutuskan untuk mengejar target juara propinsi, maka beliau berkomitmen dengan berdisiplin diri melakukan hal-hal yang mendukung dirinya bisa menjadi juara.

Tipe kedisiplinan yang diterapkan oleh sang juara tersebut termasuk pada forced disiplin berkombinasi dengan self discipline. Sejatinya ada tiga jenis disiplin yang kita kenal, peserta didik maupun guru yang ingin menjadi juara dalam segala bidang, maka harus secara sadar pandai memilih dan memakai tiga jenis disiplin. Forced discipline, Self discipline, Indisiplin.

Forced discipline dimunculkan atau terjalin dalam sebuah sistem yang digerakkan dari luar oleh lembaga tempat kita belajar atau bekerja, orang tua, guru, pelatih. Jenis disiplin ini akan mengharuskan kita menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Hasil dari kondisi yang tercipta tersebut adalah bentuk komitmen diri terhadap apa yang ingin dicapai, seperti halnya mendapatkan juara bridge yang tidaklah susah untuk didapatkan ketika forced disiplin ini telah terbentuk dengan baik.

Self discipline adalah jenis disiplin yang kedua. Disiplin ini berasal dari diri masing-masing yang dibentuk secara berkesinambungan dan melawan ketidaknyamanan-ketidaknyamanan diri. Ketika teman sebaya menikmati hari-harinya dengan bermain game dan lain-lain, seseorang yang memiliki self discipline, untuk mencapai prestasi maka akan melewati masa-masa ketidaknyamanan dan pemberontakan diri dan ketika dilakukan dengan konsisten serta terus berkembang, maka hasil yang diharapkan tinggal menunggu waktu saja.

Jenis disiplin yang ketiga yaitu indisiplin. Adalah pilihan yang paling disukai oleh sifat dasar manusia, yaitu malas. Human being is a lazy organism, manusia adalah makhluk yang malas. Masyarakat Indonesia lebih suka memilih jenis disiplin yang ketiga ini, dalam berbagai bidang sudah menjadi kebiasaan masyarakat melakukan hal-hal yang berbau indisiplin. Tidak akan ada prestasi bila konsisten indisiplin, yang ada adalah manusia-manusia konsumtif yang tanpa prestasi apapun.

Ki Hajar Dewantoro, Dahlan Iskan, hingga Nurbeti yang ahli membuat kerajinan tangan, ketika ditanya bagaimana kunci suksesnya, pasti salah satunya adalah kepandaian mereka memilih jenis kedisiplinan dan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari. Seperti budaya bushido yang ada di negeri Matahari Terbit yaitu kerja keras, disiplin tingggi, dan pantang menyerah, akan menghasilkan prestasi-prestasi yang luar biasa. Pilihannya ada dua yaitu berdisiplin diri atau didisiplinkan oleh orang lain.

Sang juara bridge tentu sepakat dengan yang dikatakan Michael angelo bahwa jika anda tahu berapa kerasnya saya bekerja untuk mendapatkan keahlian saya maka sesungguhnya tidak ada yang perlu mereka kagumi. Semua orang sebenarnya tidak akan mengagumi sang juara bridge bila tahu bahwa perjuangan menjadi juara yang dilandasi oleh disiplin tidaklah menganggumkan. Sehingga pribadi-pribadi yang biasa-biasa saja pun akan mampu berprestasi dan menjadi juara bilamana pandai memilih dan memakai jenis disiplin yang dipakai oleh para sang juara.

Hasan Albana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image