Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nilna Hauro

Depresi Potensi Tertinggi Penyebab Orang Melakukan Bunuh Diri?

Eduaksi | Monday, 22 May 2023, 19:05 WIB

Kematian merupakan hal yang pasti akan terjadi kepada setiap individu dengan berbagai penyebab,lantas bagaimana dengan kematian yang disengaja oleh individu, bagaimana dengan bunuh diri? disaat orang berbondong-bondong pergi ke rumah sakit untuk berobat. Apa yang menyebabkan orang melakukan bunuh diri?

Bunuh diri merupakan upaya tindakan atau pikiran yang memiliki tujuan untuk mengakhiri hidup dan dilakukan dengan sengaja,di mulai dari pikiran pasif mengenai bunuh diri hingga akhirnya benar-benar melakukan tindakan yang menyebabkan kematian. Menurut WHO pada tahun 2019 sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri per tahun, di dunia, dan penyumbang tertingginya ada pada usia muda. Terlepas dari itu, pemikiran untuk bunuh diri dapat menghampiri siapa saja. Mengutip dari CNBC Indonesia, ada sekitar 11 orang dari industry K-Pop yang memlilih mengakhiri hidupnya, diantaranya adalah Jeon Mi-Seon, Choi Jin-Ri ( Sulli), Goo Ha-Ra, Jo Hanna, Jang Ja-yeon, Kim Daul, Yoo Ju Eun, Ahn So Jin, Kim Jong Hyung ( SHINee), Cha In Ha, dan yang cukup menggemparkan baru-baru ini adalah kabar kematian dari Moon Bin (Astro) meskipun belum diketahui secara pasti penyebab kematian tersebut, namun kepolisian menyampaikan bahwa kemungkinan terbesar penyebab dari kematian Moon Bin adalah karena Depresi. Selain dari industry K-Pop kabar kematian akibat bunuh diri juga beberapa kali mengejutkan negara Indonesia, pasalnya usia anak yang melakukan bunuh diri terlampau terlalu dini, seorang siswa SD berusia 11 tahun yang melakukan aksi bunuh diri dengan seutas tali tambang di Banyuwangi, tak lupa juga mahasiwa Universitas Gajah Mada Bernama Tegar Sinar Ramadhan yang memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 11 di sebuah hotel di Yogyakarta. Tentunya individu yang memilih untuk melakukan hal -hal tersebut, tidak serta merta dengan tiba-tiba melakukan hal tersebut, tentunya ada pertimbangan yang dilakukan, namun karena adanya kegagalan dalam proses berpikirnya yang menyebabkan hal tersebut terlaksanakan.

Bunuh diri erat kaitannya dengan gangguan psikologis, salah satunya adalah Depresi. Depresi merupakan reaksi normal terhadap kehilangan yang menyedihkan seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harga diri, atau kehilangan kesehatan. Namun, ada orang yang kecenderungannya mengalami depresi tidak sebanding dengan peristiwa aktual dalam hidupnya, dan hal ini memicu adanya gangguan psikiatrik yang memburuk. Menurut Treadway dan Zald pada 2011, seringkali orang mengalami depresi berat tanpa adanya alasan yang terlihat jelas. Depresi bisa terjadi dengan sangat sangat ekstrem sehingga hampir tidak mungkin bagi mereka untuk memenuhi hal-hal penting dalam kehidupan sehari-hari - untuk melakukan pekerjaan, melakukan kontak sosial, makan, atau bahkan mengalami penurunan dalam menjaga keberihan diri sendiri. Dalam hal ini, Gangguan tidur dan pikiran memicu individu untuk melakukan bunuh diri, setidaknya gejala-gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu atau lebih, terlepas dari semua gejala yang ada kita tidak dapat melakukan self-diagnose, untuk memvalidasi itu semua kita harus mencari bantuan tenaga professional.

Adanya gangguan mood hasil interaksi genetic dan lingkungan menyebabkan individu mengalami depresi. Orang dengan gangguan depresi mengalami penurunan hormon serotonin, dimana hormon serotonin sendiri memiliki fungsi yang salah satunya adalah memengaruhi suasana hati, gangguan pada hormon serotonin ini juga dipicu oleh Kurang efektifnya transpotasi serotonin di celah sinaps dan permasalahan reuptake serotonin pada celah sinaps, Gangguan transporter meningkatkan probabilitas individu menjadi lebih mudah mengalami gangguan mood. Orang – orang dengan gangguan depresi membutuhkan support yang besar dari orang-orang disekitarnya atas kesembuhan dirinya, selain itu juga bantuan dari pihak professional sangat dibutuhkan disini, baik Ketika proses validasi maupun Ketika proses penyembuhan, mengingat penyakit psikologis membutuhkan penanganan khusus yang bersifat subjektif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image