Berikan Pendidikan Karakter Semenjak Dini
Guru Menulis | 2021-12-24 13:12:13Tujuan akhir proses pendidikan tak hanya kecerdasan otak semata, namun yang lebih utama adalah memiliki karakater yang baik. Masih adanya kasus klithih, tawuran pelajar, dan kenakalan remaja lain menjadi persoalan serius yang butuh solusi. Salahsatunya adalah dengan memberikan Pendidikan karakter semenjak usia dini/
Seperti kita ketahui, bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 yaitu tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada pasal 17 ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, Berilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif, Sehat, mandiri dan percaya diri, Toleran, peka sosial, demokratis dan bertanggungjawab.
Lalu bagaimana cara memberikan pendidikan karakter? Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk memberikan Pendidikan karakter semenjak dini, diantaranya adalah melalui: Pengenalan Wayang, Kepramukaan, Pembiasaan dan Catur.
Yuk kita kupas satu persatu biar tidak penasaran.
1. Wayang
Wayang kulit yang telah diakui sebagai warisan budaya oleh Unesco penting dikenalkan sejak dini kepada anak-anak kita. Karena dalam cerita wayang kita bisa banyak belajar tentang berbagai karakter manusia. Tokoh dalam wayang bisa mewakili karakter manusia yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Bantul ternyata juga peduli menjadikan wayang sebagai media Pendidikan karaktar anak usia dini.
Disdikpora Bantul, menggelar Festival Wayang Pendidikan Karakter Bagi Anak usia Dini, Rabu (15/12/2021) di Kompleks Perkantoran Pemda II Manding diikuti TK Negeri Se Bantul. Karena sasarannya adalah usia dini, maka wayang yang dipergunakan hanya sebatas Pandawa (Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) dan Punokawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong). Peserta yang merupakan guru Taman Kanak-kanak diberi kebebasan berkepresi. Ada yang tampil dengan satu sebagai dalang, yang lain sebagai pengiring. Namun ada pula yang tampil dengan cara satu orang berperan sebagai satu tokoh. Jadi Ketika mengambil tokoh punakawan maka ada 4 orang yang berbicara dengan 4 tokoh punakawan.
Properti yang digunakan sudah disediakan, meliputi wayang Pandawa dan Punakawan, sedangkan iringan sederhana berupa: kethuk, saron, gong, kendang dan gong.
Materi ceritapun ditentukan harus mengupas tentang Pancasila dan protokol kesehatan.
Harapannya dengan media wayang bisa menarik bagi anak dan anak mudah menyerap keterangan yang disampikan guru.
2. Kepramukaan
Gerakan kepanduan yang diinisiasi Boden Powell ini juga sangat efektif untuk menanamkan karakater. Untuk usia dini melalui perindukan siaga mereka sudah dilatih hidup berkelompok melalui barung yang diberi nama dengan aneka macam warna. ada barung merah, barung hijau, barung kuning, dsb. Dengan bentuk barisan lingkaran anak-anak terkondisi berkomunikasi dalam sebuah komunitas yang sangat bermanfaat untuk kelak bersosialisasi di masyarakat. Semenjak dini anak sudah diasah kemampuan kognitif dan kecakapan hidup, sehingga anak tertanam memiliki semangat juang tinggi untuk berkompetisi. Tidak sombong ketika tampil menjadi yang terbaik, namun tak putus asa dan kecewa siap menerima kekurangan dan kelemahan diri.
3. Pembiasaan
Karkater baik tidak bisa datang dengan sendirinya namun mesti melalui sebuah proses. Proses penanaman karakter bisa dilakukan melalui pembiasaan.
Untuk melatih pembiasaan menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua di rumah dan guru di sekolah. Pembiasaan sangat bermanfaat, sebab ketika hal-hal baik sudah biasa dilakukan maka dimanapun anak berada tak perlu lagi banyak diperintah.
Mulai dari mau tidur mencuci tangan dan kaki serta gosok gigi, berdoa sebelum tidur. Setelah bangun juga berdoa, melipat selimut yang dipakai, membenahi bantal guling.
Pembiasaan makan tak kalah pentingnya, diawali dengan cuci tangan, berdoa, minum air putih terlebih dulu, makan menggunakan tangan kanan (bila memang tidak kidal), tidak makan sembari bicara, makan dalam posisi duduk.
Untuk anak muslim, melakukan salah berjamaah juga mesti dibiasakan sejak masih kecil. Bagaimana berwudlu yang benar, masuk masjid kaki kanan keluar kaki kiri, berdoa masuk keluar masjid, tidak boleh bicara di dalam masjid, mengatur diri agar shaf lurus.
Bermainpun juga perlu dibiasakan dengan saling menghormati dan menghargai teman bermain, tidak meledek.
1. Catur
Olahraga otak ini bisa direkomendasi untuk membentuk karakter sehingga sangat tepat dilatihkan sejak dini.
Langkah awal adalah mengenal buah catur yang beragam, mulai dari Raja, Menteri, Gajah, Benteng, Kuda dan Bidak.
Masing-masing buah memiliki karakter yang berbeda. Bidak bisa diibaratkan sebagai rakyat biasa, hanya bisa maju tak bisa mundur. Namun memiliki keistimewaan saat sampai di petak akhir bisa promosi menjadi perwira. Artinya rakyat biasa pada akhir bisa naik jenjang menjadi orang yang memiliki jabatan dan semakin berkualitas.
Kuda merupakan perwira yang memiliki keistimewaan langkahnya L, jika melakukan serangan tak bisa ditangkis. Gajah merupakan perwira yang langkahnya hanya bisa miring sesuai garis warnanya. Keistimewaannya serangannya bisa dari jarak jauh. Benteng langkahnya lurus dan punya keistimewaan jangkauan langkahnya jauh bisa delapan petak.
Sedangkan Menteri sebagai perwira paling tinggi paling istimewa karena bebas bergerak leluasa kemanapun.
Belajar dari buah catur ini, seorang anak akan tahu bahwa setiap buah memiliki keistimewaan, ini bisa dipetik sebuah pelajaran bahwa setiap insan bisa menggali potensi dirinya untuk dikembangkan.
Permainan catur mengajarkan bagaimana melatih kesabaran, kejujuran, kecermatan, dan sportivitas.
Penulis:
Sutanto (Guru MTsN 3 Bantul DIY)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.