Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agustina Wahyu Nur - Universitas Airlangga

Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar melalui Kearifan Lokal

Sekolah | Friday, 19 May 2023, 12:28 WIB

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak secara utuh, terpadu, dan seimbang. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat yang tepat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar dalam rangka pembentukan karakter yang baik dan efektif kepada peserta didik. Di mana karakter peserta didik yang masih duduk di bangku sekolah dasar di nilai masih bisa dibentuk dan dibimbing dengan pendidikan karakter sejak dini. Untuk itu, pada UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional telah memungkinkan diajarkannya pendidikan karakter pada tingkat sekolah dasar. Pendidikan karakter memang harus ditingkatkan mengingat sekarang ini karakter budi pekerti sudah mulai luntur termakan oleh modernisasi zaman. Misalnya, kebanyakan anak usia dini sekarang ini sudah mengenal smartphone dan internet. Dari Databoks Katadata, Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 hampir separuh anak usia 5-6 tahun saja sudah bisa menggunakan HP mencapai 52,76%. Sedangkan, sebanyak 39,97% anak usia 5-6 tahun bisa mengakses internet pada HP mereka. Penggunaan HP dan akses internet memang memberikan cukup banyak manfaat. Namun, akan cukup mengkhawatirkan jika tidak dalam pengawasan yang benar, karena sifat anak-anak yang selalu ingin tahu apalagi smartphone merupakan hal baru bagi mereka. Akibatnya, mereka akan sering menghabiskan waktu untuk bermain dan mengeksplorasi smartphone. Padahal, penggunaan smartphone yang terus menerus akan menjadi dampak negatif bagi perkembangan psikologis anak. Hal ini menyebabkan mereka akan cenderung kurang bersosialisasi, mengurangi beraktivitas di luar rumah, cenderung individualis, bahkan lupa terhadap norma-norma dan agama. Maka dari itu, penggunaan gadget pada anak usia dini lebih baik harus dibatasi, dikarenakan pada usia itu anak-anak dinilai masih rentan secara emosionalnya. Mereka akan menangis atau marah saat hal-hal yang mereka senangi dijauhkan. Hal itu sangatlah wajar karena sifat mereka yang masih belum bisa dibentuk, lain halnya dengan anak yang sudah menginjak bangku sekolah dasar. Untuk itu, Pentingnya penguatan pendidikan karakter kepada anak diharapkan dapat melatih anak secara mental dan moral untuk mencegah perilaku yang negatif. Dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter diperkuat melalui 18 nilai yang ada pada satuan pendidikan, salah satunya bersumber dari budaya atau kearifan lokal. Kearifan lokal sering di konsepsikan sebagai kebijakan setempat "local wisdom" atau pengetahuan setempat "local knowing". Nilai-nilai kearifan lokal dapat dijadikan basis dalam mewujudkan Pendidikan karakter di sekolah khususnya sekolah dasar karena nilai-nilai budaya yang sudah dianggap baik berupa kearifan lokal dapat dijadikan sumber materi pendidikan, sekaligus melestarikan budaya masyarakat setempat agar tetap lestari dan tidak termakan pengaruh budaya luar yang kurang pantas dengan kultur budaya Indonesia. Oleh karena itu, penulis sangat mendukung adanya pendidikan karakter melalui kearifan lokal di sekolah dasar sekaligus mengurangi kecanduan bermain gadget. Mengapa harus kearifan lokal? Kearifan lokal dianggap sebagai warisan leluhur yang bisa dijadikan contoh nyata dalam berbagai bidang kehidupan seperti filosofi, pandangan hidup, kesehatan, arsitektur, bahkan Sastra tradisional. Robert Sibarani, Guru Besar dalam bidang Antropolinguistik dari Universitas Sumatra Utara, mendefinisikan kearifan lokal sebagai suatu bentuk pengetahuan asli dalam masyarakat yang berasal dari nilai luhur budaya masyarakat setempat untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Selain itu, Paulo Freire, seorang teoritikus asal Brazil, mengemukakan pendapatnya tentang kearifan lokal sebagai pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu konkret dengan apa yang mereka hadapi. Dengan masyarakat Indonesia yang majemuk, tentunya banyak sekali kearifan lokal dalam setiap daerah yang tidak sama satu dengan lainnya dan memiliki ciri khas tersendiri dalam mengatur kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, nilai-nilai kearifan lokal ini bisa menjadi ciri khas dari Pendidikan karakter di sekolah dasar. sekaligus mengajarkan peserta didik untuk melestarikan dan tetap mempertahankan eksistensi kearifan lokal khususnya pada daerahnya sendiri. Dari apa yang telah dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa kearifan lokal tidak hanya berbicara tentang budaya daerah, melainkan tentang suatu “nilai luhur” yang mencerminkan karakter suatu daerah. Menurut Hendra Wahanu Prabandani dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Hukum Berbasis Kearifan Lokal disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah nilai-nilai, norma, hukum-hukum, dan pengetahuan yang dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk sistem pengetahuan lokal yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari oleh masyarakat. Dengan demikian, kearifan lokal dapat dijadikan sebagai ajaran untuk bertingkah laku dan bertata krama yang baik kepada peserta didik agar tetap bersikap sopan, santun, dan berakhlak mulia. Tentunya dengan program yang tidak memberatkan peserta didik, tetapi mampu untuk melatih karakter yang baik sejak dini kepada peserta didik. Untuk implementasi dari program pendidikan karakter bisa melalui beberapa strategi sebagai berikut:Pertama, mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada mata pelajaran sekolah seperti mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah, mata pelajaran seni budaya, mata pelajaran budi pekerti, tambahan literasi kearifan lokal, serta pendidikan luar kelas berbasis kearifan lokal.Kedua, mengimplementasikan kearifan lokal dalam kegiatan sekolah seperti menggunakan bahasa daerah ketika diluar jam pelajaran, menerapkan tata krama yang baik dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian batik pada setiap hari jum’at, pada jam olahraga diperkenalkan permainan tradisional, mengadakan rekreasi ke tempat-tempat bersejarah.Ketiga, mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam program yang telah direncanakan seperti ektrakurikuler untuk menumbuhkan kembali rasa cinta akan kebudayaan setempat. Misalnya ekstrakurikuler karawitan, tari tradisional, vokal tembang-tembang daerah, Keempat, membangun komunikasi dan kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik agar saling mendukung program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal tersebut.

Kesimpulannya, Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal bisa menjadi alternatif bagi pelaksanaan Pendidikan karakter di Indonesia dan bisa di mulai dengan sekolah dasar. Dengan adanya program pendidikan karakter ini, diharapkan para peserta didik dapat memberikan pelajaran pentingnya menjaga warisan budaya leluhur dengan baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image