Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lutfiyah Zain

Hubungan Antara Pembelian Impulsif Merchandise dengan Kepuasan Hidup Penggemar Anime

Curhat | Wednesday, 17 May 2023, 14:08 WIB

Jepang merupakan negara besar yang dikenal dengan budayanya yang unik. Salah satunya adalah anime. Anime merupakan hasil dari buah pikiran seseorang yang diapresiasikan dalam suatu bentuk karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Anime dapat diartikan sebagai suatu karya sastra yang disajikan dalam bentuk lisan, bergerak dan dapat ditonton. Akibat dari adanya budaya jepang ini memunculkan suatu ketertarikan pada remaja untuk menonton sampai mengoleksi beberapa merchandise anime yang berujung pada pembelian impulsif maerchandise yang berakibat dari gagalnya mengontrol diri untuk tidak fomo atau hanya sekedar ikut-ikutan.

Pembelian impulsif digambarkan sebagai pembelian yang tidak terduga dan dianggap sebagai pengambilan keputusan yang cepat untuk mendapatkan kepemilikan secara instan. Pembelian impulsif dijelaskan sebagai perilaku pembelian yang kurang disengaja, lebih menggoda, dan paling menggembirakan, tidak seperti perilaku pembelian terencana. Dalam kasus dorongan yang tinggi, pembeli secara emosional terlibat dengan objek dan menginginkan kepuasan instan dan mereka cenderung menjadi introspektif dalam pemikiran mereka (Hoch & Loewenstein 1991; Thomson et al., 1990).

Sering kali seorang penggemar Anime mengalami kegagalan dalam mengendalikan hasrat yang ditimbulkan impuls yang ada di lingkungannya saat melakukan pembelian merchandise terlebih lagi pada masa remaja yang sering kali bersikap Fomo. Apabila kontrol diri kurang baik dalam berperilaku konsumtif maka akan berpengaruh pada gaya hidup seseorang. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh finansial atau perekonomian yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian finansial atau perekonomian itu dilakukan dengan yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti penipuan.

Banyak sekali kasus tentang pembeli dan penjual merchandise anime. Mulai dari pembeli yang impulsive buying hingga tidak sadar bahwa tidak memiliki uang,alhasil banyak pembeli yang kabur atau hnr (hit and run) dan juga meminjam uang kepada kenalannya. Membeli merchandise tidak salah,yang paling penting tahu akan kesadaran diri dan keadaan diri entah dalam ekonomi atau yang lain. Orang-orang bahkan rela untuk membeli action figure hanya untuk kesenangan semata walaupun menghabiskan uang puluhan atau jutaan dan tanpa tahu apa nilai dari barang telah dibelinya. Selain membeli action figure, mereka juga rela membeli baju cosplay agar dapat menjadi seperti karakter favoritya. Dengan demikian, semakin tinggi rasa fanatisme seseorang terhadap sesuatu semakin tinggi juga kemungkinan seseorang dalam melakukan perilaku konsumtif demi kepuasan diri.

Beberapa orang yang menyukai anime pasti juga membeli merchandise contoh saja teman-teman saya yang berkuliah di Universitas Airlangga. Mereka tak jarang pula terkena impulsif buying atau fomo mengikuti tren walau mereka tidak mengetahui anime tersebut. Bisa disimpulkan bahwa anime dapat memberikan dampak perilaku konsumtif pada penggemar karena intensitas pembelian impulsif yang cukup tinggi menjadikan penggemar semakin menyukainya dan tidak menutup kemungkinan juga menginginkan barang-barang dari beberapa tokoh idolanya. Dalam hal ini seseorang yang membeli merchandise secara impulsif tidak memikirkan harga barang namun lebih memikirkan pada dorongan keinginannya.

Penggemar Anime tertarik untuk membeli barang secara berlebih karena mengidolakan beberapa tokoh anime. Dia rela menyisihkan uang saku untuk membeli barang- barang tersebut, bahkan ia juga rela membeli barang tersebut jika berada diluar kota yang ongkos kirimnyanya lumayan mahal. Hal tersebut tentu saja berdampak pada gaya hidup penggemar Anime, mereka sering kali tidak merasa puas dengan apa yang mereka dapatkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image