Mempelajari Bahasa Isyarat Bagi Teman Dengar dan Teman Bicara
Eduaksi | 2023-05-16 21:17:30Bahasa isyarat adalah bahasa non verbal yang meliputi gerak tubuh serta ekspresi alih-alih menggunakan perkataan yang disuarakann. Biasanya bahasa isyarat dipelajari oleh teman-teman bisu dan tuli untuk berkomunikasi satu sama lain. Di Indonesia sendiri ada 2 macam bahasa isyarat yang dapat dipelajari. Bahasa isyarat tersebut adalah Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). SIBI sendiri merupakan bahasa isyarat yang diadopsi dari American Sign Language (ASL). SIBI merupakan bahasa isyarat yang direkomendasikan oleh pemerintah. Akan tetapi, banyak yang menganggap bahwa SIBI cukup sulit dipelajari karena mengandung kosakata baku dan rumit. Sedangkan BISINDO dianggap lebih mudah dan lebih mewakili budaya tuli di Indonesia karena merupakan bahasa yang dipakai oleh teman-teman bisu dan tuli sejak lahir.
Lalu penting kah mempelajari bahasa isyarat bagi orang-orang tidak bisu dan tidak tuli? Kesadaran masyarakat dunia, terutama masyarakat Indonesia, akan pertanyaan tersebut belum nampak. Teman-teman bisu dan tuli cenderung mendapatkan diskriminasi di lingkungan mereka, utamanya pada lingkungan pekerjaan. Dengan alasan “susah berkomunikasi” seringkali teman-teman bisu dan tuli dianggap tidak akan mampu mengikuti kegiatan-kegiatan layaknya orang-orang pada umumnya. Padahal seharusnya teman-teman dengar dan teman-teman bicara lah yang menyesuaikan dengan keadaan mereka. Kita tidak mampu menentukan takdir sesorang untuk dilahirkan normal atau dengan keadaan spesial. Alasan apapun tidak dapat dibenarkan untuk mengucilkan atau membeda-bedakan teman-teman bisu dan tuli dalam lingkungannya.
Banyak sekolah-sekolah SLB yang ada di Indonesia. Hal tersebut memang membantu teman-teman dengan disabilitas untuk belajar layaknya orang-orang pada umumnya dan diharapkan mereka mampu beradaptasi dengan lingkungannya sebagai seseorang yang spesial. Namun, pada kenyataannya masih banyak perusahaan-perusahaan yang tidak menerima orang-orang dengan disabilitas. Tentu dengan stereotip bahwa mereka dianggap tidak bisa berkomunikasi sehingga juga tidak bisa berkontribusi. Padahal sejak lahir merekalah yang dituntut untuk belajar lebih dari apa yang orang-orang lain pelajari hanya untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan orang sekitar. Lalu apa kontribusi kita yang telah dilahirkan sebagai teman dengar dan teman bicara untuk menyesuaikan diri dengan mereka?
Andai saja semua orang menyadari pentingnya mempelajari bahasa isyarat, tentulah akan sangat membantu kehidupan teman-teman bisu dan tuli. Hanya dengan meningkatkan kepedulian kita terhadap teman-teman bisu dan tuli, akan dapat menghilangkan gap antara mereka dengan masyarakat pada umumnya. Sebatas interaksi seorang penjaga kasir dengan customernya yang bisu/tuli dengan bahasa isyarat saja masih sulit ditemukan di Indonesia. Lalu bayangkan apabila semua penjaga kasir dan orang-orang di tempat publik lainnya mampu menggunakan bahasya isyarat. Stigma buruk dan stereotip buruk terhadap teman-teman bisu dan tuli pastilah perlahan demi perlahan akan hilang. Bagaimana cara memulianya?
Mulailah dari sekedar mempunyai tekad untuk mempelajari bahasa isyarat untuk membantu teman-teman bisu dan tuli. Mudah tidaknya belajar bahasa isyarat dapat ditentukan dari seberapa besar tekad kita untuk mempelajarinya. Tidak ada hal yang mudah apabila kita tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan hal tersebut. Kemudian mulai cari tahu tentang bahasa-bahasa isyarat yang dapat digunakan di lingkungan kita. Di Indonesia, teman-teman bisu dan tuli lebih condong menggunakan BISINDO karena dianggap sebagai bahasa isyarat “alami” yang telah mereka gunakan sejak kecil. Karena tujuan utama mempelajari bahasa isyarat adalah untuk berkomunikasi dengan teman-teman bisu dan tuli, maka pelajarilah bahasa isyarat yang juga banyak dipelajari oleh mereka. Kemudian implementasikanlah dalam kehidupan nyata. Jangan pernah malu untuk memulai. Sama saja seperti mempelajari bahasa asing, jika kita hanya mempelajari “teori” tanpa praktek, hasilnya tidak akan maksimal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.