Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Inilah 3 Fakta Menarik Temuan Ilmuwan Ihwal Zat Psikedelik

Info Terkini | Sunday, 14 May 2023, 11:28 WIB
(foto: squirrels_photos/SSDarindo)

Obat psikedelik yang paling sering dipelajari termasuk psilocybin (senyawa aktif yang ditemukan dalam jamur "ajaib"), dietilamid asam lysergic (LSD, juga dikenal sebagai "asam"), dimethyltryptamine (atau DMT, senyawa psychedelic alami yang ditemukan di banyak tanaman dan hewan), dan 3,4-methylenedioxymethamphetamine (dikenal sebagai MDMA atau molly, obat sintetis yang menghasilkan efek psikedelik dan stimulan).

Di bawah ini adalah lima penemuan ilmiah terbaru terkait zat psikedelik dan potensi terapeutiknya, yang dikutip dari laman Psy Post.

1. Orang cenderung belajar dari umpan balik lebih cepat di bawah pengaruh LSD

Penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Medicine menunjukkan bahwa LSD dapat membantu orang belajar lebih cepat saat menerima umpan balik dan meningkatkan perilaku eksplorasi. Studi ini menyelidiki efek LSD pada pembelajaran dan pengambilan keputusan pada manusia, dengan tujuan akhir untuk mengidentifikasi mekanisme psikologis dimana LSD dapat memiliki manfaat terapeutik potensial untuk kesehatan mental.

Para peneliti menemukan bahwa LSD meningkatkan kecepatan peserta memperbarui harapan mereka berdasarkan umpan balik, membuat mereka lebih cepat belajar dari pengalaman mereka daripada mereka yang menggunakan plasebo. Selain itu, mereka yang menggunakan LSD lebih eksploratif dalam perilakunya, yang berarti bahwa mereka cenderung mencoba pilihan baru saat membuat keputusan.

Dengan meningkatkan tingkat di mana orang belajar dari umpan balik dan meningkatkan perilaku eksplorasi, LSD dapat membantu individu dengan masalah kesehatan mental membebaskan diri dari pola pikir negatif dan mengembangkan asosiasi baru yang lebih positif.

2. Terapi dengan bantuan Psilocybin membantu mengurangi perenungan dan gejala penekanan pikiran

Depresi adalah penyakit mental yang menantang dengan banyak gejala yang sulit, dan metode pengobatan tradisional, seperti antidepresan, dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Psikoterapi berbantuan Psilocybin adalah metode pengobatan alternatif yang menggunakan psilocybin dalam kombinasi dengan terapi bicara untuk mengobati depresi. Sebuah studi baru-baru ini membandingkan efek psilocybin dengan escitalopram antidepresan pada gejala depresi yang berkaitan dengan perenungan dan penekanan pikiran negatif.

Studi ini menemukan bahwa peserta yang menerima pengobatan psilocybin menunjukkan peningkatan yang jauh lebih besar baik dalam perenungan maupun gejala penekanan pikiran yang berkaitan dengan depresi. Pada kelompok SSRI dan psikedelik, perenungan meningkat pada tanda 6 minggu, yang dapat menyiratkan bahwa perenungan adalah gejala depresi yang dapat diobati. Namun, peserta yang menerima escitalopram tidak menunjukkan peningkatan yang sama dalam penekanan pikiran seperti mereka yang menerima pengobatan psilocybin.

Efek subyektif dari psikedelik, seperti pembubaran ego dan wawasan psikologis, dikaitkan dengan penurunan perenungan dan penekanan pikiran, yang menunjukkan keuntungan dari perawatan psikedelik. Studi ini menunjukkan bahwa psikoterapi dengan bantuan psilocybin bisa menjadi metode pengobatan yang lebih efektif untuk depresi terkait perenungan dan penekanan pikiran negatif. Namun, pendekatan ini masih eksperimental, dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan kemanjurannya.

3. Terapi dengan bantuan MDMA dapat mengubah cara otak merespons ingatan traumatis

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menggabungkan terapi dengan pemberian MDMA bisa menjadi pendekatan pengobatan yang efektif. MDMA adalah obat sintetis yang mengubah suasana hati dan persepsi, menghasilkan perasaan peningkatan energi, kesenangan, kehangatan emosional, dan persepsi sensorik dan waktu yang terdistorsi.

MDMA dianggap menurunkan respons rasa takut yang terkait dengan ingatan traumatis, yang dapat membantu pasien PTSD memproses pengalaman traumatis mereka.

Sebuah studi yang diterbitkan di Frontiers in Psychiatry menemukan bahwa pasien yang menerima terapi dengan bantuan MDMA (MDMA-AT) mengalami penurunan yang signifikan dalam keparahan gejala PTSD dan perubahan aktivitas otak setelah 2 bulan pengobatan.

Studi tersebut melibatkan sembilan pasien dengan PTSD sedang hingga berat yang terpapar rekaman audio traumatis dan netral dari peristiwa pribadi di dalam pemindai MRI. Setelah 2 bulan pengobatan MDMA-AT, pasien mengalami penurunan keparahan gejala PTSD yang signifikan, dengan penurunan rata-rata 57%.

Selain itu, sebelum terapi, otak menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi di area yang terlibat dalam ketakutan, emosi, dan ingatan otobiografi saat pasien mendengarkan rekaman traumatis dari pengalaman masa lalu mereka dibandingkan dengan rekaman netral.

Setelah terapi, tidak ada perbedaan aktivitas otak yang signifikan antara kedua jenis rekaman ini, yang menunjukkan penurunan intensitas ingatan traumatis. Namun, penelitian lebih lanjut dengan populasi sampel dan kontrol yang lebih besar diperlukan untuk sepenuhnya memahami perubahan fungsi otak yang terkait dengan pengobatan MDMA-AT dan untuk menentukan efek jangka panjang dari pendekatan pengobatan ini. ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image