Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alvin Destian Ronaldi

BenarkahBiaya UKT di Indonesia Mahal?

Curhat | Thursday, 23 Dec 2021, 16:16 WIB

Pendidikan adalah sebuah kewajiban dan kebutuhan, dimana dengan pendidikan kita bisa memperoleh ilmu yang membuat pengetahuan kita bertambah. Tidak hanya pengetahuan yang bertabah, pola pikir dan tingkah laku kita juga akan mengalami perubahan sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi ada salah satu faktor utama yang membuat seorang siswa tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu biaya pendidikan yang mahal.

Bapak Prof. Dr. R Agus Sartono, MBA. mengatakan, setiap tahun ada sekitar 3,7 juta pelajar lulus SMA, MA dan SMK. Namun tak semua pelajar lulusan setingkat SMA tersebut bisa meneruskan ke bangku kuliah. Dari data Kemenko PMK hanya sebanyak 1,8 juta lulusan SMA bisa meneruskan kuliah ke perguruan tinggi. Kemudian sisanya yaitu 1,9 juta pelajar tersebut mau tidak mau akan masuk ke dalam dunia kerja walau belum memiliki keterampilan yang memadai. Yang menjadi pertanyaan apakah 1,9 juta pelajar tersebut akan mendapatkan pekerjaan yang layak? jawabannya pasti belum tentu, karena ada banyak pekerjaan yang mensyaratkan minimal telah lulus dari perguruan tinggi untuk dapat bekerja. Kemudian dari 1,9 juta pelajar tadi semuanya bekerja? Pasti dari semua itu ada yang belum mendapatkan pekerjaan, dan itu artinya jumlah pengangguran di Indonesia semakin bertambah. Dengan pengangguran yang bertambah berdampak pada sektor sosial ekonomi. Apakah lulusan perguruan tinggi tidak akan menjadi pengangguran? Tentu saja masih ada potensi menjadi pengangguran, tetapi dengan pengalaman mereka yang cukup matang para lulusan perguruan tinggi tersebut yang memiliki keahlian yang memumpuni dan harapannya walaupun mereka tidak bekerja di sektor formal, mereka dapat mendirikan usaha yang akan merekrut karyawan, sehingga pengangguran dapat teratasi dan ekonomi dapat membaik.

Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah atau menyalahkan pihak manapun sepenuhnya. Tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan anak yang tidak melanjutkan pendidikan tersebut, apalagi kalau anak tersebut tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena faktor ekonomi. Kita perlu adanya survei tentang hal tersebut. Dalam hal ini semua elemen harus bersama mencari jalan keluar yang tepat dan menentukan langkah yang terbaik yang akan membuat pendidikan di Indonesia ini jauh lebih baik lagi.

Pemerintah bersama pihak perguruan tinggi seharusnya melihat benar-benar kondisi dari calon mahasiswa tersebut dalam menentukan uang kuliah tunggal (UKT), apakah mereka mampu membayar uang tersebut dan memperkirakan untuk tahun kedepannya, akankah mereka bisa membayar dan tidak akan putus kuliah. Pihak kampus juga harus mempertimbangkan segala hal, bukan hanya pekerjaan dan pendapatan orang tua tetapi harus mempertimbangkan digunakan untuk apa saja pendapatan mereka. Apakah mereka akan meminjam ke pihak lain jika pihak kampus menetapkan biaya kuliah tersebut.

Kemudian yang juga menjadi pertanyaan, mengapa anak seorang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di perguruan tinggi rata-rata mendapatkan biaya kuliah yang tinggi walaupun mempunyai banyak kegunaan diluar biaya kuliah anaknya, seperti keperluan anaknya yang lain, hutang, serta keperluan lainnya. Apakah PNS itu identik orang kaya yang mempunyai banyak uang sehingga sangat mampu untuk membayar biaya kuliah yang di keluarkan pihak kampus. Kemudian juga pada saat banding untuk menurunkan biaya UKT, lagi-lagi orang tua mahasiswa yang berprofesi PNS tidak bisa ikut. Saya sendiri bukan berasal dari keluarga yang berprofesi PNS tetapi saya melihat di artikel dan di media sosial kalau anak PNS biaya UKTnya akan dipastikan besar. Sehingga anak yang notabennya dari keluarga berprofesi PNS walau memiliki banyak hutang akan mikir berapa kali untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Apakah benar asumsi tentang biaya pendidikan di Indonesia itu mahal? Dan apakah asumsi mengenai penentuan biaya UKT hanya sebatas pekerjaan dan pendapatan kotor orang tua itu benar?

Referensi :

Erwin .Dariyanto. 2021 Setiap Tahun 3,7 Juta Pelajar Lulus SMA, Hanya 1,8 Juta yang Bisa Kuliah diakses pada https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5623865/setiap-tahun-37-juta-pelajar-lulus-sma-hanya-18-juta-yang-bisa-kuliah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image