Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yulisa Putri Nabila

Generasi Z Disebut Memiliki Mental Rapuh karena Sering Stress, Benarkah?

Edukasi | Friday, 12 May 2023, 13:22 WIB

Gen-Z adalah singkatan dari generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Generasi Z tumbuh seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ekonomi. Adanya pertumbuhan teknologi yang pesat secara tidak langsung ikut mempengaruhi perubahan sosial pada masyarakat. Teknologi membuat internet dan sosial media tercipta, sehingga sedikit banyak mempengaruhi generasi Z dalam berinteraksi. Luasnya akses terhadap internet dan sosial media membuat generasi Z mampu menggali informasi lebih baik dan spesifik.

Faktor utama seperti adanya sosial media dan wadah yang menunjang generasi Z dalam menjangkau informasi membuat generasi Z memiliki wawasan yang lebih dalam dan luas. Banyak hal yang dapat dilihat di internet, apa yang seseorang lihat di internet dapat mereka pelajari dan terapkan. Saat ini banyak media yang mengangkat kesehatan mental dan hal tersebut yang menjadikan generasi Z lebih peka dan terbuka terhadap kesehatan mental. Ditambah tekanan yang dirasakan di lingkungan dan dukungan yang lebih supportif membuat generasi Z lebih terbuka dan waspada terhadap kesehatan mental.

Generasi Z cenderung lebih sensitif dan ekspresif dalam menerima respon yang ada di sekitar mereka. Itu mengapa generasi Z sering menunjukkan emosi mereka. Generasi Z akan mudah cemas hanya dengan memikirkan masa depan, mudah depresi karena sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya, dan sering stress dengan beban pekerjaan atau tugas. Kemudian akan mengatakan membutuhkan healing setiap ada hal yang membuat mereka lelah. Alasan sering melakukan healing cukup simple, yaitu hanya karena mereka merasa lelah pada suatu kondisi atau situasi tertentu dan membutuhkan istirahat sejenak untuk menjernihkan pikiran. Healing juga biasa dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap hal yang menurut mereka telah lewati dengan baik. Menurut generasi Z, proses healing merupakan sebuah langkah yang baik untuk mengisi energi mereka kembali yang hilang dan menjadi salah satu cara untuk memulihkan stress yang mereka hadapi.

Generasi Z bukan generasi yang rapuh hanya karena mereka sering mengaku lelah secara mental dan membutuhkan healing. Lebih peduli pada kesehatan mental tidak dapat menunjukkan seseorang memiliki mental yang rapuh. Persepsi tentang generasi Z merupakan generasi yang rapuh karena generasi Z terbiasa dengan kehidupan yang instan dan segala kebutuhannya dimudahkan oleh berbagai macam teknologi termutakhir akan tetapi, generasi Z masih sering mengeluh tentang sulitnya kehidupan. Namun, itu hanya pola pikir seseorang yang tidak lahir di generasi Z dan hanya melihat generasi lain sebelah mata. Nyatanya, tiap generasi memiliki masa sulitnya masing-masing yang tidak bisa disamaratakan.

Generasi Z tumbuh di era majunya internet dan sosial media sehingga memiliki sikap lebih waspada, positif, dan terbuka akan pengetahuan terhadap kesehatan mental yang lebih kompleks. Sehingga kapanpun mereka membutuhkan bantuan saat mengalami ‘lelah’ mental, mereka akan segera mencari cara seperti healing, mencari bantuan professional untuk mencegah hal lebih parah terjadi. Generasi Z sangat memperhatikan kesehatan mental dan mereka melakukan itu semua sebenarnya untuk memperkuat mental di tengah tekanan yang mereka rasakan.

Penting untuk tidak menyimpulkan sesuatu dengan sempit terhadap apa yang terjadi dengan generasi Z. Setiap generasi memiliki cara adaptasi masing-masing yang juga disesuaikan dengan di era mana mereka hidup. Setiap individu juga memiliki cara bertahan mereka sendiri. Akan lebih baik apabila saling memberikan dukungan hangat terhadap satu sama lain dan tidak memberikan reaksi negatif antar generasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image