Anak Tangga Meraih Kesempurnaan
Gaya Hidup | 2023-05-11 14:02:18Anak Tangga Meraih Kesempurnaan
Melakukan pekerjaan itu dituntut untuk sempurna; paling tidak dekat dengan sempurna. Sempurna dengan memenuhi syarat dan ketentuannya. Pekerjaan tersebut, baik berkaitan dengan masalah dunia; terlebih masalah akhirat- ibadah.
Melakukan sesuatu dengan sempurna sudah di anjurkan oleh Nabi Muhammad
Beliau mengatakan "Sesungguhnya Allah mencintai seorang diantara kalian yang apabila melakukan sesuatu dengan itqon ( sempurna/ profesional)." (HR. Baihaqi)
Nabi menaruh perhatian yang amat terhadap sempurnanya suatu pekerjaan. Ini mengindikasikan bahwa dalam berislam seseorang -seharusnya - mengerjakan segala sesuatu dengan profesional. Beliau mengaitkan pekerjaan yang sempurna sebagai wasilah mendapatkan kasih sayang.
Berkaitan dengan ibadah pun, kesempurnaan pelaksanaan menjadi prioritas. Untuk keutuhan suatu amalan perlu adanya muhasabah / perhitungan. Baik di awal maupun setelahnya. Hal ini tercermin dalam hadis sahih yang diriwayat oleh Muslim
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam.
Maknanya adalah jika dalam berkata dimana perkataan yang akan disampaikan itu tidak baik maka lebih baik diam. Demikian juga sebaliknya, jika perkataan itu baik, maka sampaikanlah.
Urusan dalam berkata - kata, sebelum untaian kalimat itu keluar dalam bentuk ucapan, harus ada proses filtrasi. Ada penyaringan kelayakan kalimat untuk dikeluarkan. Jika memang tidak layak dan cenderung merusak, menahan diri dan tidak berkata-kata itu lebih baik.
Jika pertimbangan sebelum berucap condong untuk bertutur kata, maka pilihlah kalimat yang tidak menyakiti dan nanti tidak berujung pada penyesalan di kemudian hari. Nabi pernah mengingatkan suatu Kata,” Jangan mengucapkan sesuatu yang kemudian hari kamu akan menyesal . ( AL Hadits).
Kalimat yang terucap tidak bisa ditarik Kembali. Ia ibarat asap, sekali mengepul maka ia akan mengangkasa, membumbung tinggi. Tidak mungkin menarik asap yang sudah keluar dari api pembakaran. Begitu juga dalam bertutur kata. Yang diucapkan tidak bisa ditarik Kembali.
Sejalan dengan ini Imam Nawawi mengatakan, jika seseorang hendak berbicara dan pembicaraannya adalah sesuatu yang baik, benar,berpahala baik wajib maupun Sunnah, maka silahkan berbicara. Tetapi jika belum jelas baginya bahwa pembicaraan itu baik dan berpahala, maka hendaknya dia, baik itu pembicaraan yang haram, makruh atau pun mubah.
Imam Syafi'i mengatakan ," Jika seseorang ingin berbicara hendaknya ia merenungkannya. Bila jelas tidak ada mudharatnya, berbicaralah ia. Sebaliknya bila jelas ada mudharatnya atau masih diragukan, hendaknya ia diam.”
Dari sini nampak contoh dalam satu perkara " berbicara". Sebelum terungkap menjadi kata - kata, diperhitungkan dulu manfaat tidaknya, juga baik buruknya. Jika yang dikatakan baik dan bermanfaat, maka hendaknya disampaikan, jika tidak maka menahan lebih baik.
Ini dalam satu urusan, padahal manusia prusannya tidak terbatas. Dia memiliki pekerjaan, baik yang bersifat privat atau berkaitan dengan public. Privat ini berurusan tentang dirinya dengan sang pencipta. BAgaimana dia harus menghadirkan cara yang sempurna dalam berinteraksi kepada Sang Pencipta.
Perkara yang berkaitan public, di sana ada banyak urusan, yang masing-masing urusan harus ditunaikan dengan cara yang benar, baik dan utuh. Agar mampu menghasilkan produk yang baik; perlu ada pematangan sebelum dikonsumsi publik.
Singkatnya, perkara yang hendak dilakukan butuh disiapkan, dicek sebelum menjadi sebuah produk perkataan atau tindakan. Sehingga yang terjadi adalah kebaikan, yang dirasakan bagi dirinya, kemudian melebar kepada pihak lain yang di dekatnya.
Penting juga, setelah selesai berbuat ( baca beramal) ada juga perhitungan. Perhitungan tentang kesempurnaan yang telah dilakukan. Masihkah ada kekurangan, baik kekurangan dari sisi niatnya, caranya ataupun hasilnya. Semuanya dievaluasi. Hasilnya untuk menjadi pijakan bertindak yang lebih baik di kemudian hari.
Intinya, Sebelum Tindakan itu wujud, hendaknya melalui filter perhitungan dulu. Jangan sampai yang dikerjakan itu berakhir kepada sesuatu yang membahayakan. Demikian juga pasca bertindak, pastikan adanya evaluasi. Hingga di kemudian hari bisa berbuat lebih baik dari yang sudah dilakukan. Karenanya, mari bermuhasabah sebelum melakukan pekerjaan dan juga setelahnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.