Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

Syaikh Ahmad Yasin: Pendidik Sejati

Eduaksi | Wednesday, 10 May 2023, 23:15 WIB

Oleh: Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

(Penulis, Praktisi, dan Konsultan Pendidikan Profesional)

Ia pemuda biasa. Hanya, ia memiliki mimpi luar biasa. Ia bertekad bebaskan bangsanya dari penjajahan Zionis Israel durjana. Apapun dan berapapun harga yang harus dibayarnya. Bahkan, meski harus ditebus dengan jiwa dan raganya. Jalan tersebut mantap ditempuhinya.

Sebuah musibah menguji nyala mimpinya. Usai lomba headstand (berdiri dengan posisi kepala di bawah) bersama para pemuda lainnya. Tetiba, ia limbung dan roboh. Ia berusaha bangkit, namun kedua kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya. Ia divonis lumpuh. Usianya baru menginjak 16 tahun ketika itu.

Apakah mimpinya padam? Tidak sama sekali. Ia memang tak mampu memikul senjata dan menghunus bayonet. Ia tak kuasa lontarkan granat dan roket. Ia hanya duduk di atas kursi roda. Ia menjadi guru Agama Islam. Dia didik pemuda-pemuda bangsanya. Anehnya, setiap kali ia mengajar, murid-muridnya seperti “kerasukan”. Semangatnya menyala-nyala dan meletup-letup.

Tiada teriakan dan hardikkan di kelasnya. Karena, memang suaranya tak selantang singa. Namun, kata-kata dan petuahnya seperti mengandung “sihir” yang mampu menggerakkan murid-muridnya untuk melakukan apa yang diajarkannya. Murid-muridnya menjelma bak kuda perang disiang hari dan para rahib dimalam hari.

Ketika bab qiyamul lail, murid-muridnya begitu hobi bangun pada sepertiga malam meski saat musim dingin menusuk tulang. Ketika bab tadarus Al-Qur'an, murid-muridnya menjelma menjadi Hamalatul Qur'an. Ketika bab puasa sunah, murid-muridnya menjadi shaimin meski saat musim panas membakar.

Maka, ketika tiba masanya, lelaki ini serukan jihad dan intifadhah, segenap pemuda bangsanya menyambut seruannya tanpa ragu. Dari atas kursi roda, lelaki ini mampu menggelorakan semangat jihad dan intifadhah bangsanya. Tak heran ia menjadi lelaki paling ditakuti oleh Zionis Israel. Hingga, Zionis Israel harus sampai merudalnya untuk menghentikan sepak terjang lelaki lumpuh ini.

Ajaib! Kita bertanya-tanya, apakah yang istimewa dari lelaki ini? Bukankah ia guru biasa sama dengan guru lainnya? Tidak sama sekali. Ia bukan guru biasa. Melainkan, guru sejati yang dalam jiwanya menyala-nyala nilai keikhlasan dan spirit pengabdian hanya kepada Allah.

Dalam pikiran dan jiwanya hanya satu yang terpatri, ridha Allah semata. Tiada harta atau kepentingan dunia. Maka, lelaki ini memantaskan diri di hadapan Allah sebagai seorang guru. Adabnya sebagai guru, ibadahnya, ilmunya. Ia amalkan terlebih dahulu sebelum ia ajarkan kepada murid-muridnya. Ia tampakkan teladan dalam dirinya bagi murid-muridnya.

Rupanya, inilah rahasia kekuatan jiwanya. Kekuatan jiwa yang sanggup membakar nyala tekad dan mimpi para pemuda bangsanya. Kekuatan jiwa yang menjadikan lisannya mampu menembus relung hati terdalam muridnya. Perkenalkan lelaki yang sedari awal menjadi perbincangan kita adalah Ahmad Yasin.

Adakah guru-guru di sekolah-sekolah kita seperti Syaikh Ahmad Yasin? Agar lahir generasi rahilah yang siap mewakafkan dirinya untuk perjuangan mewujudkan kejayaan Islam dan kemaslahatan umat. Karena, gurulah sang arsitek peradaban.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image