Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aurellia Salim

Penyakit African Swine Fever pada Hewan Babi

Edukasi | 2023-05-10 18:42:14

African Swine Fever (ASF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh African Swine Fever Virus (ASFV) yang menyerang babi, babi hutan, dan manusia. Kondisi ini menyebabkan produksi daging babi menurun secara signifikan. Itu juga menyebabkan kematian yang tinggi pada hewan babi. ASF terus menyebar ke seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara dan China, menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua dan pemerintah.

African Swine Fever (ASF) adalah kondisi virus yang menyerang anak babi yang baru lahir dan dibawa oleh ASFV, yang dapat menyebabkan kematian babi yang parah dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi industri peternakan babi. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Afrika pada minggu pertama tahun 20. Kemudian menyebar ke beberapa negara di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.

Bagaimana sih cara penyebarannya?

Penyebaran penyakit ASF dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, termasuk pertukaran cairan tubuh jangka panjang antara bayi yang sakit dan sehat, kontak dengan produk yang terkontaminasi seperti pakan babi atau kendaraan yang digunakan untuk menyusui bayi, dan konsumsi serangga menular seperti yang terinfeksi. nyamuk atau lalat. Penyebaran ASF juga dapat terjadi akibat manusia memindahkan benda yang terinfeksi, seperti benda terkontaminasi atau benda terkontaminasi, dari satu lokasi ke lokasi lain. Selain itu, virus ASF dapat menyebar melalui lingkungan yang terkontaminasi termasuk pakan, udara, dan perangkat peternakan. Oleh karena itu, upaya mengakhiri penyebaran ASF harus dilakukan dengan hati-hati.

Apa aja sih gejala yang timbul?

Gejala yang muncul pada hewan yang terinfeksi virus ASF bisa bermacam-macam, antara lain demam, kurang asupan makanan, lesu, muntah-muntah, dan diare yang parah. Beberapa hewan juga mengalami perdarahan pada organ dalam dan kulitnya. Demam tinggi, susah makan, dehidrasi, muntah-muntah, diare, dan kelumpuhan adalah beberapa gejala ASF pada hewan babi. Beberapa babi yang terinfeksi dapat mengalami kematian dalam beberapa hari setelah timbulnya gejala pertama. Sebaliknya, pada individu yang terinfeksi, mereka yang telah sembuh dari infeksi, masih mampu menyebarkan virus ke individu yang tidak terinfeksi dan menjadi sumber penyakit ASF yang bertahan lebih lama.

Bagaimana sih cara penanganan dan pencegahannya?

Tidak ada vaksin atau pengobatan khusus untuk ASF, sehingga penanganan dan pencegahan penyakit ini melibatkan strategi kesehatan hewan yang ketat.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh peternak babi untuk mencegah penyebaran ASF antara hewan yang sehat dan yang terinfeksi meliputi:

 

  1. Karantina dan isolasi: Hewan babi yang baru masuk ke peternakan harus ditempatkan dalam karantina selama beberapa minggu untuk memastikan bahwa mereka bebas dari penyakit ASF. Selain itu, hewan yang terinfeksi harus diisolasi dari hewan yang sehat untuk mencegah penyebaran penyakit.
  2. Pengendalian populasi serangga dan tikus: Serangga dan tikus dapat menjadi vektor penyakit ASF, sehingga perlu dilakukan pengendalian populasi serangga dan tikus di sekitar peternakan.
  3. Sanitasi: Kebersihan dan sanitasi lingkungan peternakan sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ASF. Area peternakan harus dijaga kebersihannya dan rutin disterilkan agar tidak terjadi penyebaran virus ASF.
  4. Pembatasan akses: Akses orang yang tidak berkepentingan ke area peternakan harus dibatasi untuk mencegah penyebaran virus ASF. Orang-orang yang memasuki area peternakan harus mengikuti prosedur keamanan yang ketat dan memakai pakaian pelindung yang sesuai.
  5. Pengawasan kesehatan: Hewan babi harus diawasi kesehatannya secara teratur oleh petugas kesehatan hewan dan peternakan. Hewan yang sakit harus segera diisolasi dan dirawat, dan hewan yang mati harus dibuang dengan benar untuk mencegah penyebaran virus ASF.

Pencegahan yang efektif sangat penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit ASF pada hewan babi. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara peternak, petugas kesehatan hewan, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mengimplementasikan strategi pencegahan yang tepat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image