Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Setiawan

Drh Noura Ahraeny : Waspadai Penyakit Kecacingan pada Ternak

Eduaksi | Monday, 08 May 2023, 21:05 WIB

Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan pengembangan suatu peternakan adalah penyakit hewan. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan kerugian secara ekonomi karena dapat menurunkan produktivitas ternak, namun juga dapat mengakibatkan kematian.

Dampak negatif lain yang dapat muncul yakni menurunnya minat masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan. Salah satu penyakit yang banyak menyerang ternak adalah kecacingan.

Oleh karena itu UPT Puskeswan Kabupaten Pandeglang terus berupaya mengendalikan kasus kecacingan melalui berbagai media komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat

Tahukah kamu bahwa ternak dapat terinpeksi cacing? Bagaimana upaya menurunkan penyakit kecacingan ini, yuk simak penuturan drh. Noura Ahraeny agar masyarakat peternak mewaspadai penyakit tersebut.

Penanggungjawab Puskeswan Pembantu Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, Noura Ahraeny menuturkan, penyakit kecacingan atau helminthiasis adalah salah satu jenis penyakit ternak yang disebabkan oleh cacing, yaitu jenis cacing gilik atau nematoda, cacing pita atau cestoda dan cacing daun atau trematoda.

“Ternak yang terinfeksi meliputi Domba, Kambing, Sapi, Kerbau maupun Babi,” tutur Noura Ahraeny, di Kantor Puskeswan Pandeglang, Jumat (05/05/2023)

Dokter hewan ini menjelaskan, gejala umum yang muncul pada ternak yang terinfeksi kecacingan adalah nafsu makan menurun, rambut kusam dan berdiri, diare, pertumbuhan terganggu, abortus, dan gangguan reproduksi, kaheksia atau kurus, anemia ataupun khas udema di rongga perut ataupun di dagu.

“Investasi kecacingan yang tinggi di dalam tubuh hewan dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan diare ataupun konstipasi,” jelasnya.

Noura menambahkan, pada infeksi cacing daun dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan apabila infeksinya bersifat akut dapat menyebabkan kematian pada ternak.

Menurutnya, beberapa jenis cacing dapat membentuk kista ataupun selubung pertahanan diri dan akan menetap dalam karkas ataupun otot dari hewan tersebut.

Dia menegaskan, hewan ternak dengan gejala kecacingan selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel feses. Adapun tindakan penanganannya juga harus diputuskan oleh dokter hewan. Sementara itu, penanganannya yaitu diberikan obat cacing.

“Pengobatan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat cacing atau antiemetik sesuai dengan dosis yang diperlukan sesuai dengan bobot badan. kemudian dapat dilakukan juga pemberian pakan yang tinggi nutrisi dan juga vitamin,” ungkapnya.

Adapun upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengembalaan menggunakan sistem rotasi atau berpindah-pindah untuk menghindari tempat yang tercemar telur cacing, menjaga kebersihan kandang, pemberantasan vektor larva cacing yaitu siput yang banyak di lingkungan. kemudian pengobatan dengan cara periodik dan teratur minimal 3 bulan sekali.

“Yuk beri obat cacing pada ternak mu! Ternak sehat peternak sejahtera,” tandasnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image