Semangat Mencapai Mimpi dalam Novel Negeri 5 Menara
Sastra | 2023-05-05 17:03:56REVIEW NOVEL NEGERI 5 MENARA
KARYA : AHMAD FUADI
Novel yang berjudul Negeri 5 Menara karya Ahmad Fauzi adalah novel yang mengambil dari kisah nyata. Novel negeri 5 menara, termasuk novel yang popular. Bahkan novel ini diadaptasi menjadi sebuah film di Indonesia.
Novel ini diawali oleh Alif yang telah lulus sekolah MTs, dan berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Bukit tinggi, tapi keinginan itu langsung dipatahkan oleh ibunya sendiri. karena sang ibu ingin Alif melanjutkan sekolahnya di sekolah agama.Ibunya ingin Alif menjadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas, seperti Buya Hamka.
Dengan setengah hati alif pun menuruti keinginan ibunya, untuk meneruskan sekolah di Pondok Madani. Perjalanan dari Sumatera Barat menuju Jawa Timur menghabiskan waktu sekitar 3 hari di dalam bus. Perjuangan alif untuk sampai di Pondok Madani tidak sampai disitu, setelah sampai di terminal ia harus melanjutkan perjalanannya lagi. Disinilah, lembar petualangan hidup alif dibuka.
Hari pertama, ia sampai di Pondok Madani hal yang dilakukan oleh alif dan teman-temannya yaitu keliling melihat berbagai sudut pondok madani yang seluas lima belas hektar. Hari kedua, Alif belajar untuk tes masuk pondok madani. Hari ketiga, Alif melaksanakan tes masuk pondok madani, dan hasilnya Alif diterima di pondok madani.
“MAN JADDA WAJADDA” kata asing yang menjadi mantra ajaib, kata mutiara sederhana tetapi kuat. Dengan wajah yang berseri-seri Ustadz Salman terus menerus berteriak mantra Ajaib tersebut. Makna kata bahasa Arab ini bermakna “ Barang siapa bersungguh-sungguh ia akan berhasil”.
Baru dua hari alif resmi menjadi santri pondok madani, ia sudah menerima hukuman, karena ia terlambat datang ke masjid dan masih mengangkat lemari bersama teman-temannya. Hukuman yang diberikan kepada alif dan teman-temannya yaitu, mengambil posisi berbaris shaff dan menjewer teman di sebelahnya. Dengan hukuman jewer-menjewer itu ternyata membuat Alif Fikri, Said Jufri, Dulmajid, Raja Lubis, Baso Solahuddin, dan Atang Yunus, menjadi berteman sangat dekat, dan dikenal dengan sebutan Sahibul Menara.
Sahibul menara ini memiliki permainan favorit, yaitu tebak-tebakan bentuk awan yang sedang menggantung di langit. Alif yang melihat awan seperti “Benua Amerika”, Raja melihat awan seperti bentuk “Benua Eropa”, Atang yang melihat awan seperti gambar “Timur Tengah dan Afrika”, Said dan Dulmajid melihat seperti “Indonesia”. Awan yang mereka lihat itu bukan hanya hayalan saja, tetapi mimpi di masa dapan.
Setelah 4 tahun lamanya Alif dan sahibul menara menuntut ilmu di pondok madani, akhirnya sampai juga di waktu pengumuman kelulusan. “Pengumuman kelulusan kita sudah ada, bisa dilihat di aula” teriak Said setelah shubuh. Dengan rasa tidak sabar alif dan teman-temannya berlari ke aula. Mata Alif mengikuti arah jari yang mencari Namanya di papan pengumuman. Dan iya, itu dia. Namanya, Alif Fikri dan di sebelahnya tertulis LULUS.
Malam harinya diadakan acara yudisium dan khutbah perpisahan. Di mulai dengan beberapa sambutan pendek, dan doa syukur, lalu khutbah terakhir dari kiai Rais, dan Berjabat tangan kepada para guru dan santri pondok madani. Sebagai pemungkas semuanya, terakhir adalah giliran kelas akhir saling berpelukan dan berjabat tangan sambal memberi selamat satu sama lain.
Para sahibul menara pun berangkulan bersama. Hidup 4 tahun di pondok madani yang penih suka duka, yang mengeratkan sahibul menata dalam sebuah pengalaman dan persaudaraan yang tak akan hilang oleh waktu. Said mengembangkan tangannya paling besar dan memeluk sahibul menara dengan kencang. Atang yang menahan isak tangisannya, dan Alif yang tak lama kemudian ikut menahan tangisannya. Keesokan harinya mereka pulang ke kampung halamannya dan melanjutkan mimpi-mimpi yang mereka pernah katakan.
Akhirnya setelah 11 tahun lamanya, Alif bertemu dengan Atang dan Raja di jantung kota London. Mereka sudah tidak berenam, karena mereka sudah menikah. Atang mendapat kabar kalua Said meneruskan bisnis batik keluarga Jufri di Ampel. Sesuai dengan cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmaji bekerja sama mendirikan sebuah pondok dengan semangat pondok madani di Surabaya. Atang juga mengetahui kabar baso, Allah memperjalankan Baso dengan brilian ini kuliah di Makkah. Dengan modal hapal luar kepala segenap isi Al-Quran, dia mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Arab Saudi. Sedangkan Atang sendiri sudah 8 tahun menuntut ilmu di Kairo dan menjadi mahasiswa program doctoral untuk ilmu hadits di Universitas Al-Azhar. Sementara Raja sudah 1 tahun tinggal di London, setelah menyelesaikan kuliah hukum islam di Madinah.
Kelebihan, kekurangan, dan pelajaran novel negeri 5 menara
Kelebihan dari novel negeri 5 menara yaitu, penulis berhasil menggambarkan tokoh-tokoh di dalam novel dengan baik, membuat para pembaca bisa mudah memahami cerita yang dibuat. Setelah itu, alur yang digunakan juga menarik perhatian pembaca.
kekuranganya, ada beberapa bacaan yang menggunakan bahasa luar daerah dan itu membuat sulit pembaca, karena tidak mengerti arti dari bacaan tersebut.
Pelajaran yang dapat di ambil dari novel negeri 5 menara ini adalah menambah pengetahuan para pembaca, karena di dalam novelnya terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil, dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Novel ini juga memberikan banyak kalimat motivasi, yang bisa membuat semangat para pembacanya. Kelebihan selanjutnya, novel ini dapat menginspirasi anak remaja pada zaman sekarang, agar lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk mencapai sebuah mimpi, sseperti mantra ajaib sahibul menara “MAN JADDA WAJADDA” yang memiliki arti “Barang siapa bersungguh-sungguh ia pasti berhasil”. Novel ini juga mengingatkan kita agar selalu patuh kepada kedua orang tua, dan selalu berdoa kepada Allah Swt, karena ridho Allah tergantung ridhonya orang tua, dan murkanya Allah tergantung murkanya orang tua.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.