Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Devita Dwi Lestari

Perlawanan Pribumi Terhadap Kolonial dalam Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer

Sejarah | 2023-05-05 16:20:28
Foto Denah

Novel Rumah Kaca Ditulis oleh pengarang ternama, hal ini rupanya tidak membuat novel ini mudah diterima masyarakat, karena peredaran Rumah Kaca di Indonesia dilarang pada masa pemerintahan Orde Baru, karena dianggap menyebarkan ajaran "Marxis-Leninis". Rumah Kaca dilarang pada tahun 1988, hanya beberapa bulan setelah dirilis. Banyak pihak menemukan bahwa novel ini sebenarnya adalah novel yang sangat berkualitas, dengan respon yang beragam. Novel Rumah Kaca tersebut adalah karya Pramoedya Ananta Toer merupakan buku keempat sekaligus buku terakhir dari teotralogi Buru.

Di Novel terakhir ini nampaknya berbeda dengan tiga buku sebelumnya. Novel tersebut berlatarkan masa penjajahan Belanda dan perintis bangsa Indonesia pada awal abad ke-20, tokoh utama buku tersebut adalah Jacques Pangemanann, seorang perwira polisi kolonial Belanda yang bertugas mengawasi Minke. Novel ini menunjukkan bagaimana dengan pemerintah kolonial Belanda mencoba mempengaruhi kegiatan Minke, yang merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional, melalui spionase dan pengarsipan yang tepat dan sistematis. Pramoedya menyebut kebijakan arsip sebagai operasi rumah kaca. Buku ini lebih tekankan tujuan kebingungan yang dialami Pangemann sendiri. Rumah kaca menggambarkan dirinya sendiri semua upaya penjajah untuk menentang semua aktivitas manusia. Pindah ke fungsi arsip yang tepat. Dalam novel ini akhir dari perjalanan Kehidupan Minke terungkap.

Novel tersebut memperjelas bahwa penolakan ini memengaruhi semua orang memahami bahwa kepemimpinan kolonial ini ternyata berdampak besar pada kehidupan masyarakat pribumi, Kesewenang-wenangan pejabat kolonial sangat merugikan pribumi karena Mereka dijajah dan diusir dari tanahnya sendiri. Banyak yang telah diberikan dalam gerakan perlawanan Ancaman yang sangat melumpuhkan upaya masyarakat adat untuk memperjuangkan haknya.

sudut pandang protagonis berubah dari mengikuti karakter Minke menjadi Jacques Pangemananni, seorang polisi kolonial Belanda yang bertugas mengawasi Minke. Minke adalah salah satu pejuang gerakan nasional, yang menciptakan sistem file system secara diam-diam atau melalui operasi intelijen. Ini seperti Minke di "rumah kaca" di mana orang bisa melihat gerak-geriknya dari luar.

Jacques Pangemanann sendiri adalah seorang polisi yang berteman dengan Minke, yang bertugas mengawasi gerak-gerik Minke. Buku ini merinci bagaimana Minke diawasi oleh polisi Hindia Belanda yang ditugaskan ke Jacques. Seperti seri tetralogi Pulau Buru sebelumnya, novel ini juga memuat cuplikan peristiwa sejarah pada masa itu, yakni kasus pembunuhan pelacur kelas atas bernama Fientje de Fenicks atau Rientje de Roo.

Setelah mengikuti Minke, Minke ditangkap dan dideportasi ke sebuah pulau terpencil di Maluku Utara. Meski Jacques harus menyelesaikan misinya untuk menangkap Minke. Dia menyadari bahwa musuh sebenarnya bukanlah Minke dan para pengikutnya, melainkan dinamika sosial yang muncul saat itu.

Di dalam novel Rumah Kaca terdapat 2 bentuk perlawanan pribumi terhadap klonial, yaitu;

1.1 Perlawanan Langsung

Di awal cerita, cerita diawali dengan penjelasan tentang Serangan itu diorganisir oleh istri pribumi. Penembakan massal oleh Robert Suurhof.Jacques Pangemanann, yang pada saat itu adalah inspektur polisi setempat yang menangani kasus tersebut Kisah yang tercantum di bawah ini terdapat beberapa penjelasan yang di dalam novel tersebut ialah sebagai berikut. seseorang yang tidak lain adalah orang yang dikaguminya, Raden Mas Minke.Suurhof masa depan membantunya dalam tugas ini Jacques Pangemannann mengatur kecelakaan untuk Minke, Sebab, menurutnya, saat Minke pergi, organisasinya pun hilang Menurut Jacques Pangemannann Minke harus segera disingkirkan. Selain itu, Robert Suurhof harus melakukannya sangat kesal sehingga dia menulis surat kaleng kepada sang putri yang menyatakan bahwa Minke Bahkan lebih buruk saat ini tidak berhasil Tapi dia selalu berusaha menyingkirkan Minke.berhasil menyingkirkan Raden Mas Minke hingga akhirnya Minke diusir Minke adalah pemimpin redaksi surat kabar tersebut.yang membuat khawatir pemerintah Belanda dan memaksa mereka memilih jalan umtuk mengasingkannya. Suatu hari, perintah dikeluarkan untuk menangkap ketiganya Pendiri Partai Indische, Ward, Douwager dan Tjipto. Pangeran memiliki misi pengawasan penahanan. Alasan penangkapan tersebut ternyata terkait dengan hal tersebut dengan aktivitas jurnalistik, bukan karena politisi. Minke akhirnya mendapatkan kebebasannya kembali. Tetapi pada akhir Minke meninggal dunia karena sakit. Kematian Minke akhirnya menyandarkan pengemanan betapa hinanya dia sebagai manusia.

1.2 Perlawanan Tidak Langsung

perlawanan tidak langsung ditawarkan oleh salah satu tokoh asli novel tersebut, Minke. Bagaimana kita tahu bahwa penduduk asli dapat duduk dan berdiri di samping orang kulit putih? Di sini Minke disebut-sebut lagi keras kepala dan licik, hanya kekeraskepalaan saja yang bisa membangkitkan rasa bangga di benaknya, kepintaran, tanpa keras kepala, hanya menggerogoti kepribadiannya. Perjalanan Minke adalah perjalanan India. Apa yang dia lakukan sebagai wakil dari pembangunan manusia negara. Kelahirannya menandai babak baru dalam politik India untuk bangsa.

Dampak yang terjadi perlawanan dalam Tokoh utama adalah ketika pengasingan Minke berhasil dilakukan, namun di beberapa tempat gubernur memberi perintah. Hendrik Frischboten, seorang ahli hukum dari Medan, harus meninggalkan India. Mengurus masalah Minke, Pangemanann juga memantau Syarikat Islam, Boedi Moelyo, dan setelah pendeportasian Minke, Mas Tjokro yang tinggal di pusat SI menjadi pimpinan SI yang juga dipindahkan dari Sala ke Surabaya. SI, dia merencanakan kerusuhan anti-Cina dengan menggunakan bahan peledak Cor Oosterhof. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi perkembangan SI di wilayah Sala. menerbitkan surat kabar Peroetoesan dalam bahasa Melayu. Selain itu, banyak juga surat kabar yang bermunculan, seperti De Expres yang diterbitkan dalam bahasa Belanda oleh Indische Partij. Namun, hal itu tidak disampaikan secara terbuka. Partai Indische menentang orang Eropa asli dan memihak orang Indonesia.

Amanat yang terkandung dalam novel rumah kaca adalah Hidup tanpa prinsip, tidak punya komitmen atau pendirian yang tetap akan membuat jalan hidupmu tidak menentu, bagaikan perubahannya angin. Dan janganlah kamu menggunakan cara yang kotor dan mehalalkan segala cara demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan entah itu suatu kedudukan, jabatan, atau nama baik (pujian), lalu kamu mengorbankan hidup orang lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image