Rasa Aman Untuk Produktifitas Seorang Pendidik
Eduaksi | 2023-05-05 10:33:36Rasa Aman Untuk Produktifitas Seorang Pendidik
Mengerjakan sesuatu akan berjalan baik dan lancer Ketika si pelaku memiliki kenyamanan dan ketenangan. Dia bisa fokus di pekerjaan, tanpa terpecah dengan berfikir urusan lain. Maka hasilnya bisa maksimal. Taruhlah contoh, seorang pengemudi pesawat; dia berada pada suasana aman dari gangguan lain, pekerjaan hanya satu, yaitu menjalankan pesawat. Apa yang terjadi? Perjalanan pesawat aman. Sejauh ini, mayoritas kecelakaan terjadi bukan karena human error. Kecelakaan lebih karena mesin yang bermasalah atau factor alam.
Secara umum seseorang akan mampu bekerja dengan baik jika mendapatkan suasana yang nyaman. Nyaman dari sisi tempat kerja, lingkungan, sosial dan lainnya. Dalam kondisi ini produktifitas akan bergeliat.
Hal ini berlaku juga bagi seorang guru. Pekerjaan guru itu istimewa. Objek pekerjaannya adalah manusia. Jika hasil didikannya gagal maka dampaknya luar biasa. Paling tidak penurunan kualitas generasi setelahnya. Yang berarti pelanjut kehidupan berbangsa dan bernegara akan mengalami kemunduran. Ini menjadi perhatian serius.
Maka penting untuk menciptakan ruang aman bagi guru dalam bekerja. Sehingga dia bisa bekerja maksimal; mencurahkan kemampuan dalam mendidik murid-muridnya; berimprovisasi dalam pengajarannya; selalu update dengan perkembangan Pendidikan. Beberapa hal yang bisa diupayakan untuk mengantarkan guru mendapatkan rasa aman, diantaranya:
Aman Finansial
Keikhlasan adalah perkara yang tidak bisa ditinggalkan dalam pekerjaan pendidik. Secara pribadi, guru memang harus ikhlas. Ikhlas adalah urusan pribadi guru kepada Tuhannya. Yang perlu diperhatikan adalah tulusnya keiklasan ini harus diiringi perhatian finansial yang baik dari penanggung jawab dimana guru bernaung.
Ketika rasa aman ini muncul, maka guru tidak akan pecah konsentrasi. Dia mampu fokus dalam bekerja. Pikiran adalah bagaimana murid berhasil. Dia memiliki waktu yang lebih untuk memikirkan Pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya.
Setelah mendapatkan rasa aman secar finansial, tidak lupa guru dibekali cara hidup yang benar. Jangan sampai saat kebutuhan bisa dipenuhi; malah mencari sisi lain yang bersifat tidak layak. Perlu ada edukasi dalam hal ini.
Aman Psikologis
Bekerja di bawah tekanan bukanlah atmosfir yang nyaman untuk menjadikan seseorang bisa produktif. Rasa takut bersalah akan selalu menghantui; rasa tidak dihargai dll akan menjadi pikiran yang merasuk di dalam benak.
Atasan memang berhak meminta pertanggungjawaban. Namun perlu dipertimbangkan agar cara lebih menciptakan kenyamanan bagi guru. Pilihan komunikasi harus dicitakan agar ketiga menegur tidak dianggap menjatuhkan dan berpotensi menurunkan mental bagi si guru.
Termasuk penting bagi atasan untuk memiliki ketrampilan memuji. Dalam banykanya kekurangan bawahan, tetap saja masih ada prestasi yang layak puji. Nerikan pujian secara layak kepada siapapun, meskipun dia dalam beberapa sisi ada kekurangannya.
Bagi guru, juga tetap berusaha mencari ketenangan. Tidak mudah merasa tidak nyaman dari setiap pengawasan. Adanya masukan dari berbagai sisi bukan untuk menjatuhkan. Tetap senantiasa berpikir positif dari setiap keadaan.
Aman dalam Pembelajaran
Dalam mengajar, guru memiliki kreatifitas. Termasuk pula krearifias dalam menegur berbagai kelalaian murid dalam pembelajaran. Selama masih turukur dan manusiawi, maka kebebasan ini tidak perlu ada kekangan.
Keleluasaan ini juga perlu difahamkan kepada orang tua. Apa yang dilakukan guru adalah dalam rangka kebaikan anak. Sehingga orang tua tidak terlalu protes terhadap proses Pendidikan yang diterapkan guru. Terlebih, jangan sampai ada rasa tidak terima yang berujung pada laporan-laporan kepada pihak berwajib.
Rasa aman itulah yang dibutuhkan guru dalam memaksimalkan pekerjaan dalam proses Pendidikan. Apapun kondisi saat ini, rasa aman menjadi bagian penting yang diperhatikan dan dicita-citakan. Harapannya, Pendidikan akan berjaya dalam menelurkan generasi sesuai harapan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.