Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aini Divayanti Arrofah

Media Sosial, Anugerah ataukah Justru Sebuah Ironi

Edukasi | 2023-05-01 12:31:06
ilustrasi media sosial (sumber : https://pixabay.com/id/)

Tidak dapat dipungkiri, bahwa kemajuan teknologi serta informasi di era global saat ini kian berkembang pesat. Bagaimana tidak, hampir seluruh kegiatan dalam aspek kehidupan manusia kini dapat ditunjang melalui internet. Bahkan, dalam hal bersosialisasi kita tidak perlu lagi untuk bertemu secara langsung seperti dahulu karena yang kita butuhkan hanyalah koneksi jaringan serta sebuah platform digital atau yang biasa kita sebut sebagai media sosial.

Dapat dikatakan media sosial memang memberikan dampak yang signifikan terhadap pola hidup masyarakat saat ini. Apalagi di era pandemi, media sosial kala itu seperti jantung dalam kegiatan manusia sehari-harinya. Setiap jam, menit, bahkan detik kita selalu mengandalkan media sosial untuk berkomunikasi dan beraktivitas. Namun, apakah benar media sosial selalu memberikan benefit bagi kelangsungan hidup manusia ?.

Sebagai contoh, Instagram dan TikTok. Dua platform digital raksasa yang hingga sampai saat ini masih digunakan di kalangan masyarakat, khususnya para remaja. Dilansir dari Goodstats.id (Diakses pada 30/04/2023) jumlah pengguna aktif Instagram secara global pada Januari 2023 mencapai 2 miliar sedangkan untuk TikTok sebesar 1 miliar. Hal ini dikarenakan kedua platform tersebut menyediakan konten-konten interaktif yang waktu penayangannya dimaksimalisasi hanya sebesar 15 detik sampai 3 menit. Dari konten – konten berdurasi pendek inilah yang menyebabkan penggunanya merasa tidak bosan dan mereka semakin merasa bahwa dapat dengan mudah mendapatkan suatu informasi tanpa penjelasan yang bertele-tele.

Seiring berjalannya waktu, interaksi terhadap konten – konten berdurasi pendek tersebut mengakibatkan kemampuan kita untuk fokus terhadap suatu hal menjadi menurun. Problematika inilah yang menjadikan suatu manusia miskin atensi.

Pada dasarnya atensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memfokuskan perhatiannya terhadap stimulus yang ditangkap oleh panca indera (Bahrudin, 2014). Semakin lama kita fokus terhadap suatu hal, maka dibutuhkan kemampuan untuk terhindar dari suatu distraksi.

Kecenderangan mengonsumsi konten berdurasi pendek, tidak hanya berpengaruh terhadap kemampuan kognitif saja melainkan juga terhadap perilaku kita dalam kehidupan sehari – hari. Lama – kelamaan kita akan menjadi manusia yang ingin semua serba instan serta tidak memiliki kedalaman untuk berpikir. Contohnya, dalam hal membaca sebuah artikel. Kita cenderung hanya membaca headline saja tanpa merenungkan isi dari keseluruhan artikel tersebut sehingga mempengaruhi kita dalam menyimpulkan suatu hal.

Otak kita telah terbiasa merekam suatu hal secara fragmen di mana informasi yang kita tangkap hanyalah berupa potongan – potongan saja. Sehingga inilah yang membuat konsentrasi di otak kita menjadi terpecah akibat terpapar hal – hal yang singkat.

Padahal, atensi memiliki peranan yang sangat krusial terhadap memori, pemecahan masalah hingga produktivitas seseorang. Dengan atensi yang baik, kita menjadi lebih mudah untuk mengambil suatu keputusan secara logis tanpa tergesa – gesa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kembali fokus terhadap suatu hal, kita dapat memulainya dengan melakukan literasi ataupun kegiatan fisik seperti olahraga.

Memang benar, jika media sosial telah memberikan beragam kemudahan terlepas dari hambatan jarak yang ada. Namun, hal ini juga perlu diimbangi dengan bagaimana sikap kita dalam menghadapi dampak negatif yang diberikan di dalam kemudahan tersebut.

Aini Divayanti Arrofah, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image