Keutamaan Puasa Syawal
Agama | 2023-04-28 11:07:15Ramadhan baru sepekan meninggalkan kita. Suasana batin dan emosi masih melekat dalam jiwa. Spiritual ummat Islam meningkat tajam.
Kini Ramadhan "berpisah", mampukah kita meneruskan pengembaraan batin yang suci dan bersih? Syawal adalah bulan peningkatan. Tidak ada istilah kembali seperti dulu.
Puasa 6 hari bulan Syawal dasarnya ialah hadis dari Abu Ayub al-Anshari dan diriwayatkan oleh Jamaah kecuali al-Bukhari dan an-Nasai, bahwa Nabi saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ [رواه الجماعة]
Artinya: “Barangsiapa yang melakukan puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan melakukan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka seakan-akan dia berpuasa terus menerus.” [HR. Jama’ah dari Abu Ayub al-Anshari]
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zadul-Ma’ad menerangkan bahwa puasa Syawal 6 hari itu syah dari Nabi saw.
Dari Hadist di atas dapat disimpulkan:
1) Puasa 6 hari di bulan syawal merupakan amalan Nabi Muhammad Saw, maka kita ummatnya semestinya meneladaninya
2) Puasa syawal tidak harus berurutan, boleh saja berselang asal dilakukan masih dalam bulan Syawal
3) Puasa Syawal selain menegakkan sunnah Nabi, juga sebagai bentuk syukur kepada Allah subhaanahuu wata'ala
4) Puasa Syawal sebagai bentuk merawat ketaqwaan setelah Ramadhan
Semoga Allah memudahkan kita untuk menajalankannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.