Konsepsi Pendidikan Oleh 3 Filsuf Terkenal Athena Kuno Bagian 2: Plato
Sejarah | 2023-04-24 10:38:38Plato lahir dari keluarga Aristokrat (Syam, 2010:24). Keluarga Aristokrat merupakan keluarga yang kaya pada waktu itu. Plato mempunyai ayah keturunan raja Athena yang bernama Ariston. Plato kehilangan ayahnya ketika masih kanak-kanak (Smith, 1986:29). Ibu Plato bernama Perictione yang merupakan keturunan keluarga Solon, seorang pembuat undang-undang, penyair pemimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri dari demokrasi Athena yang terkemuka. Plato hidup pada masa kemunduran Yunani Kuno dimana ada perebutan kekuasaan atas Yunani antara polis Sparta dan polis Athena. Tujuan hidup awalnya Plato ingin menjadi seorang politikus, namun setelah melihat kematian yang kejam dari gurunya, ia berganti haluan menjadi pengajar sesuai pandangan-pandangan guru yang ia banggakan itu.
Plato merupakan murid dari Socrates (Abidin, 2011:101). Bagi Plato tujuan pendidikan adalah membentuk warga negara secara teoritis dan praktis dan setiap manusia mempunyai tugas untuk mengabdikan kepentingannya kepada kepentingan negaranya (Djumhur, 1974:28). Dapat diasumsikan bahwa konsep pendidikan dari Plato adalah nasionalisme disetiap warga negara. Plato menekankan pendidikannya untuk membuat warga negara yang taat dan bela negara. Hal itu didukung dengan karyanya yaitu “Politea” (Negara) dan “Nomoi” (Undang-undang). Dalam aplikasi masa sekarang banyak kita dapati pendidikan-pendidikan berbasis kenegaraan dan menubuhkan rasa cinta tanah air. Plato juga mengajarkan tentang tugas setiap manusia untuk berbuat kebajikan. Dalam hal ini Plato juga memberikan pengajaran-pengajaran yang mengacu pada moral manusia. Plato menganjurkan rasionalisasi dalam perkembangbiakan manusia (Djumhur, 1974:29). Pendidikan yang diajarkan Plato ini dapat dikatakan kompleks, mulai dari olahraga untuk pembentukan kerohanian, musik, matematik, dan dialektika meliputi logika dan metafisika yang merupakan dasar bagi ilmu hukum dan ketatanegaraan.
Plato adalah perintis universitas-universitas di dunia modern (Zazuli, 2009:53). Karena universitas atau perguruan tinggi pertama yang didirikan merupakan milik Plato yang bernama “Akademia” pada 387 sebelum masehi. Nama akademi juga tidak asing lagi di telinga kita yang merupakan tempat bersekolah di modern ini. Dalam Akademia di intensifkan pada hal filsafat, karena Plato sendiri merupakan filsuf yang terkenal. Tidak hanya filsafat saja, namun juga ilmu pasti, ilmu hayat, perundang-undangan, pengorganisasian negara, dan lain-lain. Salah satu murid Akademia yang sangat pintar dan terkenal yaitu Aristoteles. Dengan adanya universitas yang di awali oleh Plato dalam modern ini kita bisa memfokuskan diri dimana keahlian kita diasah dan menjadikan kita manusia yang berkualitas. Tidak hanya itu, dengan adanya universitas mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai sistem yang berlaku sehingga mewujudkan totalitas manusia yang utuh dan mandiri sesuai tata cara hidup bangsa.
Dalam sejarah perkembangan filsafat Yunani Kuno, Plato memang ditempatkan sebagai filsuf terdepan yang memperjuangkan kehidupan yang sehat (Haricahyono, 1995:123). Artinya kehidupan yang dibayangkan sepenuhnya dikendalikan oleh nalar. Namun nalar juga harus dikendalikan. Mengendalikan nalar diawali dengan pengendalian nafsu dan kebutuhan. Di dalam alam semesta ini manusia memiliki fungsi-fungsi. Untuk menciptakan kesejahteraan duniawi, Plato menegaskan bahwa tergantung bagaimana efektivitas menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Keberhasilan dalam melaksanakan keefektifan fungsi-fungsi itu sangat ditentukan oleh unsur-unsur kepribadiannya. Kepribadian yang dimaksud dapat dicerminkan sebagai pribadi yang bijaksana, sabar, berani, dan adil.
Plato menganjurkan agar manusia menggunakan rasionya untuk menemukan kebenaran (Abidin, 2011:102). Menurutnya kebenaran sejati bukanlah dari pengetahuan inderawi seperti contoh kita menjadikan kebenaran hanya dengan melihat kejadian atau imajinatif. Kebenaran yang sesungguhnya berasal dari rasio dan berobjekkan dunia ide dalam artian dunia ide merupakan hal-hal yang umum tidak konkretdan merupakan sebuah kesatuan seperti kesegitigaan, kekudaan, dan lain-lain (imajinatif). Plato menggambarkan filsafat manusia terdiri dari dua hal yang berbeda yakni tubuh (benda) dan jiwa (ide-ide). Jiwa merupakan bagian dari dunia ide dan tubuh dari dunia fana. Fungsi jiwa untuk mengendalikan nafsu yang berasal dari tubuh. Jiwa tidak akan musnah meski tubuh sudah hancur.
Pendapat Plato tentang jiwa dan tubuh ini membuatnya menyusun metode yang akan diajarkannya. Metode yang digunakan Plato adalah deduktif (Abidin, 2011:103). Menurut buku Zainal deduktif merupakan suatu cara berfikir yang dimulai dari premis-premis umum yang kemudian diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang lebih khusus atau kesimpulan-kesimpulan yang tidak melebihi umumnya. Metode yang digunakan Plato ini masih digunakan sampai sekarang. Pengaplikasiaanya dalam modern ini untuk praktik berfikir ilmiah atau teoritis yang membuat manusia tidak harus percaya pada mitos-mitos belaka, melainkan dari hal pemikiran mereka secara rasional.
Plato menegaskan dalam konsep pemerintahannya di republica bahwa seorang pemimpin harus memiliki pelajaran filsafat (Haricahyono, 1995:121). Gagasan Plato ini dapat diterapkan pada pemimpin-pemimpin di modern ini. Dengan mempelajari filsafat, pemimpin bisa lebih mudah memajukan suatu negara. Seperti menemukan ide-ide baru tentang bagaimana menemukan solusi untuk mensejahterakan masyarakatnya. Ide-ide yang akan membantu mereka dalam menyelesaikan urusan intern maupun ekstern. Sehingga seorang pemimpin tidak hanya duduk manis di kursi pemerintahan, namun bisa berfikir kritis dan teoritis.
Kehidupan yang senantiasa dikendalikan oleh penalaran adalah suatu kehidupan yang terbaik dan membahagiakan (Haricahyono, 1995:123). Nalar yang ada dalam diri manusia mampu mengendalikan berbagai kebutuhan dan nafsunya. Dapat dipastikan akan lahir sosok yang tertib dan harmonis. Semua manusia yang dibilang bodoh, dungu dan bebal itu sebenarnya hanya mereka mengalami disorganisasi dalam kepribadiannya. Dengan mengalami disorganisasi dalam kepribadian, akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan berbagai kebutuhan dan nafsunya. Plato menegaskan bahwa pribadi yang berbahagia dalam hidupnya adalah pribadi-pribadi yang berbudi luhur dan rasional.
Sumber Rujukan:
Syam, F. (2010). Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.
Haricahyono, C. (1995). Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.
Djumhur, I. (1974). Sejarah Pendidikan. Bandung: Ilmu Bandung.
Abidin, Z. (2011). Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Zazuli, M. (2009). 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. Yogayakarta: Narasi.
Penulis : Dimas Setyawan
Guru Sejarah Al Hikmah Boarding School Batu
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.