Kartini Milenial
Khazanah | 2023-04-21 14:34:13Oleh: Dra. N. Mimin Rukmini, M.Pd
(Kepala Sekolah SMPN 3 Cililin)
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara 21 April 1879. Sebagai pahlawan dan pejuang emansipasi wanita, R.A. Kartini merupakan sosok wanita tangguh yang luar biasa. Luar biasa dalam menghormati tradisi budaya lokal. Tangguh dalam mempertahankan ide dan kreativitas, serta secara kodrati menjunjung tinggi martabat kewanitaan.
Sosok Kartini ketika itu telah memiliki pemikiran yang lebih jauh tentang ilmu, wanita dan kebangsaan. Mindset Kartini selalu ingin bergerak, maju dan mendobrak apa yang kira-kira menghalangi atau menghambat apa yang menjadi cita-cita kaum wanita. Cita-cita bahwa kaum wanita harus sejajar dengan kaum laki-laki. Sejajar dalam hak dan kewajiban mencari ilmu. Memiliki hak yang sama dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan. Sejajar pula dalam mempertahankan karakter dan kepribadian bangsa sebagai warga negara.
Dari pola pikir yang maju dan berkembang RA Kartinilah, tak heran dan sejatinya menjadi inspirasi, setiap tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini. Peringatan ini sebagai wujud nyata penghargaan terhadap pahlawan pejuang emansipasi wanita. Lalu bagaimanakah langkah konkret kaum wanita atau sebut saja Kartini di Era Milenial ini? Kartini di Era Milenial adalah sosok wanita yang ide dan pemikiran mereka sejalan dengan perjuangan R.A.Kartini.
Langkah konkret kaum wanita atau Kartini di era milenial
Zaman Milenial yang serba digital ditandai dengan mobilitas IT yang serba cepat. Informasi yang terserap menembus ruang dan waktu secepat kilat. Teknologi mesin yang serba cepat dan canggih telah menggantikan peran pekerjaan manusia yang luar biasa.
Bagi kaum wanita, kondisi demikian dapat menjadi peluang sekaligus dapat menjadi tantangan. Memberikan peluang seandainya kaum wanita memiliki potensi yang siap pakai di dalam pekerjaan. Sebaliknya, kondisi era digital bisa menjadi tantangan manakala kita wanita tidak atau kurang memiliki kompetensi yang sejajar atau bahkan melebihi kaum laki-laki. Tantangan itu menjadi pemicu semangat untuk lebih maju dan berkembang dengan cara belajar terus meningkatkan kapasitas diri.
Sosok wanita sebut saja Kartini Milenial di Zaman Now menurut hemat penulis sudah sejajar dengan kaum Laki-laki dan telah membawa Bangsa dan Negara Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan bermartabat hampir sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Kartini Milenial itu umpamanya saja Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI, Putri Tanjung sebagai bagian dari 7 staf khusus Milenial Presiden Jokowi. Masih banyak pula Kartini Milenial lain sebagai wanita tangguh luar biasa. Kita bangga, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan tangguh. Kuat dan tangguh menghadapi penjajah dulu, kuat dan tangguh menghadapi krisis moneter beberapa tahun yang lalu.
Kartini di Era Milenial sejatinya melakukan langkah-langkah serta memiliki sikap sebagai berikut.
Pertama, semangat belajar dan bekerja keras. Memiliki semangat yang tinggi, selalu belajar dan bekerja keras akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Modal utama tersebut untuk meraih tuntutan Kecakapan Abad 21, yakni kemampuan dalam literasi, keterampilan berpikir, dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kemampuan literasi meliputi literasi dasar membaca dan menulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi media, dan literasi digital. Keterampilan berpikir Abad 21 yang perlu dimiliki termasuk di dalamnya kemampuan bepikir 4K, yakni kreatif, berpikir kritis, kolaboratif, dan komunikatif. Kemampuan PPK akan menjadi pondasi dari keseluruhan kemampuan literasi dan keterampilan berpikir tersebut.
Kedua, menjadi teladan di antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Kartini Milenial sama-sama dengan kaum laki-laki menjadi tumpuan dan harapan keluarga, sekolah dan masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Oleh karena itu, Kartini Milenial minimal menjadi teladan sekaligus panutan di antara warga dan keluarganya.
Ketiga, menghormati orang tua, dan memiliki sikap disiplin yang tinggi.Orang tua bahagia manakala anak-anaknya bahagia dan sukses. Kartini Milenial senantiasa menjunjung tinggi, sopan dan santun, serta menghormati warga masyarakat, dan orang tua yang kita cintai. Lalu, dalam disiplin. Disiplin menjadi cermin dan barometer sejauh mana Kartini rajin dan kerja keras di dalam tindakan dan gaya belajarnya.
Keempat, yang perlu dimiliki Kartini masa kini adalah berani karena benar serta memiliki gaya hidup sederhana dan tidak sombong. Kartini Milenian dipastikan berani karena benar dan takut karena salah. Kartini zaman Now diharapkan pula memiliki gaya hidup yang tidak berlebihan, dan tidak juga menyombongkan diri.
Langkah dan karakter terakhir adalah Kartini Milenial harus tetap menyadari akan kodrat sebagai kaum wanita. Apa pun ilmu yang di dapat atau pekerjaan yang mereka jabat, tetap Kartini Milenial sejatinya mampu mendampingi dan mendidik anak secara penuh perhatian dan kasih sayang. Seorang ibu di rumah, dan guru di sekolah tak dapat menggantikan apa pun teknologi di era digital ini. T
ak terkecuali generasi muda, Kartini Milenial seyogyanyalah belajar hal apa pun tentang kodrat kewanitaan. Mulailah berperilaku dari hal-hal yang sederhana. Belajar peduli kebersihan di rumah, peduli lingkungan, sampai pada peduli lingkungan sosial dalam jangkauan yang lebih luas.
Kartini milenial turut bersama meningkatkan kemampuan membaca masyarakat
Gaya hidup, karakter, dan kerja keras menjadi modal utama Kartini Milenial untuk mehgikuti perkembangan zaman. Sebagaimana dipaparkan pada langkah dan sikap pertama paragraph di atas, beberapa waktu lalu pada kolom pendidikan Harian Umum Pikiran Rakyat terpampang tulisan “Literasi Rendah Jadi Penyebab Kemiskinan”. Judul tersebut mengupas tentang masyarakat miskin salah satunya karena kurangnya literasi membaca.
Menurut UNESCO setidaknya seseorang mampu membaca tiga buku baru dalam setahun. Sedangkan masyarakat Indonesia satu buku pun belum tentu terealisasi. Inilah yang menyebabkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat kita rendah. Akhirnya berdampak pada penghasilan yang kurang memadai bahkan dikatakan miskin.
Kartini Milenial selayaknya menjadi pendobrak bagaimana memfasilitasi masyarakat, baik di keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar agar mereka senang membaca dan meningkatkan kemampuan literasi tersebut, baik secara online maupun ofline. Menjadi penghubung literasi masyarakat, memfasilitasi buku-buku bacaan melalui perpustakaan sekolah, perpustakaan keliling atau perpustakaan daerah. Dengan kegiatan demikian diharapkan kemampuan literasi masyarakat meningkat. Kemampuan literasi meningkat, dipastikan penghasilan pun meningkat pula. Semoga! ***
Dari berbagai sumber.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.