Khotbah Idul Fitri (Sukses Meraih Lailatulqadar)
Agama | 2023-04-19 22:23:01اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.
وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قال الله تعالى فى القران الكريم أعوذ بالله من الشيطان الرّجيم
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠
Hadirin Sidang Idul Fitri yang Dirahmati Allah
Mari kita bersyukur kepada Allah Swt pada hari kemenangan ini. Ia telah memberikan kenikmatan yang berarti bagi setiap pribadi.
Rasa syukur itu dapat diamati lewat pengejawantahan hidup yang hakiki. Suatu kehidupan dunia yang berorientasi ukhrowi. Sehingga kita tidak sia-sia dalam menjalani hidup dunia ini dalam rangka meraih cinta kita kepada Ilahi.
Marilah kita sanjungkan salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad Saw, yang menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dialah yang menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang-benderang dalam mengayuh kehidupan yang penuh tantangan dan cobaan.
Hadirin Sidang Idul Fitri Rahimakumullah
Marilah kita menuju takwa kepada Allah SWT. Karena dengan takwa itu kita akan meraih kehidupan yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat kelak secara nyata.
Hari ini adalah hari kemenangan. Usai kita mengerjakan puasa Ramadan satu bulan penuh, maka telah diraihlah kemenangan. Selama satu bulan menahan lapar dan dahaga, menahan hawa nafsu syaitan, dan ,menjauhi segala perbuatan keji dan kemunkaran. Hal ini dilakukan tak lain adalah untuk meraih kemenangan dan ketakwaan. Ketakwaan kepada Sang Maha Pencipta alam, yaitu Allah Swt.
Hadirin yang dirahmati Allah
Ketika kita berpuasa selalu berharap kepada Allah SWT agar dapat meraih lailatulqadar. Lailatulqadar adalah malam kemuliaan yang lebih mulia daripada seribu bulan.
Dalam ilmu bahasa kata lailatulqadar memiliki makna lahir (tersurat) dan makna batin (tersirat). Makna secara lahir atau leksikal, kata Lailatuqadar terdiri atas dua kata yaitu lail dan qadar. Lail artinya malam, qadar artinya ketetapan atau ketentuan atau ukuran.
Seperti tersurat dalam Alquran surat Alqmar ayat 49:
إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ ٤٩
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
Makna secara batin kata lail (malam) merupakan tanda atau simbol ketenangan, ketika waktu malam tiba hamba Allah beristirahat, dan kata qadar merupakan kemuliaan.
Jadi orang yang dapat menerima ajaran Quran yang diturunkan Allah adalah orang yang hatinya tenang lagi berhati mulia. Maka logis ketika dikatakan Alquran diturunkan pada malam lailatulqadar atau malam kemuliaan.
Hadirin Rahimakumullah
Para ulama berebeda pendapat mengenai waktu datangnya lailatulqadar. Ada yang mengatakan malam-malam ganjil, ada yang mengatakan sepanjang Ramadan sejak awal sampai akhir, ada juga yang mengatakan soal ganjil tergantung menghitungnya, apakah menghitung dari awal bulan atau perhitungannya dari akhir bulan. Maka ketemu ganjilnya akan berbeda pula.
Ada pula mereka yang puasa lebih dulu sehari atau dua hari, ada pula yang belakangan sehari atau dua hari. Boleh jadi ganjil genapnya akan berbeda. Jadi ganjil maupun genapa lailatuqadar tetap ada. Dan ada pula yang mengatakan sepanjang tahun. Walaupun ini pendapat yang minoritas.
Dalam kitab Hilyah al-Auliyâ’ wa Thabaqât al-Ashfiyâ’, Imam al-Hafidh Abu Na’im al-Ashfahani mencatat sebuah riwayat tentang Imam Ibrahim bin Adham saat diajak mencari lailatulqadar di Madinah.
Abu Yusuf al-Ghasuli Ya’qub bin al-Mughirah berkata: ‘Kami bersama Ibrahim bin Adham saat panen di bulan Ramadan.’ Dikatakan kepadanya: ‘Wahai Abu Ishaq, andaikan kau masuk bersama kami ke Madinah, kemudian (menghabiskan) sepuluh hari terakhir berpuasa di Madinah, boleh jadi kita akan mendapatkan lailatulqadar.’ Ibrahim bin Adham mengatakan: ‘Lakukanlah di sini (sekarang juga), dan kerjakan amal dengan baik. Bagi kalian, setiap malam adalah lailatul qadar.’” (al-Ashfahani, 1988, p. Juz 8: 378)
Seorang ulama bernama Imam Abu Thalib Almakki mengatakan:
: كل ليلة للعارف بمنزلة ليلة القدر
Artinya: “Setiap malam bagi seorang ‘arif statusnya (sama dengan) lailatulqadar.” (al-Makki, 2016, p. Juz 1: 155)
Yang paling moderat adalah bagi orang yang meyakini lailatulqadar adalah sepanjang Ramadan atau setiap malam atau sepanjang tahun. Tentu masuk akal, karena lailatulqadar kemuliannya adalah lebih daripada seribu bulan yang melampaui batas umur manusia sepanjang hidup dari lahir sampai kematiannya yang hanya 60-80 tahun rata-rata.
Permasalahannya adalah bukan pada perbedaan-perbedaan itu, tetapi dapatkah kita meraih lailatulqadar pada bulan Ramadan yang sudah kita lalui itu? Lalu apa tandanya-tandanya bahwa kita telah meraih lailatulqadar itu?
Hadirin Rahimakumullah
Tanda Lailatulqadar yang pertama, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT.
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ٥
“1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu
3. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Apa yang dijelaskan dalam Alquran yang disebut dengan lailatulqadar merupakan suasana, cerminan adanya tanda-tanda lahiriah dan batiniah pada diri orang-orang yang beriman.
Tanda tanda Lailatulqadar yang kedua adalah seperti yang digambarkan dalam hadis-hadis Rasulullah Saw.
أَيُكُم يَذْكُرُ حِيْنَ طَلَعَ الْقَمَرُ، وَهُوَ مِشْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
“Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah (tampak terang temaram)” [ Muslim 1170 ]
“(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan” (Ibnu Khuzaimah).
صَبِيْحَةُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَمسُ لاَ شعاع لَهَا، كَاَنَهَا طَشْتٌ حَتَّى تَرْتَفَعُ
"Matahari terbit pada pagi hari (yang malamnya merupakan malam Lailatulqadar) tanpa cahaya yang menyilaukan. Ini seakan-akan seperti belanga hingga meninggi." (HR Muslim)
Merujuk pada hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah (Bukhari dan Muslim)."
Apa yang dijelaskan dari hadis-hadis di atas adalah merupakan tanda-tanda lahiriah, sekaligus pula sebagai simbol yang menunjukkan adanya tanda-tanda batiniah.
Tanda Lailatulqadar yang ketiga adalah, seperti yang dijelaskan oleh ulama kontemporer, salah satunya Quraisy Shihab yaitu: menyebutkan sedikitnya dua tanda bagi orang yang menerima kesempatan berjumpa dengan malam lailatul qadar, yakni bertambahnya kebaikan dan merasakan adanya ketenangan.
“Pertama, bertambahnya kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang menyeluruh, dari perkataan, sikap, hingga perbuatannya,”
Adapun tanda kedua adalah ketenangan. Karena mayoritas ulama mengartikan ketenangan/kedamaian yang dimaksud sifatnya berkelanjutan sebagimana termaktub pada ayat terakhir surat Al-Qadar.
Yaitu “Salamun hiya hattaa mathla’il fajr, pada malam itu, kedamaian dirasakan oleh orang yang beruntung menjumpai malam lailatulqadar hingga terbitnya fajar. Atau keesokan harinya.”
Paparan itu disandarkan pada ayat itu juga yang menceritakan bahwa pada malam tersebut malaikat turun ke bumi. Selain itu, kalimat mathla’il fajr (terbitnya fajar) juga diartikan sebagai terbitnya kehidupan baru bagi manusia setelah mengalami kematiannya. (Arrahmah, 2022).
Hadirin Rahimakumullah
Jadi bila kita telusuri mengenai adanya lailatulqadar, pasti adanya. Semua manusia beriman diberikan lailatulqadar. Hanya saja ada yang dapat melihatnya dan tidak dapat melihatnya.
Ada yang dapat merasakannya dan tidak dapat mersakannya. Namun baik melihat dan tak melihat. Baik merasakan maupun tak mersakan tentu semua mendapatkan lailatulqadar (malam kemuliaan) itu.
Ada yang melihat dengan mata kepalanya, ada yang melihat dengan persaannya, dan ada pula yang melihat dengan mimpinya.
Tanda-tandanya adalah apakah setelah puasa perilakunya semakin baik atau sebaliknya. Bila semakin baik, dia telah sempurna mendapatkan lailatulqadar. Namun sebaliknya jika semakin buruk sifatnya, maka lailatulqadar tak hadir dalam lahir dan batinnya.
Jadi orang yang telah mendapatkan lailatulqadar adalah orang yang setelah usai menjalani puasanya dan idul fitrinya, akan semakin baik perilakunya, semakin baik ketaatannya kepada Allah SWT.
Tampak dari raut wajahnya yang cerah dan tenang, dan selalu mensyukuri nikmat-nikmat Allah, serta selalu mohon ampun dari segala dosa, dan selalu mengkaji Alquran. Maka orang itu terjaga kesuciannya seperti bayi yang baru dilahirkan. Itulah tandanya orang yang telah mendapatkan lailatulqadar.
Hadirin Siding Idul Fitri yang Berbahagia
Mudah-mudahan kita adalah orang yang selalu menaati Allah dan Rasulnya. Melaksanakan amar makruf nahi munkar sehingga dapat dikatakan usai Ramadan tahun ini kita adalah orang yang benar-benar menerima lailatulqadar dan mengejawanthkan malam kemulaan itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
جَعَلَناَ اللهُ وَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ
قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ .
يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِين
Hadirin Rahimakumullah
Para ulama berebeda pendapat mengenai waktu datangnya lailatulqadar. Ada yang mengatakan malam-malam ganjil, ada yang mengatakan sepanjang Ramadan sejak awal sampai akhir, ada juga yang mengatakan soal ganjil tergantung menghitungnya, apakah menghitung dari awal bulan atau perhitungannya dari akhir bulan. Maka ketemu ganjilnya akan berbeda pula.
Ada pula mereka yang puasa lebih dulu sehari atau dua hari, ada pula yang belakangan sehari atau dua hari. Boleh jadi ganjil genapnya akan berbeda. Jadi ganjil maupun genapa lailatuqadar tetap ada. Dan ada pula yang mengatakan sepanjang tahun. Walaupun ini pendapat yang minoritas.
Dalam kitab Hilyah al-Auliyâ’ wa Thabaqât al-Ashfiyâ’, Imam al-Hafidh Abu Na’im al-Ashfahani mencatat sebuah riwayat tentang Imam Ibrahim bin Adham saat diajak mencari lailatulqadar di Madinah.
Abu Yusuf al-Ghasuli Ya’qub bin al-Mughirah berkata: ‘Kami bersama Ibrahim bin Adham saat panen di bulan Ramadan.’ Dikatakan kepadanya: ‘Wahai Abu Ishaq, andaikan kau masuk bersama kami ke Madinah, kemudian (menghabiskan) sepuluh hari terakhir berpuasa di Madinah, boleh jadi kita akan mendapatkan lailatulqadar.’ Ibrahim bin Adham mengatakan: ‘Lakukanlah di sini (sekarang juga), dan kerjakan amal dengan baik. Bagi kalian, setiap malam adalah lailatul qadar.’” (al-Ashfahani, 1988, p. Juz 8: 378)
Seorang ulama bernama Imam Abu Thalib Almakki mengatakan:
: كل ليلة للعارف بمنزلة ليلة القدر
Artinya: “Setiap malam bagi seorang ‘arif statusnya (sama dengan) lailatulqadar.” (al-Makki, 2016, p. Juz 1: 155)
Yang paling moderat adalah bagi orang yang meyakini lailatulqadar adalah sepanjang Ramadan atau setiap malam atau sepanjang tahun. Tentu masuk akal, karena lailatulqadar kemuliannya adalah lebih daripada seribu bulan yang melampaui batas umur manusia sepanjang hidup dari lahir sampai kematiannya yang hanya 60-80 tahun rata-rata.
Permasalahannya adalah bukan pada perbedaan-perbedaan itu, tetapi dapatkah kita meraih lailatulqadar pada bulan Ramadan yang sudah kita lalui itu? Lalu apa tandanya-tandanya bahwa kita telah meraih lailatulqadar itu?
Hadirin Rahimakumullah
Tanda Lailatulqadar yang pertama, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT.
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ٥
“1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu
3. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Apa yang dijelaskan dalam Alquran yang disebut dengan lailatulqadar merupakan suasana, cerminan adanya tanda-tanda lahiriah dan batiniah pada diri orang-orang yang beriman.
Tanda tanda Lailatulqadar yang kedua adalah seperti yang digambarkan dalam hadis-hadis Rasulullah Saw.
أَيُكُم يَذْكُرُ حِيْنَ طَلَعَ الْقَمَرُ، وَهُوَ مِشْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
“Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah (tampak terang temaram)” [ Muslim 1170 ]
“(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan” (Ibnu Khuzaimah).
صَبِيْحَةُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَمسُ لاَ شعاع لَهَا، كَاَنَهَا طَشْتٌ حَتَّى تَرْتَفَعُ
"Matahari terbit pada pagi hari (yang malamnya merupakan malam Lailatulqadar) tanpa cahaya yang menyilaukan. Ini seakan-akan seperti belanga hingga meninggi." (HR Muslim)
Merujuk pada hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah (Bukhari dan Muslim)."
Apa yang dijelaskan dari hadis-hadis di atas adalah merupakan tanda-tanda lahiriah, sekaligus pula sebagai simbol yang menunjukkan adanya tanda-tanda batiniah.
Tanda Lailatulqadar yang ketiga adalah, seperti yang dijelaskan oleh ulama kontemporer, salah satunya Quraisy Shihab yaitu: menyebutkan sedikitnya dua tanda bagi orang yang menerima kesempatan berjumpa dengan malam lailatul qadar, yakni bertambahnya kebaikan dan merasakan adanya ketenangan.
“Pertama, bertambahnya kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang menyeluruh, dari perkataan, sikap, hingga perbuatannya,”
Adapun tanda kedua adalah ketenangan. Karena mayoritas ulama mengartikan ketenangan/kedamaian yang dimaksud sifatnya berkelanjutan sebagimana termaktub pada ayat terakhir surat Al-Qadar.
Yaitu “Salamun hiya hattaa mathla’il fajr, pada malam itu, kedamaian dirasakan oleh orang yang beruntung menjumpai malam lailatulqadar hingga terbitnya fajar. Atau keesokan harinya.”
Paparan itu disandarkan pada ayat itu juga yang menceritakan bahwa pada malam tersebut malaikat turun ke bumi. Selain itu, kalimat mathla’il fajr (terbitnya fajar) juga diartikan sebagai terbitnya kehidupan baru bagi manusia setelah mengalami kematiannya. (Arrahmah, 2022).
Hadirin Rahimakumullah
Jadi bila kita telusuri mengenai adanya lailatulqadar, pasti adanya. Semua manusia beriman diberikan lailatulqadar. Hanya saja ada yang dapat melihatnya dan tidak dapat melihatnya.
Ada yang dapat merasakannya dan tidak dapat mersakannya. Namun baik melihat dan tak melihat. Baik merasakan maupun tak mersakan tentu semua mendapatkan lailatulqadar (malam kemuliaan) itu.
Ada yang melihat dengan mata kepalanya, ada yang melihat dengan persaannya, dan ada pula yang melihat dengan mimpinya.
Tanda-tandanya adalah apakah setelah puasa perilakunya semakin baik atau sebaliknya. Bila semakin baik, dia telah sempurna mendapatkan lailatulqadar. Namun sebaliknya jika semakin buruk sifatnya, maka lailatulqadar tak hadir dalam lahir dan batinnya.
Jadi orang yang telah mendapatkan lailatulqadar adalah orang yang setelah usai menjalani puasanya dan idul fitrinya, akan semakin baik perilakunya, semakin baik ketaatannya kepada Allah SWT.
Tampak dari raut wajahnya yang cerah dan tenang, dan selalu mensyukuri nikmat-nikmat Allah, serta selalu mohon ampun dari segala dosa, dan selalu mengkaji Alquran. Maka orang itu terjaga kesuciannya seperti bayi yang baru dilahirkan. Itulah tandanya orang yang telah mendapatkan lailatulqadar.
Khotbah 2
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣)
اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ اللهُ أكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
لاَ إِلٰهَ إِلاّاللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ و الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا،
Ya Allah ya, Tuhan kami ampunilah segala dosa kami, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Jauhkan kami dari segala bencana dan penyakit. Berikan pertolongan kepda saudara-saudara kami yang berada di Palestina, dan wilayah-wilayah konfliks, serta wilayah lainnya agar mereka tak teraniaya.
اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، من بَلادِنا هذا خاصّةً ومِن بُلدانِ المسلمين عامّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ،
عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
Atas segala kekurangan khatib mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna waminkum minal aidin walfaizin.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh
al-Ashfahani, I. a.-H. (1988). Hilyah al-Auliyâ’ wa Thabaqât al-Ashfiyâ. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
al-Makki, I. A. (2016). Qût al-Qulûb fî Mu’âmalah al-Mahbûb wa Washf Tharîq al-Murîd ilâ Maqâm al-Tauhîd. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Arrahmah, S. (2022, April 25). 2 Tanda Orang Berjumpa Lailatul Qadar menurut Prof Quraish. Retrieved from NU Online: https://www.nu.or.id/nasional/2-tanda-orang-berjumpa-lailatul-qadar-menurut-prof-quraish-GmCQl
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.