Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arik Gustian

Banyak Cara untuk Tadabur Diri

Curhat | 2023-04-18 21:29:26

Dalam rangka melepaskan penat setelah berhasil melewati sidang Sarjana, aku memutuskan untuk menyegarkan otak ini ke Pantai Carita di Anyer, Banten. Aku berangkat berempat dari kediamanku di Bandung. Setelah melakukan beberapa kali musyawarah, akhirnya kata mufakat terucap oleh kita semua, setelah gagasan mengenai keberangkatan yang akan dilaksanakan pada Hari Selasa, sekitar pukul tengah malam, menggunakan mobil, via tol, dan berdiam selama 3 hari 2 malam di sana terucap. Sepeti biasa, aku dipercaya sebagai seksi keamanan yang bertugas untuk memastikan mobil yang kita tunggangi sampai dengan selamat, dan tidak ada goresan sehalus bulu kuda sekalipun baik dibadan manusia maupun dibadan mobil. Ya sederhananya aku ditunjuk sebagai sopir.

Sehari sebelum keberangkatan, aku membantu sang pujaan hati yang sibuk melakukan persiapan ini dan itu. Dia pun mengeluarkan list barang-barang apa saja yang hendak dibawanya. List yang banyaknya seperti orang-orang di kemenkeu yang diduga oleh Bu Srie memiliki kekayaan yang tidak wajar, alias buanyaak!. Karena aku sudah menjalin hubungan bersamanya hampir selama 7 tahun, jadi ya sedikit tidak heran dengan kelakuannya yang satu itu, hanya sedikit apa ya kata yang pas, mungkin halusnya muak gitu deh hehe, tapi untung kelakuan seperti itu datang dari sang pemilik hati, jadi ya sangat dimaklumi dan dinikmati saja. Karena akupun yakin banyak kelakuanku yang sebenernya bikin dia muak terkhusus selama 7 tahun ini, tapi kita tetep bertahan.

Setelah bagian yang paling menguras kesabaran itu selesai, kini bagianku untuk melakukan persiapan, yang dilakukan 6 jam sebelum berangkat tanpa ada contekan sedikitpun dalam melakukan persiapan itu. Akhirnya kita berempat sudah berkumpul, dan perjalanan pun dimulai dengan mengucap bismillah dalam hati masing-masing. Aku mengarahkan mobil untuk berjalan memasuki gerbang tol Moh. Toha. Setelah masuk ke jalan tol salah satu temanku lalu meminta agar aku menghubungkan playlist laguku ke mobil “lagunya dari gawai mu saja rik, kan pas gitu jalanan kosong, langit malemnya juga lagi remang-remang syahdu, jadi cocok dengerin playlistmu yang udah kaya orang galau dari lahir, padahal mah kan gapernah jomblo dari mulai 2 SMP sampe sekarang”. Bukan rahasia lagi memang, temen-temen deketku udah tau bahwa Tuhan melahirkanku untuk mencintai lagu pop yang sendu dengan segenap hati juga raga.

Ya memang lagu pertama yang berhasil membuat aku jatuh cinta lahir dari band yang lahir di kota tetanggaku Cimahi dan mereka adalah band bergenre heavy metal, Jambrud namanya. Tapi lagu yang memikat hati itu berjudul “Pelangi di Matamu”yang ya melow-melow juga tetep. Playlistku selalu dirajai lagu-lagu dari almarhum yang bagiku dia adalah masterpiece penyanyi lagu pria di Indonesia, yaitu almarhum Glenn Fredly. Terspesial bagiku lagu Akhir Cerita Cinta yang sejauh ini selalu menemani suasana hatiku dari mulai kelas 4 SD sampai gelar S.Hum tersemat dinamaku. Selain Glenn, playlist laguku ini diisi band-band kayak Sheila on 7, Kerispatih, Letto, Noah, plus penyanyi-penyanyi yang memiliki lagu-lagu pop melow kayak Afgan, Tulus, Raisa, Adera, Maudy, dan ya yang lagunya bernada-nada kayak gitu. Udah musiknya melow only, lagunya pun bener-bener sebatas penyanyi dalam negeri. “hiduptuh cuman sekali, terlalu sayang kalau engga dimanfaatin buat eksplor genre-genre yang ada di muka bumi ini” ucap temanku yang paling berjiwa musisi itu.

Ga kerasa emang, Moh. Toha – Serang Timur dilalui dengan hanya kurang dari 3 jam perjalanan. Saat itu baru pukul 3 dini hari, kita memang udah berencana untuk mengunjungi sodara pacarku dulu di Serang sebelum melanjutkan perjalanan ke Anyer. Setelah istirahat sejanak dan sarapan di rumah sodara pacarku, kita pun kemudian berangkat menuju Anyer sekitar pukul 8 pagi, dan tiba disana sekitar pukul 11 siang. Disana kita menyewa 2 kamar penginepan yang lokasinya persis di sebrang Pantai Carita. Bagiku pantai dan laut selalu terlihat luarbiasa. Hamparan air yang tak putus sejauh mata memandang rasanya menambah rasa percaya bahwa sang pencipta memanglah luar biasa. Deburan ombak yang menenangkan hati, serta sentuhan pasir pantai yang membangkitkan banyak memori hidup membuat kondisi hati melow total.

Entah kenapa, aku selalu menikmati momen yang bisa membuat perasaan ini runtuh, bergejolak, sendu. Di momen seperti itu, menit-menit selanjutnya pasti membawa pikiran ini untuk merenung, apa saja yang udah aku lakuin selama hidup, kesalahan apa yang pernah dibuat, atau dalam bahasa lain seperti tadabur diri. Itulah alasan yang sama, kenapa aku sangat menyenangi lagu-lagu melow. Untukku, saat rasanya tegar dalam diri ini mulai setipis tisu, lagu-lagu seperti itu bisa menjadi pengantar agar aku lebih bisa berkomunikasi dengan diri sendiri, memahami dan mengenal kemauan diri, yang akhirnya mengadakan sebuah kerja sama antara raga dan jiwa agar bisa kembali bangkit, dan melangkah lagi.

Seperti rencana sebelumnya, di hari ketiga kita akan bergegas pulang. Pada saat itu kita sepakat untuk pulang pada malam ahri sekitr pukul 22.00, karena ada rencana untuk makan malam bertema bakar seafood di pinggir pantai. Karena ini akan menjadi Sunset terakhirku dalam rangka perjalanan yang sekarang, akupun memutuskan untuk menikmati sunset sendirian. Aku pun berjalan menuju sisi pantai yang sepi agar bisa duduk dengan tenang. Sungguh senang rasanya, hampir 1,5 jam aku mengabiskan waktu dengan memandangi salah satu kebesaran tuhan. Aku habiskan waktu dengan merenung dan berbincang dengan diri sendiri, mengenai kemungkinan-kemungkinan yang harus aku lakukan dimasa setelah lulus kuliah dari jurusan “Ilmu Sejarah” ini. Suatu hal yang aneh datang diakhir renungan, tiba-tiba aku teringat sebuah kata-kata mutiara dari good day “karena hidup perlu banyak rasa” yang membuatku memikirkan ulang mengenai genre-genre musik. Sambil bangkit dari lamunan dan berniat kembali bergabung dengan yang lain, aku pun dalam hati berkata “bener deh, kayaknya harus ada rasa tambahan soal genre musik, ya untuk mengisi aja gitu. Ah yaudah deh, mau dengerin lagu underground ah”.

Selepas adzan magrib, sambil menunggu yang lain membereskan barang-barangnya aku lalu mencoba mencari tau mengenai lagu underground. Karena emang dasarnya anak sejarah, akupun mulai dengan menulusuri “sejarah musik underground di Indonesia”. Suasana makan malam ini sungguh suatu hal yang harus dilakukan kembali jika nanti pelesiran kembali di pantai. Setelah acara bakar seafood dipunggir pantai itu selesai, kita pun mulai bergerak pulang menuju Bandung. Diperjalanan pulang, aku memberitahu temenku mengenai renungan musik underground itu “Nah ada peningkatan, gitu dong jangam melow terus, sesekali denger lagu cadas”. Pulangnya, kita mengambil jalur yang berbeda, karena masih ingin jalan-jalan, kita putuskan untuk keluar Tol Kukusan, dan mengikuti apa yang dikatakan oleh google maps sampai ke Puncak Bogor. Di puncak kita turun sebentar untuk makan indomie rebus ~ya habitual orang-orang gabut ke puncak hehe~. Setelah itu kita, melintasi Cianjur, lalu Padalarang, Lalu kota kelahiran Jambrud, dan sampai deh ke Bandung dengan perasaan yang seneng-senang-tepar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image