Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gilang Maulana pratama

DLAJAH NUSANTARA - POTENSI ECOMUSEUM RUMENTANG SIANG GUNA PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL

Wisata | 2021-12-22 08:36:13
bandunghiji.com" />
sumber foto: bandunghiji.com

“Rumentang Siang”, merupakan dua suku kata yang memiliki banyak makna akan perkembangan seni dan budaya khususnya di Kota Bandung. Rumentang Siang sendiri dinamai oleh penyair bernama Wahyu Wibisana dengan mengambil definisi “remang” dan “siang”, dua kata penuh makna dari sebuah proses kronologis dinamika para budayawan dan seniman di Bandung. Remang artinya samar-samar, sedangkan siang artinya nyata, jika disatukan memiliki makna bahwa para seniman yang awalnya terlihat samar, menjadi profesi yang lebih nyata dan diapresiasi oleh masyarakat luas.

Gedung Rumentang Siang berdiri di Kota Bandung, kota kelahiran para seniman kreatif, tepatnya terletak di Jalan Baranangsiang, dekat Pasar Kosambi. Lokasi yang cukup strategis karena banyak orang lalu lalang, namun pada frekuensi kunjungan akan Rumentang Siang ini diperlukan adanya beberapa perkembangan terhadap kegiatan, fasilitas dan layanan tambahan.

Jika melihat sejarah, Rumentang Siang ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Berdiri sejak tahun 1925 atau masih pada zaman penjajahan Belanda dengan nama Rivoli Theater yang kerap dimanfaatkan untuk tempat pertunjukan opera dan film. Pada tahun 1975, Solihin GP sebagai gubernur Jawa Barat saat itu, menjadikan gedung kesenian ini sebagai tempat berekspresi seniman-seniman Bandung. Dan sampai saat ini, Gedung Rumentang Siang memfasilitasi 3 jenis pertunjukan yaitu teater, tari tradisional dan musik.

Melihat fungsi dan sejarah panjang Rumentang Siang, kita dapat menyimpulkan bahwa gedung kesenian ini merupakan salah satu nyawa kekayaan terhadap kebudayaan lokal. Seperti yang kita ketahui bahwa bidang seni merupakan bidang yang cukup diminati banyak orang, dan tidak sedikit orang meluangkan hobi dan menjadikan bidang seni sebagai penghilang penat. Ketika bidang seni sudah mempengaruhi suatu aktivitas dan psikologis masyarakat, itu berarti bidang tersebut sudah menjadi nyawa bagi masyarakat.

Narasi-narasi diatas tentu tidak akan abadi jika tidak adanya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian kebudayan lokal setempat, dalam hal ini Gedung Kesenian Rumentang Siang. Ecomuseum merupakan istilah yang dapat dicoba guna upaya pelestarian ini. Sebagai tambahan informasi bahwa ecomuseum merupakan museum yang berfokus pada hubungan antara pelestarian identitas lokal dengan kesejahteraan masyarakat lokal. Potensi adanya ecomuseum bertemakan Rumentang Siang tentunya bisa jadi alternatif pengenalan seni budaya setempat dan informasi identitas Rumentang Siang sendiri. Konsep yang dapat diusung adalah dengan memamerkan koleksi-koleksi berupa alat kesenian, busana pagelaran, bahasa setempat, identitas pagelaran yang pernah ada di Gedung Kesenian Rumentang Siang, dan terutama memberikan informasi terkait seniman setempat dan kontribusi mereka terhadap perkembangan kebudayaan lokal.

Apresiasi merupakan suatu hal yang amat penting jika kita membicarakan soal bidang seni, dan pengenalan terhadap kebudayaan lokal merupakan satu cara ampuh guna memperpanjang umur kesejahteraan masyarakat, kaitannya dengan jati diri masyarakat lokal, maka dari itu Rumentang Siang diharapkan dapat terus lestari dengan adanya konsep ecomuseum ini.

“jika kita tahu siapa kita sebenarnya,

kita tentunya dapat berkembang secepat dan setepatnya”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image