Mukmin dan Filosofi Lebah
Agama | 2023-04-13 08:52:00Dalam kesempatan ceramah di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada 3 April 2023, Ustaz Fadhlurrahman, S.Pd.I., M.Pd. yakni dosen Fakultas Agama Islam (FAI) menyampaikan materi terkait mukmin yang baik seperti halnya nilai atau filosofi yang melekat pada lebah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi saw. bersabda bahwasanya “Manusia mukmin adalah laksana lebah madu. Jika dia makan, hanya memakan makanan yang baik, jika mengeluarkan sesuatu adalah sesuatu yang baik pula dan bila hinggap di atas ranting pohon tidak mematahkannya dan merusaknya.” (H.R. Ahmad, No: 18121, Hakim, No: 8566, Baihaqi, No: 5765). Dari hadis tersebut dapat ditarik kesimpulan terkait bagaimana hendaknya seorang mukmin yang baik itu.
Pertama, manusia mukmin sejatinya akan memilih dan memilah makanan itu halal atau haram untuk dimakan. Sebagaimana lebah yang selalu memakan sari bunga yang terbaik, meskipun dalam bunga terdapat putik maupun benang sari yang cantik. Begitu pun seharusnya manusia mukmin berusaha untuk menghadirkan kepenuhan makanan yang halal dan menghindarkan dari hal-hal yang mengandung syubhat.
“Dalam ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah: 168 dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Perlu diingat jika makanan yang halal belum tentu baik untuk kesehatan tubuh. Bagaimana maksudnya? Contohnya, gorengan itu enak dan halal tetapi tidak baik bagi orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi,” ungkap Ustaz Fadhlurrahman.
Kedua, lebah pasti meninggalkan yang baik. Madu adalah peninggalan dari lebah yang memiliki khasiat yang bagus bagi kesehatan. Seperti halnya lebah, manusia mukmin seharusnya juga dapat memberikan manfaat di mana pun ia menginjakkan kaki. Bukan malah sebaliknya, membuat kekacauan sehingga meninggalkan kesan dan efek yang kurang baik bagi orang sekitarnya.
Ketiga, lebah itu ketika hinggap di tempat tertentu tidak akan membuat dan meninggalkan kerusakan. Ketika lebah bersarang di pepohonan maka lebah tidak akan merusak pohon itu, ataupun jika lebah bersarang di ujung atap rumah maka lebah tidak akan merusak atap rumah tersebut. Itulah sejatinya seorang mukmin yang baik, jadi di mana pun berada tidak akan meninggalkan apa pun kecuali kebaikan.
“Selain itu, lebah juga termasuk hewan yang suka menyerang secara bersama-sama, tetapi hal tersebut bukanlah tanpa sebab karena lebah tidak akan menyerang kecuali diserang terlebih dahulu,” lanjutnya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa seorang mukmin dan mukmin yang lain seperti bangunan yang saling menguatkan. Oleh karena itu sejatinya seorang mukmin tidak akan menyakiti saudara lainnya dengan lisan dan tangannya, serta juga tidak akan mungkin menyalahkan saudaranya ketika salah dengan lisan dan tangannya, kecuali menyampaikan nasihat atau teguran dengan cara yang hikmah.
Oleh karena itu, seperti telah kita ketahui bersama jika menurut analisis beberapa tokoh dan ahli jatuh tempo Hari Raya Idulfitri dan Iduladha akan berbeda hari. Di sinilah umat Islam bukan waktunya untuk saling menyalahkan dan menunjukkan siapa yang paling benar, tetapi saatnya saling menghargai sesama muslim.
“Persatuan umat muslim harus kita jaga, dan seperti lebah tadi seharusnya ketika umat Islam diserang secara utuh, maka umat muslim harus bersatu dan saling menguatkan,” pungkasnya. (SFL)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.