Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dian Pertiwi Joshua

Andai Batik Dijadikan Pelajaran Wajib Kurikulum Merdeka Belajar?

Edukasi | Thursday, 13 Apr 2023, 05:29 WIB
Sumber: Dok. Pribadi Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Wilayah Binaan Unggulan, Universitas Negeri Jakarta (2022)

Yuk kita bayangkan, andai ada pelajaran wajib membatik di Kurikulum Merdeka Belajar? Konon katanya, di Indonesia ini berbeda Menteri maka akan berganti pula kebijakan kurikulum Pendidikan. Salah satu kebaruan dalam implementasi pendidikan ialah "Kurikulum Merdeka Belajar" , yang disinyalir melahirkan peserta didik cerdas, berkualitas, dan mampu memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar.

Ciri lain dari Kurikulum Merdeka Belajar, disebut "menciptakan pembelajaran menyenangkan" sekaligus dirancang agar peserta didik mampu beradaptasi secara kontekstual dan mengandung muatan lokal. Bicara soal situasional dan budaya regional, kita semua mengenal batik sebagai lokalisasi seni budaya yang mendunia, dapat dipelajari, dan memberikan makna tentang kehidupan.

Kalau begitu, mengapa membatik tidak dijadikan pelajaran wajib? Bukankah Jawahrlal Nehru pernah menyebutkan, menyelami budaya akan memperluas pemikiran sekaligus membangkitkan semangat? Ellen Key, penulis asal Swedia pada akhirnya turut menguatkan pernyataan tersebut dan mendalilkan, pendidikan menjadikan manusia memiliki keahlian, tetapi pendidikan budaya akan melahirkan manusia bermartabat yang memanusiakan.

Batik bukan hanya menarik, namun memiliki makna mendidik secara intrinsik dan ektrinsik. Dalam regulasinya, Kurikulum Merdeka Belajar berisikan projek yang harus mampu mencetak peserta didik mengeksplorasi kemampuan kognitif dan terampil sesuai enam dimensi profil Pancasila (Beriman, bertakwa pada Tuhan dan berakhlak mulia, mandiri, gotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif). Selain itu, Kurikulum Merdeka Belajar perlu relevan dengan tema atau isu penting seperti gaya hidup, toleransi, kesehatan mental, budaya, jiwa wirausaha, teknologi, dan demokrasi. Indikator lainnya, peserta didik dituntut merespon pendidikan sebagai bentuk beraksi dan berkreasi sesuai tahap belajarnya.

Bagaimana batik memiliki prospek untuk dijadikan pelajaran wajib, yang sesuai dalam Kurikulum Merdeka Belajar?

Melatih sabar pada proses, adalah tujuan pendidikan

Pendidikan dimaksudkan untuk mengkloning keberhasilan pada peserta didik. Formula sukses yang sudah terbukti dari ilmuwan maupun orang-orang besar, bukan sekadar bicara tentang kecerdasan. Banyak faktor yang pada akhirnya, menciptakan kesuksesan. Praktik belajar, jika kita lihat dan rasakan secara keseluruhan adalah perkara gagal tidak pernah ada, melainkan metode lain untuk menyempurnakan seseorang meraih tujuan.

Thomas Alva Edison, menakar dirinya belum pernah gagal. Dia hanya menemukan 10.000 cara yang tidak berhasil, dengan bersabar dan tidak pernah berhenti berusaha, sehingga bisa mempelajari cara lain untuk berhasil. Membatik, merupakan pembelajaran yang mengajarkan untuk bersabar pada proses, terlihat ketika sedang menggambar pola, mencanting, mewarnai, hingga mengeringkan batik setelah pewarnaan, menuntut kesabaran dan ketekunan.

Fokus

Punya segudang ilmu saja belum tentu mencukupi kebutuhan hidupmu. Belajar disinyalir sebagai jalan memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup manusia agar menjadi sukses. Bruce Lee, aktor sekaligus sutradara yang telah banyak memenangkan kehidupan, mengajarkan bahwa petarung yang sukses adalah orang rata-rata, dengan fokus setajam sinar laser.

Ketika proses membatik yang terdiri dari beragam aktivitas, apa jadinya kalau afektif, kognitif, dan psikomotorik si pembatik tidak fokus? Membatik, selaras dengan mendidik fokus peserta didik dengan cara yang indah.

Bangga terhadap budaya Indonesia

Batik bukan barang jadul, tapi kok sepertinya gaung Kpop lebih santer di kalangan pelajar Indonesia? Sempat hampir diklaim oleh negara tetangga, mestinya menjadi tamparan semangat menjadikan batik sebagai warisan budaya yang bernilai, sehingga membatik perlu dikenalkan pada peserta didik melalui jalur formal yang terstruktur dan disusun dalam muatan pembelajaran wajib, bukan sekadar ada pada rangkaian yang terbatas waktu sekali pertemuan pembelajaran, atau pembelajaran informal.

Kreatif

Albert Einstein menunjukkan pentingnya kreativitas, untuk meningkatkan keingintahuan baru, kemungkinan baru, menemukan sudut baru dalam menyelesaikan masalah, dan memajukan ilmu pengetahuan. Rangkaian membatik dalam Kurikulum Merdeka Belajar, bisa dijadikan sarana memupuk kreativitas peserta didik.

Menumbuhkan jiwa wirausaha

Lulus dalam setiap tingkat pendidikan, tidak serta-merta menjadikan manusia lulus dalam kehidupan dan mendapat pekerjaan layak. Di era yang semakin ketat dalam persaingan mendapatkan pekerjaan, jumlah lulusan yang tinggi, berbanding terbalik dengan lapangan kerja yang tersedia, perlu diatasi melalui keterampilan berwirausaha. Batik dapat dijadikan pintu berbisnis, sebab banyak jenis produk yang bisa diinovasikan berbahan batik.

Mengasah keserdasan emosional

Filsuf Aristoteles mengatakan, mendidik pikiran tanpa mendidik hati, bukanlah pendidikan sama sekali. Penelitian lain menunjukkan pula, bahwa kecerdasan emosional berkontribusi 2 kali lebih besar berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang, dibandingkan kecerdasan intelektual. Manusia tidak dapat menghadapi hidupnya, jika hanya mengandalkan intelektualitas. Banyak sisi hidup yang memerlukan kemampuan berhubungan dengan orang lain, di mana keterampilan tersebut, didapat dalam elemen kecerdasan emosional.

Kalau saja batik bisa dimasukkan sebagai pembelajaran wajib dalam Kurikulum Merdeka Belajar, akan lahir proses belajar mengajar menyenangkan yang mencetak generasi emas tidak hanya pintar, namun berkarakter - Cerdas dan berkepribadian tangkas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image