Status Quo Style Kepemimpinan Organisasi: Rebuild Awareness Mahasiswa di Tengah Era Society 5.0
Edukasi | 2023-04-09 19:22:10“Tidak semua sesuatu dapat dipelajari di kampus, dan sesuatu yang tidak bisa dipelajari di kampus dapat dipelajari di Organisasi”
Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. (Sekretaris Umum PP. Muhammadiyah)
Kondisi saat ini, tidak berubahnya inovasi, stagnan, monoton, diam, tidak ilmiah, plagiarism dan bahkan sangat bisa dikatakan gaya kepemimpinan organisasi semakin mengalami dekadensi inovasi dan mutu. Pasalnya, implikasi dan militansi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau event sangat minim sekali.
Di tengah disrupsi era society 5.0, era post truth, era cyber, modernisasi dan kedurjanaan privilise aksentuasi idealnya organisasi memformulasikan daya kritis dan mampu adaptif terhadap minat dan kebutuhan mahasiswa agar tertarik kembali mengikuti serangkaian event yang akan dilaksanakan. Namun kurangnya mengkaji, insight dan diskusi, menjadikan degradasi penasaran mahasiswa dalam rivalitas pengetahuan.
Pemanfaatan media, teknologi dan modernisasi selayaknya dijadikan momentum untuk meningkatkan kredibilitas, pengembangan pengetahuan, kapabilitas serba bisa dan eskalasi daya pikir yang inovatif dan efektif, bukan malah menjadikan suatu pekerjaan dianggapnya gampang dan formalitas dari hasil plagiat. Paradigma seperti ini sangat pekat menyelimuti tubuh mahasiswa saat ini sehingga menggampangkan semua sesuatu dari hasil impersonasi.
Sedikitnya interupsi mungkin adalah bagian daripada ketakutan ketaranya polarisasi formulasi paradigma, karena tak bisa dipungkiri buah hasil dari pemikiran pribadi dihasilkan dari plagiarisme internet yang kemungkinan besar referensi dan sumbernya kurang jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kebanyakan mahasiswa saat ini hanya bisa mengacu pada narasi “katanya” bukan “faktanya”, hal ini menimbulkan suatu yang abstrak dan ketimpangan keorisinilan pemikiran dan analisis mandiri.
Inilah kondisi malang mahasiswa saat ini, beda halnya lagi dengan mahasiswa super dan istimewa yang menggeluti organisasi, baik instansi atau lembaga internal maupun eksternal. Hampir sama dengan pernyataan di atas, namun mahasiswa yang ini (ikut organisasi) harus di unjuk gigi, harus di istimewakan dan harus dimenangkan dari segala hal karena mahasiswa organisasi adalah mahasiswa yang mengikhlaskan dirinya, mempertaruhkan mentalnya dan memperankan actionnya semata-mata demi berjalannya estafet kinerja dari program kerja yang telah diagendakan dari dulu dari internal organisasi tersebut.
Administrasi dan inovasi cenderung impersonasi dan replika dapat ditemukan dari proposal dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tak ayal proses ilmiah dan pembaharuan sangat sedikit dan rentan sekali adanya plagiarisme dan replika yang sudah menjadi budaya setiap tahunnya. Jangan heran jika produk mahasiswa yang dihasilkan tidak punya pemikiran ke depan, gagal dalam bernalar dan mati atau gagap dalam diskusi karena mengikuti dan mempertahankan narasi budaya lama dan sulit adanya perubahan. Kausal dari budaya yang berjalan dari tahun ke tahun ini karena seniornya mengabaikan pemikiran juniornya yang punya gagasan dan superioritas hingga menyebabkan paranoid senior kalah kepada juniornya. Sebagai junior, mahasiswa organisasi harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan asas kekeluargaan yang apabila keluar dari orbit tersebut dapat menurunkan reputasi personal.
Sebagai seorang pemimpin organisasi seharusnya membekali dirinya dengan berbagai akar pengetahuan yang komprehensif dengan persoalan apa yang terjadi saat ini?, apa yang akan terjadi selanjutnya?, dan bagaimana cara mengatasinya?. Bukan hanya membanggakan estafet kegiatan yang akan dilaksanakan dan mengelaborasikan atau mempresentasikan tema yang saya rasa mahasiswa juga tahu kandungan dan muatan materi yang akan disampaikan.
Eksistensi gaya kepemimpinan organisasi di era modern ini tidak layak untuk dibanggakan, tidak patut untuk diakui dan jangan capek-capek memujinya. Karena seharusnya setelah ikut serta dan masuk ke dalam organisasi benefit yang di dapatkan mahasiswa bukan hanya relasi, solidaritas dan apa pun itu yang menjadi branding organisasi tersebut, melainkan wawasan, ilmu pengetahuan, cekoki budaya yang baik dan pemikiran-pemikiran yang membuatnya beda dari mahasiswa lain. Tapi potret saat ini, yang membedakan mahasiswa biasa dan mahasiswa organisasi hanya ada pada kesibukan (hectic) rapat yang menghabiskan waktu yang sangat banyak karena pembahasannya yang tak kunjung pada pokok pembahasan, seringkali basa-basi hal yang tidak penting dan berlarut-larut dalam ocehan-ocehan menyebalkan senior yang ingin diakui eksistensinya.
Adanya paksaan dan intervensi dari berbagai pihak yang punya kepentingan dan seringkali menyebabkan terjadinya konflik juga menghiasi panasnya atmosfer internal organisasi. Meragukan dan mencurigai pihak yang punya kepentingan lain dijadikan tupoksi urgent memantapkan pencemaran nama baik dan pencemaran kebencian diantara salah satu pihak. Hal ini adalah refleksi evaluasi yang harus segera dituntaskan, dibekukan dan diputus rantai penyebarannya.
Rebuild awareness adalah bagian dari bagaimana cara merekonstruksi dan membangun kembali kesadaran mahasiswa untuk kembali pada rotasi awalnya, menghidupkan lagi ruang-ruang diskusi dan peka terhadap kejadian yang ada pada lingkungannya. Berikut, beberapa bayang-bayang alternatif rebuild awareness yang mungkin bisa dikaji dan menjawab berbagai pelik persoalan yang telah ada:
1) Memberikan tugas dan tanggung jawab yang menantang: Memberikan tugas dan tanggung jawab yang menantang dapat membuat mahasiswa merasa terlibat dan memiliki kepercayaan diri dalam bekerja.
2) Memberikan kesempatan untuk berkembang: Memberikan kesempatan untuk berkembang dan belajar dari pengalaman akan membantu mahasiswa untuk merasa lebih terlibat dan memiliki rasa bangga terhadap organisasi.
3) Membangun komunikasi dan hubungan yang baik: Membangun komunikasi dan hubungan yang baik antara anggota organisasi dan pemimpin organisasi akan membantu menciptakan suasana kerja yang positif dan meningkatkan semangat mahasiswa untuk aktif di organisasi.
4) Memberikan pengakuan dan penghargaan: Memberikan pengakuan dan penghargaan atas kerja yang baik akan membantu meningkatkan semangat dan motivasi mahasiswa untuk terus berpartisipasi aktif dalam organisasi.
5) Menciptakan suasana yang menyenangkan: Menciptakan suasana yang menyenangkan dan membangun budaya kerja yang positif dapat membantu meningkatkan semangat dan motivasi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam organisasi.
6) Memberikan kesempatan untuk menyuarakan aspirasi dan menuangkan ide-idenya: Memberikan kesempatan untuk menyuarakan aspirasi dan menuangkan ide atau gagasan yang mahasiswa punya dapat meningkatkan antusias dan semangat dalam berorganisasi karena mahasiswa akan merasa dirinya dianggap dan dapat diakui kepintarannya.
Seorang pemimpin adalah mereka yang mampu peka terhadap apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk menunjang semangat berorganisasi yang positif guna meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dalam berorganisasi.
Dari hasil analisis mandiri yang dirasa sangat frontal ini, diharapkan mampu menjadikan bahan kajian anti tesis dan refleksi evaluasi dalam menjawab persoalan dan tantangan yang sudah terjadi dan dirasakan setiap hari guna menumbuhkan semangat baru, pemikiran dan gagasan baru, kreatifitas dan inovasi baru dan menemukan suatu akar permasalahan yang menyebabkan hal ini terjadi untuk semata-mata memprediksi jika hal ini terus-terusan terjadi pada bagian organ dalam tubuh organisasi dapat menyebabkan matinya peredaran darah koordinasi hierarki dan menurunnya kontemplasi partisipasi urat nadi ketertarikan dan emosional mahasiswa untuk ikut andil dalam kegiatan organisasi.
Maka dalam hal ini, yang sebenarnya patut menjawab pelik persoalan adalah pemimpin dengan gagasan dan kebijaksanaannya, inovasi dan kreatifitas yang dibawanya, paradigma dan kewibawaannya dan realitas kritis analisis mandirinya. Pemimpin adalah bagaimana cara mereka beretorika menuntaskan persoalan lingkungan, mampu menjadi eksekutor pemberantasan isu yang dihadapi mahasiswa dan mampu menjadi katalisator untuk menggerakkan dan menghidupi kembali tujuan dari visi misi yang diangkatnya menjadi grand desain selama menakhodai periodesasinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.