Mencuci Daging Mentah, Budaya atau Bahaya?
Eduaksi | 2023-04-08 08:02:12Kegiatan mencuci selalu dikaitkan dengan menjaga kebersihan, misalnya seperti mencuci tangan, mencuci piring maupun mencuci baju. Sebagian orang juga menganggap bahwa mencuci bahan makanan mempunyai tujuan yang sama, yaitu membuat bahan makanan menjadi lebih bersih sebelum disantap.
Kebanyakan orang mencuci daging mempunyai alasan yang serupa, ditujukan untuk membersihkan lemak, darah maupun bakteri. Terdapat alasan lain dimana hal ini merupakan kebiasaan budaya turun temurun yang diajarkan oleh orang tua, layaknya resep keluarga. Di Indonesia, mencuci daging merupakan budaya yang dianggap sebagai indikator dalam kebersihan "perdapuran". Penambahan agen pengasam seperti perasan jeruk, asam jawa dan cuka putih biasanya juga disertakan dalam proses mencuci daging. Kegiatan mencuci daging cukup sering di negara berkembang, pasalnya daging dijual dalam bentuk segar yang "tergantung" dan "tergeletak" di pasar-pasar tradisional. Terlebih ada beberapa jenis daging (unggas dan ikan) yang bisa dengan leluasa kita pilih untuk dipotong oleh penjual. Mengingat keadaan ini, mencuci daging untuk menghilangkan darah maupun kontaminan fisik agaknya menjadi lumrah di Indonesia.
Center of Disease Control and Prevention (CDC) memperingatkan bahwa mencuci daging menggunakan air tidak bisa menghilangkan patogen bawaan pada makanan. Hal tersebut malah menambah risiko keamanan pada makanan. Mencuci daging menggunakan air mengalir akan menyebarkan bakteri ke permukaan yang terkena cipratan—yang akhirnya menyebabkan kontaminasi silang bahan makanan lain, peralatan memasak atau permukaan memasak yang dekat dengan area pencucian. CDC juga mengilustrasikan bagaimana bakteri ini dapat menyebar dalam bentuk video.
Lantas bagaimana menjaga daging agar tetap bersih dan aman untuk dimakan? Jawabannya cukup dengan memasak daging secara matang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hasty dan rekan-rekannya menyebutkan bahwa merebus daging sapi pada suhu 60°C selama 4 menit atau menyemprotkan air dengan suhu 82°C yang diikuti dengan semprotan asam laktat dapat mengurangi pertumbuhan bakteri pada permukaan daging. Asam laktat bisa digantikan dengan jenis asam yang lain (cuka atau perasan lemon) untuk mengurangi jumlah bakteri pada daging mentah, dibandingkan dengan mencucinya menggunakan air biasa. CDC dan US Food Safety and Inspection Service (FSIS) juga menyarankan hal yang sama. Memasak daging dengan suhu internal yang sesuai dapat diterapkan untuk membunuh patogen berbahaya dan membuatnya aman untuk dimakan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mencuci daging tidaklah efektif dalam menghilangkan bakteri, hal tersebut malah menyebabkan lebih banyak efek negatif yang ditimbulkan. Tambahan agen pengasam (cuka atau perasan lemon) dapat menurunkan bakteri pada daging, namun masih belum jelas bakteri apa saja yang dapat dilunakkan oleh agen pengasam ini, jadi mempraktikkan kebersihan makanan yang tepat dapat dilakukan dengan memastikan daging tersaji dalam keadaan matang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.