Berpuasa Tetapi Masih Mengikuti Langkah Setan?
Lentera | 2023-04-04 16:54:32"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al Isra: 27).
Tidak sedikit orang yang kendati dalam ramadhan sekalipun masih berperilaku boros, berlebih-lebihan, dan suka mubazir. Sedangkan puasa itu sendiri mengajarkan pola hidup sederhana dan menumbuhkan kepekaan sosial yang tinggi.
Perilaku mubazir tersebut kita bisa lihat pada saat berbuka puasa. Bermacam makanan dan minuman yang disediakan semata-mata hanya menuruti keinginan. Padahal yang dimakan hanya sedikit saja. Sehingga banyak makanan tersisa dan akhirnya dibuang ke tong sampah.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan keadaan kaum dhuafa dan fakir miskin. Bagi mereka berpuasa bukan hanya di bulan Ramadhan. Bahkan dalam sebelas bulan lainnya mereka pun tidak makan. Mereka menahan lapar karena tidak ada makanan yang dimakan.
Sementara ada saudaranya yang kaya justru membuang-buang makanan begitu saja.
Lantas di mana hakikat berpuasa yang sejatinya kita bisa merasakan pahitnya kehidupan seorang yang miskin?
Menurut Dosen UIN Ar-Raniry Dr. Abd Gani Isa, MA perbuatan boros adalah gaya hidup materialis dan hidonis, gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja.
Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya, sulit membedakan antara yang halal dan yang haram, mana yang boleh mana tidak boleh dilakukan, dan sebagainya.
Allah swt menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu saat bangsa bisa rusak bahkan negara akan hancur akibat sifat rakus.
Sifat boros tidak hanya pada hal-hal besar dan mewah seperti orang kaya yang buang-buang duit. Sifat ini bisa terjadi pada orang-orang biasa dengan kemampuan terbatas.
Di lingkungan sekitar kita sering melihat misalnya orang-orang boros menggunakan waktu. Banyak waktu terbuang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan sia-sia. Nongkrong di warung kopi berjam-jam hingga lupa melaksanakan shalat.
Boros penggunaan listrik juga sering terjadi. Energi listrik dipakai tanpa kontrol. Banyak peralatan elektronik dibiarkan menyala tanpa ada keperluan. Misalnya telivisi hidup seharian tanpa ada yang menontonnya atau mesin pendingin yang dihidupkan sepanjang hari.
Perilaku boros mudah pula kita dapati di lingkungan tempat ibadah. Misalnya penggunaan air wudhu dengan volume besar hingga airnya cepat terkuras. Bahkan untuk hal ini ada pendapat ulama yang mengharamkan perbuatan membuang buang air ketika berwudhu.
Di bulan Ramadhan seperti sekarang banyak masjid yang menyediakan air mineral dalam kemasan saat berbuka puasa maupun waktu pelaksanaan salat tarawih bagi jamaah.
Disini pun kerap kita jumpai orang-orang yang berperilaku boros. Misalnya air mineral yang diambilnya tidak diminum hingga habis namun disisakan dalam jumlah banyak.
Sedangkan bekas dia minum tidak mungkin diminum oleh orang lain. Akhirnya terbuang begitu saja.
Penulis sering memperhatikan sifat boros ini pada orang-orang pada siang harinya ia berpuasa dan pada malamnya ia melaksanakan shalat tarawih. Mengambil air mineral dalam kemasan dan meminumnya sedikit lalu ia ditinggalkan dan kemudian dipungut oleh marbot kemudian dibuang.
Barangkali bagi orang-orang di tempat kita soal air wudhu dan air minum yang boros merupakan hal kecil alias sepele karena merasa memiliki ketersediaan air yang banyak dan mudah didapat. Tetapi bagaimana jika seperti yang dialami oleh saudara-saudara kita di belahan negera lain seperti Ethiopia, Afrika dll.
Oleh karena itu sadarilah wahai saudaraku bahwa seorang muslim itu adalah mereka yang hidup dengan kesederhanaan dan menjaga pemberian Allah SWT dengan sebaik-baiknya tanpa boros dan rakus.
Kesederhanaan itu tidak bermakna miskin tetapi mereka bertanggung jawab dalam menggunakan hartanya sesuai dengan kebutuhan dan perintah Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.